FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA IMA

Posted By frf on Kamis, 13 Oktober 2016 | 17.10.00

1. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA IMA
Terjadinya Infark miokard akut biasanya dikarenakan aterosklerosis pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil. Ini semua juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan. Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragic. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard merupakan dasar dari terjadinya proses iskemik tersebut. Pada kondisi yang jarang, IMA dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas congenital, spasme koroner, dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.
Etiologi terjadinya infark miokard akut menurut Kasuari (2002), yaitu :
1) Berkurangnya aliran oksigen ke miokard yang disebabkan oleh 3 faktor, yaitu:
a) Faktor Pembuluh Darah
  • Aterosklerosis
  • Spasme
  • Arthritis
b) Faktor Sirkulasi
  • Hipotensi 
  • Stenosis aorta
  • Insufisiensi
c) Faktor darah
  • Anemia
  • Hipoksemia
  • Polisitemia
2) Curah jantung yang meningkat
  1. Aktivitas yang berlebihan
  2. Makan terlalu banyak
  3. Emosi
  4. Hipertiroidisme
3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada kondisi:
  1. Kerusakan miokard
  2. Hipertropi miokard
  3.  Hipertensi diastolik
2. TANDA DAN GEJALA IMA
Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan.

Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui bunyi jantung S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior. Pada EKG ditemukan adanya elevasi segmen ST

4. MANAGEMENT STRESS PADA PENDERITA IMA
Manajemen stress adalah suatu program untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan stres dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres, sehingga orang lebih baik dalam menguasai stress dalam kehidupan daripada dihimpit oleh stress itu sendiri (Schafer, 2000: 18). Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif (Margiati, 1999: 76). Manajemen stres menurut Taylor (2003) meliputi 3 tahap, yaitu:
  • Tahap pertama : partisipan mempelajari apakah stres itu dan bagaimana mengidentifikasi stresor dalam kehidupan mereka sendiri.
  • Tahap kedua : mereka memperoleh dan mempraktekan ketrampilan untuk mengatasi (koping) stres.
  • Tahap terakhir : partisipan mempraktekkan teknik manajemen stres mereka yang ditargetkan situasi penuh stres mereka dan memonitor efektivitas teknik itu.
Dalam melakukan manajemen stres terdapat beberapa cara yang digunakan untuk dapat mengelola stres. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengelola stress, yaitu:
a. Strategi Fisik
Cara yang paling cepat untuk mengatasi tekanan fisiologis dari stres adalah dengan menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik tubuh melalui meditasi atau relaksasi. Menurut Scheufele, relaksasi progresif adalah belajar untuk secara bergantian menekan dan membuat otot-otot menjadi santai, juga menurunkan tekanan darah dan hormon stres (Wade dan Tavris, 2007: 302).

b) Strategi Emosional
Merupakan suatu strategi yang berfokus pada emosi yang muncul akibat masalah yang dihadapi, baik marah, cemas, atau duka cita. Beberapa waktu setelah bencana atau tragedi adalah hal yang wajar bagi individu yang mengalaminya untuk merasakan emosi-emosi tersebut. Pada tahap ini, orang sering kali butuh untuk membicarakan kejadian tersebut secara terus-menerus agar dapat menerima, memahami, dan memutuskan akan melakukan hal apa setelah kejadian tersebut selesai. Emotion focused coping adalah sebuah strategi koping stres yang lebih menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan, dan mengalihkan perhatian dari masalah (Tanti, 2007).

c) Strategi Kognitif
Dalam strategi kognitif yang dapat dilakukan adalah menilai kembali suatu masalah dengan positif (positive reappraisal problem). Strategi positive reappraisal yaitu merupakan usaha kognitif untuk menganalisa dan merestrukturisasi masalah dalam sebuah cara yang positif sambil terus melakukan penerimaan terhadap realitas situasi (Solichatun, 2011).

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa appraisal merupakan reaksi terhadap stres yang sangat tergantung pada bagaimana individu itu menafsirkan atau menilai (secara sadar atau tidak sadar) arti dari peristiwa yang mengancam atau menantang dirinya. Masalah dapat diubah menjadi tantangan dan kehilangan dapat diubah menjadi keuntungan yang tidak terduga.

Selain itu teknik lain yang dapat digunakan untuk mengubah kognitif adalah dengan afirmasi positif. Afirmasi adalah cara yang paling mudah dan sederhana untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar seseorang. Afirmasi adalah sejumlah kalimat yang positif disusun baik itu hanya sebatas pikiran, atau dituangkan kedalam tulisan, diucapkan dengan cara berulang-ulang. Afirmasi ini berupa pernyataan pendek dan sederhana yang disampaikan terus menerus dan berulang-ulang kepada diri sendiri. Pada saat melakukan afirmasi, sesungguhnya seseorang sedang mempengaruhi keadaan pikiran bawah sadar. Afirmasi harus bersifat positif dan diwujudkan dengan kata-kata yang singkat.

d) Strategi Sosial
Dalam strategi sosial seorang individu untuk menurunkan stres dapat melakukan hal berikut ini, seperti mencari kelompok dukungan. Kelompok dukugan (support group) terutama sangat membantu, karena semua orang dalam kelompok pernah mengalami hal yang sama dan memahami apa yang dirasakan. Kelompok dukungan dapat memperlihatkan kepedulian dan kasih sayang. Mereka dapat membantu seseorang menilai suatu masalah dan merencanakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Mereka merupakan sumber kelekatan dan hubungan yang dibutuhkan oleh setiap orang sepanjang hidup. Memiliki teman adalah hal yang menyenangkan dan hal ini bahkan dapat meningkatkan kesehatan seseorang.

1. PROGRAM PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH UNTUK PASIEN DENGAN INFARK MIOKARD
a. Penyesuaian kegiatan selama masa penyembuahn sampai benar-benar sembuh.
  • Masa penyembuhan penyakit jantung berbeda-beda, biasanya 6 sampai 8 minggu.
  • Infark miokardium biasanya memerlukan berbagai penyesuaian gaya hidup, adaptasi terhadap serangan jantung merupakan proses yang terus berlangsung. 
Adapun penyesuaian gaya hidup yang perlu dilakukan adalah : Menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, dispneu, atau kelelahan yang luar biasa
  1. Menghindari panas dan dingin yang berlebihan dan berjalan melawan angin
  2. Menurunkan berat badan bila perlu
  3. Berhenti merokok
  4. Aktivitas harus diselingi dengan istirahat yang cukup. Kelelahan yang ringan itu normal dan biasa dijumpai pada masa penyembuhan
  5. Menggunakan kekuatan diri untuk melakukan kompensasi terhadap keterbatasan
  6. Mengembangkan pola makan yang terat· Menghindari makan besar dan makan tergesa-gesa
  7. · Membatasi minuman yang mengandung kafein, karena kafein dapat mempengaruhi jantung, irama, dan tekanan darah
  8. · Mematuhi diit yang dianjurkan, menyesuaikan kalori, lemak dan natrium sesuai yang dianjurkanBerusaha mematuhi aturan pengobatan, khususnya dalam hal minum obat
  9. Melakukan aktivitas yang dapat membebaskan dari tekanan
b. Pasien menjalani program yang teratur dalam meningkatkan aktivitas dan latihan untuk rehabilitasi jangka panjang

1) Melakukan penyesuaian fisik dengan peningkatan bertahap tingkat aktivitas sesuai peraturan
  1. Berjalan-jalan setiap hari, dengan meningkatkan jarak dan lamanya sesuai yang dianjurkan
  2. Memantau denyut nadi selama aktivitas fisik sampai tercapai tingkat aktivitas maksimal
  3. Menghindari aktivitas yang menegangkan otot; latihan isometrik, angkat berat, setiap aktivitas yang memerlukan energi mendadak
  4. Menghindari latihan fisik segera setelah makan
  5. Menyingkat waktu kerja saat pertama kali kembali ke pekerjaan 
2) Berpartisipasi dalam program latihan harian yang dapat dilanjutkan ke program latihan teratur selama hidup 

c. Menangani timbulnya gejala
1) Melaporkan diri ke fasilitas darurat terdekat bila terasa tekanan atau nyeri dada yang tidak hilang setelah 15 menit dengan nitrogliserin
2) Menghubungi dokter bila terjadi yang berikut :
  • Napas pendek
  • Pingsan
  • Denyut jantung yang cepat atau lambat
  • Bengkak pada kaki atau tumit (Brunner & Suddart, 2002)
Blog, Updated at: 17.10.00

0 komentar:

Posting Komentar