TEORI, PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN MANFAAT INTEGRITAS DIRI

Posted By frf on Rabu, 03 April 2019 | 02.58.00

TEORI, PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN MANFAAT INTEGRITAS DIRI
Pengertian Integritas Diri
Filsuf Herb Shepherd (Antonius, 2002:135-136) menyebutkan integritas diri sebagai kesatuan yang mencakup empat nilai, yaitu perspektif (spiritual), otonomi (mental), keterkaitan sosial,dan tonus (fisik). George Sheehan menjabarkan integritas diri sebagai kesatuan empat peran, yaitu menjadi binatang yang baik (fisik), ahli pertukangan yang baik (mental), teman yang baik (sosial), dan orang suci (spiritual).

Kedua tokoh itu, walau dengan istilah yang agak berbeda, namun sama-sama menyebutkan hal yang merupakan unsur penting dalam diri manusia, yaknifisik, sosial, dan mental-spiritual. Unsur penting tersebut merupakan dimensi dasar diri manusia. Integritas diri dilihat sebagai keterpaduan sinergis dan saling mendukung antara ketiga dimensi dasar tersebut dalam kehidupan seseorang. Ketiganya berkembang secara seimbang sehingga dapat saling mendukung dalam menjalani kehidupan secara lebih manusiawi. Inilah pengertian yang lebih luas tentang integritas diri.

Adrian Gostick & Dana Telford dalam buku mereka,Keunggulan Integritas,(2006:13-14) menyebutkanbeberapa pengertian integritasyang mereka kumpulkan dari beberapa sumber. Disitu disebutkan bahwa Kamus Merriam-Websteryang paling mutakhir mendefinisikan integritas sebagai ketaatan yang kuat pada sebuah kode, khususnya nilai moral atau nilai artistik tertentu. Definisi laindari beberapa pakar disebutkan: Jim Burke (Johson & Johson) menyebutnya sebagai ”suatu mekanisme yang membuat individu dan organisasi mempercayai Anda”; Millard Fuller (Habitat for Humanity) menggambarkan integritas sebagai ”konsistensi terhadap apa yang dianggap benar dan salah dalam hidup Anda”; Shelly Lazarus (pimpinan dan CEO Ogilvy Mather Worldwide) menjelaskan orang yang berintegritassebagai “mengedepankan serangkaian kepercayaandan kemudianbertindak berdasarkan prinsip”; Wayne Sales (presiden dan CEO Canadian Tyre) memberikan definisi yang sederhana, yaitu “Integritas berarti melakukan hal yang benar”; Diane Peck (Safeway) percaya bahwa ”setiap individu harus mendefinisikan sendiri arti integritas”.

Semuapengertian terakhir tersebutmerupakan pengertian khusus mengenai integritas.Umumnya,pengertian khusus seperti itulah yang banyak dimiliki oleh orang ketika memikirkan tentang integritas diri.

Dimensi Dasar Diri Manusia
Merujuk pada pengertian yang lebih luas tentang integritas, perlu dijelaskan sedikit tentang dimensidasar diri manusiayang terdiri dari unsur fisik, sosial,dan mental-spiritual (kejiwaan).Dimensi fisik adalah dimensi yang paling nyata dalam diri manusia, dalam arti dapat dilihat, diraba, dipegang, dan sebagainya. Orang yang memiliki integritas diri berarti juga orang yang memiliki perkembangan fisik yang baik, sehat,dan segar. Kondisi fisik seperti itu diperoleh berkat perhatian yang diberikan bagi pemeliharaan dan perkembangan fisik secara baik. Kesehatan secara fisik sangat mendukung perkembangan dan kemajuan dimensi diri yang lain. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat dengan berbagai kekayaannya.

Dimensi mental-spiritual (kejiwaan) merupakan dimensi „dalam‟ dari manusia yang hakikatnya adalah aspek kejiwaan, unsur-unsur kerohanian, dan hal yang berkaitan dengan mental spiritual dan unsur batiniah lainnya. Sekarang dimensi mental kejiwaan itu sudah diperinci ke dalam beberapa unsur yang dapat diterangkan satu per satu, namun tetap merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi. Unsur tersebut tampil dalam bentuk kecerdasan, dengan rincian: kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Orang yang memiliki integritas diri adalah orang yang memiliki perkembangan baik dan seimbang dari semua unsur-unsur kejiwaan/mental tersebut.

Kecerdasan intelektual (IQ=Intellectual Quotient) diilustrasikan dengan komputeryang memiliki tingkat “IQ” yang tinggikarena dapat beroperasi secara cepat, hampir tanpa kesalahan sama sekali. Namun, harus diakui juga bahwa otak manusia jauh ebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan komputer hasil buatan manusia. Setepatnya kecerdasan intelektual berada di wilayah otak, merupakan bawaan lahir, yang cenderung bersifat seri dan mekanistis.

Kecerdasan emosional (EQ = Emotional Quotient)merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiriyang membuat seseorang dapat bertahan dalam menghadapi frustrasi, dapat mengendalikan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mampu mengatur suasana hati,dan menjaga agar beban stres tidakmelumpuhkan kemampuan berpikir (Daniel Goleman, 2002).

Kecerdasan spiritual (SQ)dipahami sebagai kekuatan intuisi yang tajamuntuk melihat kebenaran paling dalamyang mengatasi kemampuan intelektual semata. Kecerdasan itu kemudian masuk ke kesadarandan akhirnya masuk ke penghayatan hidupyang akan membuat orang hidup lebih toleran, terbuka dan jujur, berlaku adil dan penuh cinta. Dari kecerdasan bergerak menuju ke kearifan dan meraih kebahagiaan spiritual, spiritual happiness(Sukidi, 2002:137).

Dimensi sosial dari manusia sudah semakin dipahami dan diakui sebagai salah satu dimensi dasar diri manusia di dunia ini. Kebutuhan yang berkaitan dengan dimensi sosial,meliputi kebutuhan akan penerimaan, mencintai dan dicintai, pengakuan dan persahabatan,serta segala bentuk hubungan sosial lain. Orang yang memiliki integritas diri adalah orang yang memiliki kepekaan dan keterampilan sosial dalam kehidupanbersama.

Dari keterangan tersebut, integritas diri dilihat sebagai perkembangan seimbang dan terpadu dari berbagai dimensi penting diri manusia, menyangkut fisik, psikis,dan sosial. Orang yang memiliki integritas diri adalah orang yang telah mencapai kemajuan yang baik, seimbang,dan terpadu dari berbagai unsur penting dari dirinya. Oleh karena itu, ingin memiliki integritas diri yang tinggi berarti harus memberi perhatian yang memadai bagi perkembangan dan kemajuan dirinya secara utuh. Dia harus memperhatikan peningkatan kemampuan fisiknya, harus mengembangkan kemampuan IQ-nya, mengembangkan kematangan emosinya,serta meningkatkan kemampuan SQ-nya. Juga melatih terus menerus kepekaan dan keterampilan sosialnya.

Keunggulan Integritas
DiriIntegritas diri dapatjuga secara khusus dilihat sebagai yang berkaitan dengan dimensi kejiwaan/mental/spiritual dari manusiatanpa terlalu mengaitkannya dengan dimensi sosial, apalagi dimensi fisik.Integritas diri dilihat sebagai sikap mental kejiwaanyang selalu konsisten dalam menjalankan kehidupannya. Dia hidup konsisten dengan nilai baik dan benar yang diyakininya. Keyakinan itubukan sebagai yang bersifat buta, melainkan yang masuk akal dan dapat diterima oleh banyak orang. Orang lain mengakuinya sebagai yang memiliki integritas diri justru karena mereka ikut membenarkan konsistensi yang dimiliki orang tersebut beserta nilai yang dianutnya.
Dari surveilisan yang pernah dilakukan kepada sejumlah CEO, pimpinan dunia usaha, dan eksekutif puncak perusahaan di seluruhdunia, Adrian Gostick dan Dana Telford, dalam buku mereka, Keunggulan Integritas(2006),disebutkan beberapa karakteristik yangsecara konsisten diperlihatkan oleh orang yang berintegritas tinggi, yakni: Menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting; Menemukan yang benar (saat orang lain hanya melihat warna abu-abu); Bertanggung jawab; Menciptakan budaya kepercayaan; Menepati janji; Peduli terhadap kebaikan yang lebih besar; Jujur dan rendah hati; Bertindak bagaikan tengah diawasi; serta Konsisten

Menyadari bahwa Hal Kecil Itu Penting
Jarang sekali orang kehilangan integritas secara mendadak. Biasanya dimulai dengan menurunnya standar integritas secara perlahan hingga sulit disadaridan sukar dihentikansampai akhirnya mencapai akhir yang mematikan. Seperti seorang anak, orang memulainya dengan mencuri permen dan bukan mobil. Dalam kaitan dengan integritas, hal kecil itu penting. Oleh karena itu, untuk memiliki keunggulan integritas, orang tidak boleh mengabaikan hal kecil, seperti berbohong untuk hal sederhanaatau mengambil sesuatu milik orang lain tanpa izin (mencuri), sekecil apa pun itu. Membangun integritas diri berarti memulainya dan memperlihatkannya dari hal kecil.

Menemukan yang Benar (Saat Orang Lain Hanya Melihat Warna Abu-Abu)
Disini yang dibutuhkan bukanlah kemampuan superuntuk mengetahui dengan pasti yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Hal yang terutama dibutuhkan adalah komitmen untuk menghabiskan waktu dan energi untuk menemukannya. Joe Badaracco, seorang yang tergolong pakar etika bisnis dari Harvard mengatakan bahwa tanda seorang berintegritas tinggi adalah kualitas pertimbangannya saat mengambil keputusan yang sulit yang mungkin dapat dilihat dari kualitas keputusannya. Ia mendorong kita untuk mengkaji lebih dalam, bukan sekadar melihatnya dari sudut pandang benar salah yang terlalu menyederhanakan masalahkarena kerap kali kita berhadapan dengan keputusan yang dapatbenar dan dapatpula salah (abu-abu).

Setelah memahami semua fakta, telah mendengar masukan dari berbagai pihak yang dapat dipercaya (penasehat), dan yakin dapatjujur dengan keputusan Anda itu, dengarlah intuisi Anda. Anda harus merefleksikan keputusan yang diambil. Kaisar Roma, Marcus Aurelius, seorang raja yang juga filsuf, selalu meluangkan waktu untuk apa yang dia namakan ‟saat hening‟. Ide dasarnya adalah memperlambat tempo untuk mendengarkan apa yang disuarakan oleh intuisinya.

Untuk mengambil keputusan yang benar dapatjuga dengan cara melihatnya dari pihak yang terpengaruh oleh keputusan tersebut. Hal itu berarti menempatkan diri pada posisi pihak yang kena pengaruh keputusan itu. Cara seperti itu sejalan dengan generalisasi norma moral sebagaimanadikemukakan oleh Immanuel Kantyang biasa disebut sebagat the golden ruleatau kaidah emasyang biasa dirumuskan sebagai berikut:
Integritas Diri... (Antonius Atosökhi Gea)21”Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan” (positip). Atau secara negatif: “Jangan perbuat terhadap orang lain apa yang Anda sendiri tidak inginkan diperbuat terhadap diri Anda”(Bertens, 1997:169).


Ukuran lain untuk meyakinkan kebenaran suatu keputusan yang diambil adalahbertanyalah kepada diri sendiri apakah Anda ingin dikenang sebagai orang yang turut serta dalam pengambilan keputusan itu. Kalau Anda ingin dikenang sebagai pengambilkeputusan atau yang turut serta dalam pengambilan keputusan itumaka besar kemungkinan keputusan itu benar. Jadi, orang berintegritas tidak akan bertindak sembarangan, tanpa didahului pertimbangan yang luas dan dalam.

Bertanggung Jawab Kata
“Tanggung jawab” berkaitan dengan “jawab”, berarti dapat menjawab, bila ditanyai mengenai perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggungjawab bukan saja ia dapatmenjawab, melainkan harusmenjawab, dalam arti harus memberi dan tidak dapatmengelak mengenai perbuatannya dan apayang dilakukannya. Jawaban itu harus dapatdia berikan kepada pihak yang membutuhkan jawabannyadan itu dapatkepada dirinya sendiri, kepada masyarakat luas, dan bahkan kepada Tuhan, kalau dia orang beragama dan beriman (Berten, 1997:125).
Arti kata tanggung jawab dapat juga dilihat melalui kata bahasa Inggris, yakni responsbility. Kata itu merupakan gabungan dari dua kata, yakni response, yang berarti tanggapan, dan ability, yang berarti kemampuan. Secara hurufiah responsbilityatau yang kita artikan sebagai tanggung jawab berarti kemampuan memberi tanggapan. Dalam kaitan dengan pekerjaan, tanggung jawab dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menanggapi dan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan (F.X.Oerip S. Poerwopoespito, 2000:216). Kita dapatdianggap juga bertanggungjawab apabila pekerjaan tidak selesai namun kita dapat memberi penjelasan yang masuk akal dan dapat diterima mengapa sebenarnya pekerjaan itu tidak selesai. Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi tanggung jawab adalah mengundurkan diri dari jabatan. Orang yang memiliki integritas diri tidak pernah lari dari tanggung jawabnya.

Membudayakan KepercayaanSuatu hal tertentu hanya dapatbertahan apabila telah dibudayakan. Kepercayaan merupakan tali pengikat dalam kehidupan bersama, baik dalam komunitas kecil seperti keluarga dan teman dekat, maupun dalam komunitas besar seperti organisasi bisnis dan kelompok masyarakat lainnya. Orang yang dapatmemperlihatkan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, itulah yang memiliki integritas diri. Seorang pimpinan bukan saja hanya konsisten menerapkan aturan kelompok dengan baiktetapi dia sendiri harus dapatmemperlihatkan hal itu dalam dirinya. Dia sendiri menjadi embodiment of valuesbagi bawahan dan kelompoknya.

Orang akan semakin dapatdipercaya apabila dia membuang segala kepalsuan dan kepura-puraan dalam dirinya. Dia tampil apa adanya, namun tetap bijaksana dalam bertindak.Orang seperti itudapat memancarkan pengaruh positif pada lingkungan sekitarnyasehingga orang-orang di sekitarnya akan mengalami suasana yang mendorong mereka untuk menjadikan mereka orang-orang yang dapat dipercaya juga. Lama kelamaan kondisi itu akan menciptakan lingkungan, yaitu kepercayaan (saling percaya) menjadi budaya, menjadi pola hidup yang sudah terinternalisasi.

Menepati JanjiJanji atau perjanjian dapatterjadi antara satu individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok, atau sebaliknya antara satu kelompok dengan individu, dan juga antara satu kelompok dengan kelompok lain. Namun, yang mendapat perhatian utama disini adalah janji seorang pribadi yang diarahkan, baik kepada individu atau kelompok lain. Entah kepada siapa pun hal itu diarahkan, hanya berupa lisan atau sudah dituliskan di atas kertas bermaterai, janji terutamaadalah masalah moral. Ungkapan “Janji harus ditepati” memang merupakan suatu sikap moralkarena janji merupakan sebuah kewajiban moral yang mengikat batin setiap orang yang mengucapkannya. Janji menuntut pemenuhan, entah kepada siapa pun janji itu diberikan.

Janji memiliki lingkup yang sangat luas. Janji kesetiaan, misalnya janji kesetiaan suami-istri, janji kesetiaan dalam tugas kenegaraan (sumpah jabatan), janji dan komitmen untuk bekerja dengan baik, janji untuk tidak melanggar perintah Tuhan, janji untuk mengembalikan barang pinjaman, janji untuk taat pada pimpinan, janji untuk memberikan yang terbaik dalam hidupnya, dan sebagainya. Selain janjiyang disebutkan, masih ada juga janji kita pada diri kita sendiri, seperti janji untuk menghentikan suatu perbuatan atau tindakan yang sudah kita sadari sebagai bertentangan dengan kebaikan, baik terhadap diri kita sendiri, sesama,Tuhan dan dunia. Janji adalah utangyang harus dilunasi. Orang berintegritas tinggi akan setia memenuhi janjinya, entah apa pun resiko yang harus dipikulnya.

Peduli pada Kebaikan yang Lebih Besar
Orang kadang bahkan sering dihadapkan pada situasi ketikadia harus mengambil keputusan dan tindakan yang akan membawa konsekuensi tertetu dalam kehidupan. Masing-masing keputusan dan tindakan yang dilakukuan membawa konsekuensi, entah konsekuensi baik ataupun konsekuensi buruk, dengan dampak yang tidak sama besar. Sering munculkonflik antara kepentingan pribadi dan kelompok, antara kepentingan kelompok,dan kepentingan orang banyak. Di lingkungan pekerjaan (perusahaan) umpamanya, sering terjadi konflik antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan, tujuan pribadi dan tujuan perusahaan. Seseorang disebut memiliki integritas diri apabila dia menunjukkan kepedulian terhadap kebaikan yang lebih besar, mengedepankan agenda yang lebih besar dari pada agenda pribadi dan terbatas. Karakteristik paling nyata dari orang dengan integritas tinggi adalah tingkat egoismenya yang rendah.

Jujur dan Rendah Hati
Jujur sering diartikan secaranegatif, yaitu tidak berbohong.Tidak jujur berarti berbohong. Arti kata berbohong sebenarnya hanya berarti mengatakan sesuatu yang tidak benar. Namun, kata bohong sendiri, seperti halnya kata kejujuran, memiliki konotasi etis. Dengan demikian, berbohong berartisuatu tindakan sengaja, dengan tujuan buruk, menyampaikan informasi yang salah kepada pihak lain.

Dengan kata jujur kita diminta untuk mengatakan yang benar dan tidak menyampaikan informasi yang salahyang didorong oleh tujuan buruk. Kita didesak untuk harus berkata benartetapi tidak perlu semua kebenaran harus kita ungkapkan. Hal yang tidak pernah boleh kita lakukanadalah menyampaikan informasi palsu yang menyesatkan, terutama bila hal itu dilakukan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan buruk. Artinya, informasi palsu yang kita berikan itu kita tahu bahwa menyesatkandan kita tahu juga bahwa informasi salah yang kita berikan itu akan digunakan orang dan ketika digunakan akan membawa akibatburuk.

Kita tetap terikat untuk tidak melakukan tindakan penipuan, walaupun penipuan yang kita lakukan itu tidak diketahui orang, baik orang atau kelompok yang menjadi sasaran langsung dari penipuan kita maupun orang atau pihak lain yang tidak terpengaruh langsung dengan penipuan kita. Kejujuran itu harus disertaidengan kerendahan hati, terlebih ketika kita hendak mengakui kesalahan diri sendiri dan mengakui keunggulan orang lain.

Bertindak Bagaikan Tengah DiawasiKalau kitasedang diawasi oleh orang laindan bahwa kita benar-benar menyadari hal itu, kita tentu akan lebih hati-hati dalam semua hal yang akan kita lakukan. Kita akan selektif dalam mengeluarkan kata yang akan kita ucapkan, kita akan mengontrol setiap gerakan kita, dan akan berusaha mengendalikan berbagai dorongan dan tindakan yang menurut kita akan dicela bila kita melakukannya.Jadi, ketika sedang diawasi, orang akan memiliki kontrol diri yang baik dan hampir pasti berusaha untuk tidak melakukan hal yang buruk.

Orang yang memiliki integritas diri tidak mudah lepas kontrol atas berbagai tindakannya, terutama untuk hal yang memiliki dimensi etis (soal baik-buruk). Dia berlaku dan bertindak seakan-akan sedang diawasi, bukansaja oleh beberapa pasang matatetapi juga oleh mata batinnya sendiri dan bahkan mata Tuhan yang merupakan hakim, yang senantiasamenjatuhkan penilaian pada dirinya dan pada apa yang dilakukannya.Bagi seorang yang memiliki integritas diri, ada atau tidak ada orang, dia tetap waspadaatas apa yang akan dilakukannya. Dia selalu merasa sedang bertindak di depan hakim, yang senantiasamengetahui dengan baik segala apa yang dilakukannya. Kesadaran ini tidak hanya sebagai alat kontrol atau pengekang untuk tidak melakukan hal Character BuildingJournal, Vol. 3No. 1, Juli2006: 16-2624yang buruk, melainkan juga sebagai pendorong untuk selalu berusaha melakukan hal yang baik dan benar. Hal itusemakin menemukan bobot moralnya ketika dihayati bukan sebagai paksaan (karena perasaaan adanya hakim yang sedang menilai), melainkan sebagai keutamaan, sebagai ungkapan tentang diri sendiriyang memang adalah baik.

KonsistenSecara singkat,konsisten dapat dimengerti sebagai kesesuaian antara perkataan dan tindakan. Orang yang konsisten tidak terpengaruh oleh perubahan di luar dirinya, Uang, kekuasaan, dan pengaruh lainnya, dapatdatang dan pergi tetapi sikap, perkataan,dan tindakan orang yang konsisten tidak lepas dari nilai moral yang dianutnya. Orang yang konsisten biasanya terus terang. Mereka merasa percaya diri dalam mengatakan apa yang mereka yakini. Tanpa basa-basi. Mereka berani. Hal itu juga menghemat banyak waktudan merupakan praktik yang baik.

Orang yang memiliki konsistensi biasanya hampir dapatdiduga (keterdugaan etis), yakni orang dapatmenduga dia bertindak atau bereaksi apa hampir dalam semua situasi. Kita tahu apa yang akan mereka lakukandan bagaimana hasilnya. Kalau dia seorang atasan sedang berhadapan dengan bawahan yang melanggar aturan, kita dapatduga dia akan bertindak apa. Kita tidak melihat tindakannya yang lain dari apa yang selalu dia nyatakan dalam banyak kesempatan. Konsistensi dapat dilihat juga dalam banyak praktik kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis. Konsistensi terjadi apabila ada kesesuaian antara yang dijanjikan dengan apa yang disampaikan dalam kenyataanyang secara nyata dapat disaksikan atau dialami oleh banyak orang. McDonald’smengalami sukses jangka panjang didalam industri makanan cepat saji karena konsistensinya. Sukses tersebut bukan terutama karena saus rahasia, makanan, tempat yang bersih, atau iklan pemasaran yang hebat.

Memang semuanya itu merupakan bagian dari formula rahasia McDonald’s. Akan tetapi,kekuatan sebenarnya dari perusahaan itu terletak pada konsistensi yang ditunjukkan oleh setiapgerainya yang terbentang dari Hongkong hingga Wisconsin. Saat memesan Double Arches, Anda tahu persis apa yang akan Anda peroleh.Pentingnya Integritas DiriPenghargaan yang terbesar terhadapintegritas merupakan salah satu warisan yang dimiliki bangsa Amerika. Hal itumengalir dari karakter para pemimpin mula-mula bangsa ini.

Dalam salah satu pidatonya, Abraham Lincoln mengambil posisi yang membuatnya kalah dalam persaingan memperebutkan kursi Senat Amerika Serikat saat melawan Stephen Douglas. Ia mengatakan, Amerika tidak akan dapatbertahan hidup bila parlemennya terdiri dari orang yang “separuh bebas dan separuh budak”. Ia tahu persis konsekuensi kata-katanya itu, namun Lincoln lebih suka kalah dengan terus berpegang pada kata-kata itu daripada menang tanpanya. Akan tetapi, integritas yang membuatnya kehilangan kursi senat itu telah membuatnya memenangi kursi kepresidenan.

Integritas diri seorang presiden bertahan jauh lebih lama daripada kebijakan yang diambilnya. Amerika sekarang jauh lebih besar sebagai masyarakat, lebih berkuasa,dan berhasil sebagai bangsa berkat Washington, Adams, dan Lincoln; karena Eisenhower, Truman, dan Reagan. Hal yang kurang lebih sama dapatkita lihat juga dalam negara lain yang memiliki kemantapan dan kestabilan yang semakin baik dalam berbagai bidang kehidupan. Atau juga dalam lembagalain, seperti lembaga keagamaan dan lembagaswasta lainyang memiliki kemantapan dan kestabilan yang semakin baikserta mampu bertahan dalam berbagai kondisi sosial masyarakat dan bahkan dunia sekalipun. Semua itu pastilah terkait karena integritas yang dimiliki oleh para pemimpin dari lembaga itu.

Integritas diri yang dimiliki oleh seseorang, terutama oleh seorang pemimpin, memiliki dampak sangat besar bagi kehidupan yang menyertainya. Mengecek integritas diri dapat juga meliputi pengukuran apakah seorang pemimpin dapatmemanfaatkan wewenangnya dan mengambil risiko untuk membuat tindakan perbaikan dari yang populer sampai yang tidak populer sekalipun (Eileen Rachman, 2006).

Pribadi yang Memiliki Integritas
Seorang pribadi yang memiliki integritas, dalam dirinya terdapat ciri-ciri berikut. Pertama, ia memiliki fisik yang sehat dan bugar, memiliki kemampuan hidup sosial yang semakin baik,memiliki kekayaan rohani yang semakin mendalam, dan memiliki mental yang kuat dan sehat. Kedua, kadar konflik dirinya rendah. Ia tidak berperang melawan dirinya sendiri (pribadinya menyatu). Dengan demikian,dia memiliki lebih banyak energi untuk tujuanproduktif. Ketiga, memiliki kemampuan dalam menata batin sampai mencapai tahap kebebasan batin dalam arti tidak mudah diombang-ambing oleh gejolak emosi dan perasaan sendiri. Keempat, semakin memiliki cinta yang personal/kedekatan hidup pada Tuhan sehingga mampu menanggung risiko dan konsekuensidari pilihan hidup religiusnya. Kelima, seorang yang tidak mudah binggung tentang mana yang benar atau salah, baik atau buruk, demikianpula persepsinya tentang tingkah laku yang benar tidak mengalami banyak keraguan. Keenam, seseorang yang memiliki kemampuan melihat hidup secara jernih, melihat hidup apa adanya,dan bukan menurut keinginannya. Seseorang tidak lagi bersikap emosional, melainkan bersikap lebih objektif terhadap hasilpengamatannya. Ketujuh, orang ini juga dapat membaktikan tugas, kewajiban atau panggilan tertentu yang ia pandang penting. Karena berminat pada pekerjaannya itu, ia bekerja keras. Baginya, bekerja memberikan kegembiraan dan kenikmatan. Rasa bertanggungjawab atas tugas penting merupakan syarat utama bagi pertumbuhan, aktualisasi diri,serta kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA;
  • Bertens, K.1997.Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Gea, Antonius, dkk.2002. Character Building I: Relasi dengan Diri Sendiri. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional. Mengapa EI lebih penting daripada IQ(Judul asli: Emotional Intelligence. Alih bahasa: T. Hermaya).Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Gostick, Adrian and Dana Telford.2006. Keunggulan Integritas(Judul asli: The Integrity Advantage. Alih bahasa: Fahmi Ihsan).Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
  • Poerwopoespito, F.X. Oerip S. dan T.A. Tatang Utomo. 2000. Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan. Jakarta: Grasindo.
  • Rachman, Eileen. “Meraba Integritas, Dapatkah?”KOMPAS, Sabtu, 27 Mei, 2006, Hlm. 43, kolom 1-5
  • .Sukidi.2002. Kecerdasan Spiritual. Rahasia Sukses Hidup Bahagia.Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ. Cet. pertama.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Blog, Updated at: 02.58.00

4 komentar: