MAKALAH PENGEMBANGAN WIASATA PANTAI WATU ULO

Posted By frf on Jumat, 04 November 2016 | 15.59.00

PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan.

Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 : 14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendaya gunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain.

Rumusan Masalah 
1. Bagaimanakah cara untuk mengembangkan pendapatan ekonomi masyarakat pada daerah wisata watu ulo?
2. Bagaimanakah cara untuk menarik wisatawan agar memilih tempat hiburan di daerah wisata pantai watu ulo?
3. Bagaimana cara untuk mengetahui fungsi tata guna dan tata letak suatu wisata?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dalam pengembangan daerah pantai. 
2. Untuk mengetahui proses promosi yang baik untuk suatu tempat wisata.
3. Untuk mengetahui fungsi tata guna dan tata letak suatu wisata.
4. Untuk mengetahui cara menjaga dan merawat tempat wisata daerah.

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam mengkembangkan suatu wilayah diperlukannya beberapa teori-teori yang dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam pengembangan wilayahnya. Teori pengembangan wilayah merupakan teori-teori yang menjelaskan bagaimana wilayah tersebut akan berkembang, faktor-faktor yang membuat wilayah tersebut berkembang, dan bagaimana proses perkembanganya. Berikut ini merupakan macam-macam teori menurut para ahli.

1. Teori Keynes
Teori ini dicetuskan oleh Keynes
Dalam aliran Keynes mengemukakan bahwa karena upah bergerak lamban, sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju keseimbangan penggunaan tenaga secara penuh (full employment equilibrium). Akibat yang ditimbulkan adalah justru sebaliknya, equilibrium deemployment yang dapat diperbaiki melalui kebijakan fiskal atau moneter untuk meningkatkan permintaaan agregat.

2. Teori Neoklasik
Salah satu teori pengembangan wilayah dan kota menyatakan bahwa salah satu pertumbuhan ekonomi adalah satu proses yang gradual di mana pada satu saat kegiatan manusia semuanya akan terakumulasi.
Dalam teori ini terdapat pernyataan sebagai berikut :
  • Pemenuhan pekerjaan yang terus menerus tidak dapat diterapkan pada sistem multi-regional dimana persoalan regional timbul disebabkan karena perbedaan-perbedaan geografis dalam hal tingkat penggunaan sumber daya.
  • Persaingan sempurna tidak dapat diberlakukan pada perekonomian regional dan spasial.
  • Tingkat pertumbuhan terdiri dari 3 sumber: akumulasi modal, penawaran tenaga kerja dan kemajuan teknologi.
  • Implikasi dari persaingan sempurna adalah modal dan tenaga kerja akan berpindah apabila balas jasa faktor-faktor tersebut berbeda-beda.
  • Modal akan bergerak dari daerah yang mempunyai tingkat biaya tinggi ke daerah yang mempunyai tingkat biaya rendah, karena keadaan yang terakhir memberikan suatu penghasilan yang lebih tinggi.
  • Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akan pindah ke daerah lain yang mempunyai lapangan kerja baru pendorong untuk pembangunan di daerah tersebut.
  • perkembangan ekonomi jangka panjang senantiasa akan muncul kekuatan tandingan yang dapat menanggulangi ketidakseimbangan dan mengembalikan penyimpangan kepada keseimbangan yang stabil sehingga tidak diperlukan intervensi kebijakan secara aktif.
3. Teori “inter” dan “intra” wilayah oleh Mirdal (Era tahun 1950)
Dalam teori ini terdapat Pengertian ”backwash effects” dan ”spread effects” Backwash effects contohnya adalah makin bertambahnya permintaan masyarakat suatu wilayah kaya atas hasil-hasil dari masyarakat miskin berupa bahan makanan pokok seperti beras yang sumbernya dari pertanian masyarakat wilayah miskin. Sementara Spread effects contohnya adalah makin berkurangnya kualitas pertanian masyarakat miskin akibat dampak negatif dari polusi yang disebabkan oleh masyarakat wilayah kaya.

4. Teori Trickle down Effect (Hirschman) EraTahun 1950
Trickle down effects adalah perkembangnan meluasnya pembagian pendapatan. Teori “trickle down effects” dari pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin di negara berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam negara berkembang masing maupun antara negara maju dengan negara berkembang.

BAB III
PEMBAHASAN
Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, (7) dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah. Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar. Kabupaten Jember merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Obyek wisata yang dikembangkan berupa objek wisata budaya dan objek wisata alam. Sebagian besar objek wisata yang berada di Kabupaten Jember adalah objek wisata alam, baik objek wisata darat (agrowisata) maupun wisata bahari maupun pantai. Sedang objek wisata budaya relatif belum banyak dikembangkan dan belum ditangani secara optimal, misal seni-seni tradisional. Objek wisata pantai oleh sebagian belum dikembangkan secara maksimal oleh Pemerintah Kabupaten Jember dianggap sebagai sektor usaha yang mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu mengembangkan peluang usaha bagi masyarakat sehingga akan mampu mengurangi tingkat pengangguran. Dengan mengunggulkan objek wisata, pemerintah Kabupaten Jember berharap akan mampu meningkatkan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keseriusan penanganan sektor pariwisata maupun rencana pembangunan tahunan pemerintah Kabupaten Jember. Obyek - obyek wisata ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Adapun obyek wisata yang sudah terkenal dan yang ramai dikunjungi adalah : pantai watu ulo, pantai pasir putih, pantai payangan dan pantai cangakan. 

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain bersifat sementara dan dilakukan secara perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. 

Pengertian Objek Wisata 
Objek wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk menjadi sasaran kunjungannya. Sehingga sesuatu dapat dikatakan sebagai objek wisata mempunyai prasarat harus mempunyai daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. 

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian 
Jenis penelitian merupakan cerminan dari metode umum yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan deskriptif kualitatif karena data yang diambil data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan sumber data dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. 

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah lokasi dimana peneliti mengambil permasalahan dari kegiatan penelitian ini. Lokasi penelitian ini adalah objek wisata Pantai Watu ulo yang merupakan wilayah administratif Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Watu ulo berjarak kurang lebih 6 km dari Desa Sumberejo wilayah Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. 

Sumber Data 
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dapat dikelompokkan menjadi 3p yaitu person berupa orang dan place berupa tempat. Person adalah manusia sehingga sumber data ini dapat memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti baik secara lisan yang berupa wawancara maupun secara tertulis yang berupa angket. 

Place merupakan sumber data yang menyajikan tampilan diam dan bergerak. Tampilan diam misalnya mangan, kelengkapan alat, wujud benda dan sebagainya. Sedangkan tampilan yang bergerak misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, irama nyanyian dan sebagainya.

Metode Pengumpulan Data 
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti mendapatkan data yang diperlukan di dalam pelaksanaan penelitian dari sumber-sumber data penilaian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 
1. Observasi 
2. Wawancara 
3. Dokumentasi 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyajian Data 
a. Luas Wilayah 
Luas wilayah obyek wisata pantai Watu ulo meliputi panjang 3,5 km, lebar 0,75 km. Melihat ukuran areal tersebut obyek wisata pantai Watu ulo sebagian masuk wilayah Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. 
b. Infrastruktur 
Infrastruktur yang telah ada di obyek wisata Pantai Watu ulo sekarang masih sangat sederhana antara lain berupa : 
1) Transportasi 
Jaringan transportasi menuju obyek wisata Pantai Watu ulo berupa jalan masuk lokasi sepanjang 3,5 km dari jalan raya kota Jember – kecamatan Balung. Jalur lain menuju lokasi melalui kota Jember yaitu dari Ambulu ke selatan dengan jarak 3,5 km. Jalan tersebut lebar 6 meter. Dengan kondisi jalan yang tergolong bagus. Sedangkan jalan dari desa sumberejo menuju wisata pantai watu ulo sedikit terjal.

2) Jaringan listrik 
Jaringan listrik menuju pantai Watu ulo telah terpasang dengan menggunakan listrik PLN yang menggunakan kabel udara. Dengan adanya jaringan ini seluruh kawasan pantai Watu ulo telah mendapatkan penerangan listrik, kecuali pada jalur menuju pantai pasir putih yang lokasinya disebelah pantai watu ulo.

3) Jaringan air bersih 
Jaringan air bersih masih kurang diperhatikan oleh pemerintah maupun warga setempat, dikarenakan air bersih yang kurang memadahi, wisatawan susah untuk mencari air ketika sesudah mandi di laut ataupun untuk membersihkan diri. 

4) Lapangan parkir 
Arena parkir di lokasi wisata berukuran 50 kali 25 meter. Lapangan parkir ini kurang luas untuk ukuran parkir wisatawan lokal. 

c. Fasilitas Wisata
1) Arena bermain 
Arena bermain berupa lapangan terbuka yang disediakan alat bermain seperti ayunan, pengungkit dan sebagainya. Arena bermain ini dilindungi oleh pohon-pohon peneduh yang berupa cemara laut dan payung-payung peneduh. 

2) Pengamanan
Untuk pengamanan pantai tidak dibangun peer pemecah gelombang sehingga kemungkinan pantai akan terabrasi. Selain pengamanan fisik obyek, selain itu juga pihak pengelola tidak menempatkan petugas pengamanan sekaligus sebagai pemberi bantuan jika terjadi kecelakaan ketika mandi di laut. Untuk itu diharapkan pengunjung akan merasa was-was dan tidak nyaman dalam menikmati objek wisata. 

3) Gardu pemandangan 
Gardu ini dibangun untuk para wisatawan yang ingin menikmati indahnya pemandangan laut saat matahari terbit atau terbenam serta menikmati semilirnya angin laut.

4) Fasilitas Umum 
Fasilitas umum yang disediakan oleh pengelola objek wisata Pantai Watu ulo meliputi : 
a) Kamar mandi dan WC Umum 
Kamar mandi dipergunakan oleh pengunjung untuk “bilas” setelah mereka mandi atau bermain air laut. WC umum sangat penting untuk memenuhi hajat para pengunjung objek wisata. 

b) Mushola 
Berwisata kadang melampaui batas sholat bagi umat muslim sehingga keberadaan sarana ibadah berupa mushola sangat dipentingkan dalam suatu objek wisata.

c). Kunjungan Wisata
Objek Wisata Pantai Watu ulo banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal. Wisatawan domestik dan mancanegara belum tertarik untuk mengunjungi objek tersebut. Menurut salah seorang pengelola ketidaktertarikan tersebut mungkin karena kurangnya promosi dan belum optimalnya pengelolaan objek wisata Pantai. Mereka lebih tertarik ke Pantai pasir putih situbondo di yang secara alam memang lebih unik dan adanya acara ritual keagamaan. ( Wawancara, 21 Februari 2015).

Jumlah wisata pengunjung rata-rata 300 - 500 orang setiap bulannya. Kunjungan wisata banyak dilakukan pada hari Minggu atau libur. Kunjungan wisata banyak dilakukan pada pagi hari atau sore hari, Sehingga petugas pada pukul 05.00 harus sudah siap di pintu gerbang dan tutup selepas matahari tenggelam. (Wawancara, 21 Februari 2015). 

Pada bulan Romadhon pengunjung datang sejak selepas Subuh sehingga banyak pengunjung yang tidak sempat ditarik retribusi. Pada bulan ini setiap harinya pengunjung bisa mencapai ribuan orang, terutama anak-anak.

e). Masyarakat Pelaku Wisata 
Masyarakat Desa Sumberejo yang sebagian besar merupakan masyarakat nelayan memang sangat sulit untuk merubah pola hidupnya menjadi masyarakat pelaku wisata. Hal ini disebabkan pada masyarakat nelayan yang biasa dengan lingkungan yang kumuh sangat sulit untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya, ditambah perilaku masyarakat nelayan yang kasar dan berpendidikan rendah. Dalam hal menyambut adanya kepariwisataan masyarakat Desa Sumberejo dan sekitarnya memang tampak belum siap. Masyarakat memang sangat sulit untuk mengubah pola tingkah laku mereka dalam menerima wisatawan. 

Kesiapan masyarakat sekitar juga belum tampak dalam memanfaatkan kesempatan adanya program kepariwisataan ini. Kesempatan masih banyak yang diambil oleh orang luar. Jenis-jenis kesempatan misalnya sebagai penyedia sarana wisata, penjual makanan khas laut seperti ikan bakar, bakso ikan dan sebagainya. 

f. Aset Obyek Wisata Pantai Watu ulo 
Guna pengembangan Objek Wisata Pantai Watu ulo, asset yang dimiliki objek wisata tersebut sangat penting diperhatikan. Asset ini meliputi asset bergerak dan asset tidak bergerak. Titik berat pengembangan objek Wisata Pantai Watu ulo adalah pengembangan objek wisata alam sehingga asset berupa alam sangat dibutuhkan. Sedangkan asset bergerak dikembangkan sebagai penunjang atau sebagai penambah daya tarik bagi kehadiran para wisatawan. Asset ini juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku wisata yang lain. Secara umum asset-aset yang dimiliki oleh Objek Wisata Pantai Watu ulo adalah : 
1) Tanah 
Tanah milik Taman Wisata Pantai Watu ulo seluas lebih kurang 25 ha dengan status tanah milik negara yang sampai saat ini belum bersertifikat (Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Jember). Tanah ini sebagian masih dikelola oleh rakyat untuk pertanian dan perdagangan dan dalam taraf pembebasan 

2) Pantai
Taman wisata Pantai Watu ulo memiliki panjang pantai 3,5 km. Pantai dan segala penunjangnya ini merupakan keindahan alam yang akan dijual kepada para wisatawan, baik lokal, domestik maupun asing.

3) Pendaratan Kapal 
Pendaratan kapal nelayan dan tempat pelelangan ikan (TPI) di Pelabuhan juga dapat dijual kepada para wisatawan yang ingin membeli secara langsung sebagai oleh-oleh.

4) Budaya 
Budaya masyarakat Pegon (Lomba sapi hias) merupakan penampilan budaya dan suguhan yang menarik untuk disuguhkan kepada para wisatawan. Budaya Lomban ini dilaksanakan masyarakat pada Hari Raya Idul Fitri. 

5) Hutan Pantai 
Hutan Pantai sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Sayangnya pada Kawasan wisata ini tidak mengembangkan hutan pantai berupa hutan bakau dan cemara laut. Padahal pengembangan hutan ini juga untuk mencegah abrasi air laut. 

6) Pedagang 
Objek wisata Pantai Watu ulo memberikan peluang kerja bagi sebagian masyarakat Kabupaten Jember dari sektor perdagangan. Perdagangan dilokasi wisata dapat dibedakan menjadi :
a) Pedagang Tetap 
Pedagang tetap yaitu pedagang yang membuka kios dan warung di lokasi wisata. Pedagang tetap meliputi penjual makanan khas dan cendera mata serta kebutuhan lain wisatawan. Jumlah pedagang tetap di lokasi wisata Pantai Watu ulo berkisar 25 orang, yang sebagian besar merupakan masyarakat sekitar lokasi., yang datang untuk berjualan di lokasi wisata antara pagi sampai petang (kira-kira pukul 18.00). 

b) Pedagang Tidak Tetap 
Pedagang tidak tetap pada lokasi wisata yaitu pedagang kaki lima dan pedagang asongan. Pedagang ini ada yang menggelar dagangannya setiap hari dan ada yang datang hanya pada waktu ramai pengunjung. Hal ini disebabkan karena pada waktu sepi jumlah pedagang dan pengunjung berimbang sehingga tidak efisien untuk berdagang. Sehingga jumlah pedagang kali lima dan asongan sulit untuk didata secara pasti.

Pedagang kaki lima lebih banyak menjajakan makanan dan mainan anak-anak ketimbang yang lain. Sedang pedagang asongan lebih banyak menjajakan makanan dan minuman ringan, dan kebutuhan lain wisatawan seperti tisue dan sebagainya. Keberadaan pedagang asongan dan kaki lima ini belum terorganisir sehingga mereka belum ada ikatan yang mengatur kebersamaan mereka.

7) Seafood 
Makanan khas laut yang disediakan oleh warung makan dan restoran memang masih perlu dikembangkan. Makanan ini berupa ikan bakar/goreng, cumi, kepiting, bakso kakap/tengiri dan sebagainya. Tetapi warung ini tidak dikelola oleh masyarakat sekitar saja tetapi oleh penduduk yang berasal dari daerah lain. 

g. Personalia 
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Jember menempatkan 2 orang pengelola Objek wisata yang berfungsi menarik retribusi masuk bagi para pengunjung. 

Analisa Data
a. Kontribusi Kunjungan Wisata Pantai Watu ulo terhadap PAD Biaya masuk per orang sebesar Rp. 2.500,00, rata-rata pengunjung wisata per hari sekitar 100 pengunjung, kunjungan wisata Pantai pada hari libur bisa 150 sampai 200 pengunjung. Dari data yang ada maka kontribusi terhadap PAD yang berasal dari pengunjung di Pantai Watu ulo bisa dihitung sebagai berikut : 
  • Kunjungan wisatawan pada hari biasa per hari : 100 x Rp. 2.500,00 = Rp. 250.00,00. 
  • Kunjungan wisata pada hari minggu atau hari libur : 175 x Rp. 2.500,00 = Rp. 437.500,00.
  • Kunjungan wisata per bulan pada hari biasa : 26 x 100 x Rp. 2.500 = Rp. 6.500.000,00. 
  • Kunjungan wisata per bulan pada hari Minggu atau hari libur : 4 x 175 x Rp. 2.500 = Rp. 1.750.000,00 
  • Kunjungan wisata per tahun pada hari biasa : 312 x Rp. 250.000,00 = Rp. 78.000.000,00. 
  • Kunjungan wisata per tahun pada hari minggu atau hari libur : 48 x Rp. 437.500,00 = Rp. 21.000.000,00. 
  • Dari hasil perhitungan pendapatan kunjungan wisata per tahun Rp. 78.000.000,00 + Rp. 21.000.000,00 = Rp. 99.000.000,00
Dilihat dari pemasukan yang hanya sekitar Rp. 99.000.000,00, kontribusi dari kunjungan wisata pantai Watu ulo terhadap PAD masih sangat rendah. Oleh karena itu pemerintah harus segera mengadakan pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor, agar daerah wisata Pantai Watu ulo lebih mempunyai daya tarik, sehingga mampu menghadirkan pengunjung lebih banyak, dengan demikian akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan asli daerah.

b. Penilaian Indikator
Penilaian kesiapan sangat diperlukan dalam merencanakan suatu upaya pengembangan. Dalam pengembangan pariwisata selalu mengkaitkan indikator yang satu dengan yang lain yang mempunyai hubungan keterkaitan. Yang selanjutnya sebagai dasar strategi pengembangan yang sesuai. 

1) Kebijakan Pemerintah 
Rencana Strategis Pembangunan Kabupaten Jember menonjolkan tiga sektor sebagai prioritas utama pembangunan Kabupaten Jember, yaitu ketiga prioritas tersebut adalah pertanian, perikanan dan pariwisata. Berdasar prioritas utama pembangunan tersebut sektor pariwisata termasuk menjadi prioritas utama. Hal ini merupakan kunci utama pengembangan objek wisata di Kabupaten termasuk Pantai.

2) Status Tanah
Secara yuridis formal Taman wisata Pantai Watu ulo belum memiliki tanah, walaupun secara de facto telah memilikinya. Karena tanah milik Taman Wisata Pantai Watu ulo seluas lebih kurang 28 ha dengan status tanah milik negara yang sampai saat ini belum bersertifikat 

3) Akomodasi
Akomodasi yang ada di Taman wisata Pantai Watu ulo masih belum ada sehingga belum layak ditampilkan untuk wisatawan domestik dan manca negara. 

4) Transportasi 
Transportasi dengan kendaraan umum dapat menjangkau sampai Ambulu yang berjarak 3,5 km dari lokasi wisata dan jalan rata yang berjarak 2,5 km dari lokasi wisata. 

5) Pemandangan alam 
Sebagaimana wisata pantai pada umumnya keindahan alam Pantai Watu ulo memang indah terutama saat matahari terbit dan tenggelam. Pada saat matahari terbit di ufuk timur dengan pantai kota Jember merupakan pemandangan alam yang sangat mengesankan. Ombak pantai di kejauhan menambah indahnya pemandangan tersebut.

6) Wisata Bahari 
Wisata bahari berupa mancing di laut digemari oleh pecinta olahraga mancing. Areal pemancingan sampai ke perbatasan sebelah timur yaitu pesisir papuma.

7) Atraksi Budaya
Pegon merupakan kegiatan lomba menghias sapi tradisional yang dilaksanakan setahun sekali, dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Penampilan budaya ini banyak menyedot pengunjung yang setiap harinya mencapai puluhan ribu orang. Atraksi ini berlangsung lebih kurang dua hari. 

8) Promosi dan Publikasi
Promosi dan publikasi Taman Wisata Pantai Watu ulo masih sangat kurang. Kegiatan publikasi baru melalui peta wisata Kabupaten Jember yang dipampangkan di jalan raya dan petunjuk arah seadanya. 

9) Perdagangan
Para pedagang baik pedagang tetap maupun tidak tetap banyak yang berasal dari masyarakat luar. Belum banyak masyarakat sekitar lokasi yang memanfaatkan kehadiran lokasi wisata untuk sektor perdagangan. Hal ini disebabkan karena para nelayan biasanya kurang siap untuk mengembangkan usaha baru, sehingga kehadiran objek wisata yang berpeluang untuk mengembangkan usaha belum dapat dimanfaatkan dengan baik. 

10) Kesiapan masyarakat 
Pada dasarnya masyarakat Desa Sumberejo dan sekitarnya belum siap menerima kehadiran objek wisata. Dibuktikan dengan hasil pengamatan berupa belum adanya partisipasi masyarakat dalam penataan lingkungan dan mengambil kesempatan berusaha di lokasi wisata serta hasil wawancara antara lain sebagai berikut : “Kalau di sini diubah menjadi tempat wisata lalu bagaimana nasib saya sebagai penggarap di sini“ (Wawancara dengan Sulastri, Petani, 21 Februari 2015). “Wong kerja saya sebagai penggereb (pembuat ikan asin) kok diminta bersih ya sangat sulit. Yang plesiran ya silakan, saya yang bekerja ya bekerja” (Wawancara dengan Aan, pengusaha pembuat ikan pindang, 21 Februari 2015).

11) Lokasi 
Dilihat dari aspek lokasi Taman Wisata Pantai Watu ulo hanya berjarak 3,5 km dari Ambulu. Jarak tersebut memakan waktu tempuh 10 menit menggunakan kendaraan bermotor. Berdasar aspek keterjangkauan jarak 3,5 km dengan waktu tempuh 10 menit, jalan beraspal, dan berlobang serta topografi landai masih dapat digolongkan mudah dijangkau.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasar data, analisis data dan pembahasan data penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yang merupakan bagian akhir dari makalah yang berjudul “kajian pengembangan obyek wisata pantai watu ulo desa sumberejo, kecamatan ambulu, kabupaten jember” sebagai berikut : 
1. Lokasi Objek Wisata Pantai Watu ulo mempunyai konsep keterjangkauan yang tinggi karena hanya berjarak 3,5 km dari Kota Ambulu dan memiliki jaringan jalan yang bagus. 
2. Kondisi lokasi Wisata masih mengandalkan pada keindahan alam, belum banyak sentuhan manusia.
3. Pengunjung ramai pada hari Minggu dan Libur, bulan ramai pada bulan Ramadhon. Pengunjung ramai waktu pagi dan sore untuk menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam. 
4. Para pedagang belum ada organisasi dan perlu ditertibkan lokasi perdagangannya. 
5. Masyarakat belum siap menerima kehadiran lokasi wisata dan wisatawan. 
6. Taman Wisata Pantai Watu ulo masih perlu adanya pengembangan. Pengembangan ini meliputi (1) tata guna lahan, (2) infra struktur, (3) fasilitas umum, (4) akomodasi, (5) restoran, (6) fasilitas rekreasi, (7) budaya, (8) masyarakat pelaku wisata, (9) manajemen (10) pedagang.


DAFTAR PUSTAKA;
  • Hadari Nawari, 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. (online), (http://muhsholeh.blogspot/2012/09/konsep-pengembangan-wilayah.html). diakses tanggal 25 Februari 2015.
  • Hari Karyono, 1997. Kepariwisataan Indonesia. Jakarta. Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana.
  • Spillane J. James, 1987. Geografi Pariwisata, (online) (http://1janumuhammad.wordpress.com/2013/01/20/geografi ekonomi dan pariwisata.) diakses tanggal 25 Februari 2015.
  • Sari, P.N.K. 2012. Definisi Geografi pariwisata (Online), (http://vitanakumala.blogspot.com/2012/09/definisi-geografi-tumbuhan-dan-hewan.html), Diakses tanggal 25 Februari 2015.
  • Sutrisno Hadi, 1988. Metodologi Research. Yogyakarta. Penerbit : Fakultas Psikologi UGM.
  • Wahab Saleh, 1989. Manajemen Pariwisata. Jakarta. Penerbit : Pradnya Paramita.
Blog, Updated at: 15.59.00

1 komentar: