ANALISIS SISTEM
Analisis sistem adalah cara berfikir berdasarkan teori umum sistem (General System Theory). Teori umum sistem, menurut para pakar teori manajemen, memberikan pengertian/definisi, sebagai berikut:
- Boulding, analisis sistem adalah merupakan kerangka ilmu pengetahuan (skeleton of science) yang dapat menyajikan suatu struktur teoritik secara sistematis, di mana berbagai disiplin diarahkan, diintetegrasikan, dan didayagunakan secara produktif.
- Dalam konteks yang sama Berthalanffy (1979), mengemukakan bahwa : teori umum sistem adalah ” merupakan suatu konsep yang bersifat menyeluruh yang memandang sesuatu secara keseluruhan, di mana keseluruhan itu lebih penting artinya daripada jumlah bagian-bagiannya”.
Dalam kaitan itu, menurut Berthalanffy minimal terdapat lima tujuan utama teori umum sistem , yaitu:
- Terdapat kecenderungan pengintregrasian berbagai ilmu alamiah dan ilmu sosial.
- Pengintregasian itu tampaknya berpusat pada teori umum sistem.
- Teori-teori di atas mungkin merupakan instrumen penting dalam bidang ilmu non fisik;
- Mengembangkan prisip-prinsip untuk menyatukan berbagai bidang ilmu; dan.
- Dampak dari hal-hal tersebut diperlukan pengintegrasian berbagai bidang ilmu dalam proses pendidikan.
Siagian (1988), mengatakan analisis sistem dewasa ini merupakan salah satu alat bantu yang makin luas penggunaannya dalam analisis keputusan. Selanjutnya Siagian mengemukakan bahwa berbeda model-model matematis yang mengunakan angka-angka untuk menjelaskan situasi tertentu, analisis sistem sesungguhnya merupakan sikap mental seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Quade (1968), karakteristik analisis sistem adalah suatu pendekatan yang sistimatik yang dapat membantu pimpinan (pengambil keputusan) dalam memilih seperangkat tindakan melalui penelaahan yang menyeluruh dan membandingkannya dengan berbagai konsekwensi.
Subrahmanyam (1971), pendapatnya tentang analisis sistem: Di dalam mencari konsensus , pertimbangan berdasarkan nilai-nilai tertentu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis sitem. Analisis sistem hanyalah merupakan suatu teknik pengambilan keputusan. Pada dasarnya analisis sitem merupakan forum dialog yang berkesinambungan antara pengambil keputusan dan analis di mana si pengambil keputusan meminta berbagai alternatif pemecahan masalah.
Dua pakar manajemen Cleland dan King (1988), menyatakan bahwa analisis sitem merupakan suatu proses ilmiah, atau metodologi yang dapat menggambarkan dengan jelas hubungan masalah dengan unsur-unsurnya. Pada bagian lain mereka menambahkan bahwa analisis sistem merupakan suatu metodologi untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan melalui suatu pengujian yang sistimatik dan sestemik serta membandingkan berbagai altenatif berdasarkan sumber-sumber pembiayaan dan keuntungan yang berkaitan dengan setiap altenatif.
Dan banyak lagi pendapat para pakar teori manajemen mengenai pengertian analisis sistem ini.
Kajian analisis sistem ditujukan untuk menghindari berbagai kesalahan yang berskala besar dan memberikan atau menyampaikan suatu daftar pilihan kepada pengambilan keputusan yang menggambarkan berbagai ramuan keefektifan perician biaya untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan pilihan.
Teknik riset operasi berupaya menerapkan rumus-rumus matematika untuk memaksimumkan atau meminimumkan hambatan-hambatan suatu obyek. Riset operasi berorientasi kepada berbagai masalah di mana unsur perhitungan sangat dominan. Oleh karena itu, dalam riset operasi penggunaan konsep aplikasi ilmu matematika memegang peranan yang sangat dominan dan bukan hanya sekedar alat bantu untuk menentukan keputusan. Sebaliknya, analisis sistem mengembangkan berbagai teknik untuk menentukan menganalisis berbagai masalah yang kompleks begitu rupa, sedangkan perhitungan matematika hanyalah merupakan dukungan terhadap keputusan yang telah diambil atau ditetapkan.
Untuk mengaplikasikan pendekatan sistem, menurut Quade (1968) dan Subrahmanyam (1971) harus dilakukan melalui sebuah model karena model merupakan hal yang paling esensial dalam penerapan pendekatan sistem. Langkah-langkah mengaplikasikan pendekatan sistem menurut Suriasumantri (1977) sangat sederhana. Langkah-langkah itu terdiri atas:
- Merumuskan tujuan yang ingin dicapai;
- Mengembangkan berbagai alternatif yang mungkin dapat dilakukan dalam mencapai tujuan;
- Menetapkan kriteria untuk melihat alternatif yang terbaik dari seperangkat alternatif yang diajukan;
- Memilih alternatif terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dari seperangkat alternatif yang diajukan tersebut.
Guna mendukung ke 4 (empat) langkah dalam pengkajian Sistem Analisis, teknik yang dipergunakan untuk mengembangkan alternatif-alternatif dalam mencapai suatu tujuan tertentu bisa bersifat analitik atau intuitif. Dalam hal-hal tertentu maka proses kreatif dianjurkan untuk menemukan alternatif yang bersifat baru dan segar. Sistem analisis sering bersifat tidak efektif, bila alternatif yang diajukan bersifat itu-itu juga.
Teknik-teknik berpikir kreatif seperti brainstorming, disarankan untuk dipergunakan dalam mengembangkan alternatif yang benar-benar baru. Walaupun demikian dalam memilih alternatif-alternatif yang diajukan tersebut kita tetap berpegang kepada prinsip-prinsip ekonomi dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomis secara efisien. Salah satu teknik yang dipakai untuk melakukan seleksi tersebut dipinjam dari ilmu ekonomi yakni Cost and Benefit Analysis (CBA). Teknik ini mempergunakan moneter, umpamanya rupiah, sebagai alat pengukur input dan out put.
Dengan membandingkan ratio input dan output dari berbagai yang dipandang alternatif, maka kita bisa menetapkan ratio alternatif mana yang dipandang dari prinsip ekonomi bersifat paling efisien. CBA adalah salah satu teknik ekonomi yang sudah dikenal.
Sekitar tahun 1950 oleh RAND Corporation, yang juga mengembangkan konsep Sistem Analisis, diciptakan suatu teknik baru yang disebut Cost Effectiveness Analysis (CEA). Teknik ini mempergunakan besaran moneter untuk mengukur input tetapi mempergunakan besaran lain untuk mengukur output. Atau meminjam perkataan Hovey: ”CEA adalah model di mana input diberi harga tetapi output tidak”.
Pada mulanya , ketika Sistem Analisis dipergunakan untuk mengembangkan sistem persenjataan Amerika Serikat, (CEA) ini menggunakan satu variabel untuk mengukur efektivitas suatu alternatif, umpamanya efektivitas suatu sistem persenjataan untuk membunuh manusia per unit sistem persenjataan itu. Jadi jika terdapat dua sistem persenjataan yang mempunyai ongkos yang sama untuk membuatnya, tetapi sistem X mempunyai efektivitas pembunuh 1000/unit, sedangkan sisten Y 1200/unit, maka berdasarkan pengkajian CEA yang menggunkan prinsip ekonomi akan dipilih sistem Y sebagai altenatif yang lebih baik.
Tetapi ketika Planning-Programing – Budgeting – System (PPBS), yang mempergunakan sistem analisis sebagai komponennya, diterapkan dalam sistem anggaran Pemerintah Federal Amerika Serikat dalam tahun 1965, ditemui berbagai kesulitan dalam menerapkannya. Salah satu kesukarannya adalah bahwa dalam berbagai program , terutama program dibidang sosial, kegunaan suatu program tidak bersifat tunggal melainkan jamak. Oleh sebab itu maka dikembangkanlah CEA di mana efektivitas dari sebuah alternatif tidak diukur oleh satu variabel tetapi oleh seperangkat variabel yang relevan dengan kegunaan program tersebut. Dalam hal ini, umpamanya, suatu program transmigrasi tidak saja diukur dari banyaknya penduduk yang bisa ditransmigrasikan, tetapi juga dimasukan kedalam pengukuran efektivitasnya dampak positif terhadap perkembangan ekonomi, sosial-budaya, pemerataan pendidikan dan ketahanan nasional. Demikian juga, dalam memperhitungkan ongkosnya, yakni harga input yang harus dibayar, kita tidak sekedar menghitung besaran dimensi ekonomis yang diinvestasikan, tetapi sekaligus juga ongkos-ongkos lain, umpamanya ongkos (resiko) kestabilan politis. Tetapi untuk memudahkan analisis, maka resiko seperti ini tidak dibebankan kepada input, melainkan kepada output, tentu saja dengan penafsiran yang terbalik.
Sebuah input yang mengandung resiko negatif bukan berarti suatu keuntungan (benefit atau efectiveness) melainkan suatu kerugian. Dengan membandingkan jumlah dimensi moneter pada satu pihak , dengan seperangkat kegunaan program tersebut pada pihak lain, maka secara sistematis dan analistis, kita bisa membandingkan posisi relatif program tersebut terhadap alternatif program-program yang lain.
Tentu saja pengukuran seperangkat dimensi non ekonomis mempunyai implikasi lain yakni pertama, variabel non-ekonomis sukar diukur dengan eksak , kedua, bagaimana caranya kita menentukan posisi relatif variabel yang satu dengan variabel yang lain. Katakan saja kita mempunyai sebuah program yang efektifitasnya diukur dengan 10 variabel; maka masalah yang dihadapi adalah : bagaimana menggabungkan dimensi 10 variabel tersebut menjadi satu dimensi yang komposit yang memungkinkan dilakukan perbandingan secara rasional dengan dimensi input?
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan memberikan bobot kepada tiap-tiap variabel, yang demikian, memungkinkan kita membentuk dimensi komposit secara sistemats dan rasional. Tetapi dalam pendekatan seperti ini masih terdapat kesukaran, yakni, bahwa tidak semua variabel non ekonomi dapat diukur secara kuantitatif. Tetapi hal seperti ini tidak usah membuat kita pesimis, bahwa seakan-akan analisis dari sekian variabel non ekonomis yang sukar diukur adalah tidak mungkin dilakukan. Secara kreatif kita kembangkan teknik analisis yang sesuai dengan permasalahan. Sistem Analisis tidak bermaksud untuk menggantikan peranan intuisi dan pertimbangan dalam menarik suatu kesimpulan dengan formula matematika.
Analisis menurut Fisher, bertujuan untuk lebih mempertajam intuisi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Demikian juga upaya yang dipaksakan untuk mengkuantifikasikan variabel kualitatif yang tidak mungkin untuk diukur secara kuantitatif, bukan saja merupakan upaya yang ”dibuat-buat” tetapi juga berbahaya, yang akan merusak kesimpulan analisis secara keseluruhan. Beberapa variabel seperti kesetabilan politik atau tingkat moral sukar untuk diukur dengan akurat, dan oleh sebab itu, sebaiknya tetap dibiarkan dalam dimensi kualitatif.
Beberarapa analis, karena kesukaran seperti di atas, cenderung untuk menghilangkan variabel-variabel yang sukar diukur secara kuantitatif. Seorang analis yang baik, menurut Rowen , mempunyai tiga karakteristik yakni:
- Tidak ”memberikan” angka kepada unsur yang tidak dapat dikuantifkasikan;
- Tidak melupakan unsur-unsur yang tersirat (intangibel); dan
- Tidak mengenyampingkan evaluasi yang bersifat subyektif dan pertimbangan yang matang.
Langkah-langkah dalam Sistem Analisis bersifat sistematik, analitik, rasional dan tersurat. Pada tahap-tahap tertentu dalam Sistem Analisis penelitian ilmiah bisa membantu analisis dengan memberikan masukan yang kemudian digunakan sebagai premis atau fakta bagi analisis selanjutnya.
Tentu saja dari sifat sistematik, rasional, analitik dan tersurat didasarkan kepada data atau informasi yang obyektif tetap merupakan kerangka dasar pengkajian Sistem Analisis; tetapi hal ini dilakukan dengan semangat kerjasama dan demokratis yang merupakan jiwa dari pengambilan keputusan dalam organisasi yang modern.
Wright, umpamanya , menolak tuduhan bahwa Sistem Analisis bersifat otokratik; bahkan sebaliknya, dia menjawab, Sistem Analisis adalah salah satu kegiatan intelektual yang sangat demokratis, dengan bersedia untuk mempergunakan metode mana saja, yang berguna untuk sampai kepada kesimpulan yang tepat. Memang dalam era komputerisasi Sistem Analisis dengan mengenyampingkan variabel-variabel kualitatif serta pertimbangan yang bersifat intuitif, Sistem Analisis dalam bentuk komputer print – out menjadi penentu keputusan. Tetapi belajar dari kesalahan, para analis sudah lebih dewasa, mereka mau mendengarkan berbagai pendapat dan informasi yang relevan dengan persoalan yang diajukan, untuk dikaji dan diperdebatkan. Dan Sistem Analisis ini, meminjam perkataan Enthoven, menyediakan aturan-aturan yang logis untuk debat yang bersifat konstruktif dan bermanfaat.
Secara teoritis tidak ada permasalahan dalam proses Sistem Analisis yang tidak dapat dipecahkan; lewat akal sehat, berfikir logis, dan kalau dirasa perlu; mengadakan penelitian ilmiah mengenai sesuatu hal yang diperdebatkan.
Tetapi justru di sini juga terletak kelemahan dari Sistem Analisis. Quade, umpamanya, menuduh Sistem Analisis sarat dengan intuisi dan pertimbangan-pertimbangan, yang jauh dari bersifat obyektif , cenderung untuk bersifat parokial, partisan, dan terbelenggu oleh kepercayaan yang kita agungkan. Kelemahan Sistem Analisis yang utama terletak pada kemungkinan bahwa alternatif yang benar-benar paling baik tidak termasuk kedalam serangkaian alternatif yang diajukan.
Kesalahan yang biasa dilakukan dalam menerapkan Sistem Analisis diberikan oleh Mc Kean, sebagai berikut:
- Melupakan besar absolut dari biaya atau tujuan;
- Merumuskan tujuan yang salah atau besar tujuan yang salah;
- Melupakan ketidak pastian;
- Melupakan dampak program terhadap kegiatan-kegiatan lainnya;
- Mengambil konsep yang salah mengenai biaya;
- Melupakan dimensi waktu;
- Mempergunakan test yang dipaksakan; dan
- Menerapkan kriteria yang baik terhadap permasalahan yang salah.
Disamping itu, menurut Quade, sering terjadi ”isyu” sampingan dijadikan sebagai kriteria serta kealpaan untuk tidak menilai proses analisis.
Sistem Analisis sering tidak dapat diterapkan sepenuhnya dalam mencari pemecahan masalah, terutama yang menyangkut keputusan politis, di mana seperti dikatakan Schlesinger: bahwa wilayah politis mempunyai logika tersendiri yang berbeda dengan Sistem Analisis.
Kesimpulan
Didasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sistem merupakan suatu metode yang sangat mendasar untuk memahami hubungan sistem dengan lingkungannya. Dalam pengertian umum analisis sistem merupakan pedoman berpikir yang menyajikan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan oleh metode analisis lainnya. Oleh karena sifatnya yang sangat mendasar tersebut, maka analisis sistem dapat diterapkan pada berbagai tingkatan yang sifatnya sangat rumit.
Penerapan analisis sistem yang paling sederhana adalah suatu cara berpikir, tetapi sebaliknya analisis sistem juga dapat diterapkan pada bentuk yang sangat rumit dengan mempergunakan berbagai perhitungan rumus matematika yang paling cangih. Keluwesan penerapan analisis sistem merupakan metode yang dapat digunakan untuk berbagai penerapan dalam memecahkan berbagai tingkatan masalah.
SUMBER;
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3714959385765567050#editor/target=post;postID=7182563049386027840;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=4;src=link
SUMBER;
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3714959385765567050#editor/target=post;postID=7182563049386027840;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=4;src=link
0 komentar:
Posting Komentar