Program Pembinaan Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Luar Sekolah

Posted By frf on Selasa, 14 Februari 2017 | 20.47.00

Program Pembinaan Pendidikan Tinggi
Pembinaan dan pengembangah pendidikan tinggi berupaya untuk menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang rnemiliki kemampuan akademik dan/atau profesional, serta kemampuan kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Upaya-upaya untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan antara lain melalui perluasan kesempatan belajar, peningkatan mutu, peningkatan relevansi, serta peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan.

Jumlah lembaga perguruan tinggi terus meningkat, demikian pula sarananya telah makin baik, sehingga telah memperluas kesempatan mengikuti kuliah. Pertambahan jumlah perguruan tinggi terutama terjadi pada perguruan tinggi swasta. Pada tahun 1997/98 jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta tercatat sebanyak lebih dari 1.340 lembaga atau bertambah sekitar 188 lembaga dibandingkan jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta pada tahun 1993/94. Berbagai perguruan tinggi negeri selama kurun waktu antara tahun 1993/94 hingga tahun 1997/98 telah menambah gedung pendidikannya yang keseluruhannya mencapai luas 1.394,7 ribu m2 terdiri dari gedung kuliah dan gedung kantor seluas 759,7 ribu m2, gedung laboratoriurn 509 ribu m2, dan perpustakaan seluas 126 ribu m2. Dari keseluruhan gedung pendidikan tersebut, seluas 313,3 ribu m2 dibangun pada akhir Repelita V (1993/94) dan 1.081,4 ribu m2 dibangun selama 4 tahun Repelita VI. Selain itu telah direhabilitasi pula gedung pendidikan tinggi seluas 1.067,4 ribu m2, dilakukan pada tahun 1993/94 seluas 386 ribu m2 dan 681,4 ribu direhabilitasi selama 4 tahun Repelita VI (Tabel XVIII-8).

Perluasan dan rehabilitasi tersebut telah meningkatkan daya tampung perguruan tinggi bagi para lulusan SLTA yang jumlahnya terus bertambah sehingga jumlah mahasiswa baru pada tahun ajaran 1997/98 meningkat lebih dari satu setengah kali lipat menjadi 661 ribu orang dari 418,1 ribu orang pada tahun 1993/94. Dengan demikian angka melanjutkan ke perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa baru terhadap jumlah lulusan SLTA pada tahun 1997/98 menjadi 48,3 persen, atau meningkat 10,5 persen dibanding tahun 1993/94 sebesar 37,8 persen (Tabel XVIII-7).

Dengan meningkatnya jumlah mahasiswa baru tersebut maka jumlah mahasiswa seluruhnya pada tahun keempat Repelita VI menjadi 2.939,9 ribu, meningkat dari sekitar 2.056,7 ribu pada akhir Repelita V. Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa dengan penduduk kelompok usia 19-24 tahun pada tahun 1997/98 adalah sebesar 12,2 persen yang berarti telah melebihi sasaran tahun keempat Repelita VI sebesar 11 persen. Apabila jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama (PTA) diperhitungkan, maka APK perguruan tinggi pada tahun 1997/98 rnencapai 13,4 persen. Dengan demikian APK perguruan tinggi telah melampaui sasaran tahun keempat Repelita Vl sebesar 12,2 persen dan bahkan melampaui sasaran akhir Repelita VI sebesar 12,8 persen (Tabel XVIII-7).

Pada tahun keempat Repelita VI jumlah lulusan pendidikan tinggi juga meningkat sejalan dengan meningkatnya angka melanjutkan dan APK. Pada tahun 1997/98 jumlah lulusan pendidikan tinggi adalah 371,4 ribu orang, meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun 1993/94, yaitu sebesar 199,2 ribu orang (Tabel XVIII-7).

Untuk membantu mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu tetapi berprestasi akademik tinggi agar mempunyai kesempatan belajar di perguruan tinggi diberikan beasiswa. Pada tahun 1997/98 penyediaan beasiswa menjangkau 40 ribu mahasiswa atau meningkat lebih dari 6 kali lipat dibandingkan tahun 1993/94 yaitu 6.400 mahasiswa. Apabila beasiswa yang diberikan oleh masyarakat termasuk swasta dan Yayasan Supersemar diperhitungkan, maka jumlah penerima beasiswa pada tahun keempat Repelita VI mencapai lebih dari 50 ribu mahasiswa. Untuk tahun 1997/98 pemberian beasiswa oleh pemerintah akan ditingkatkan lagi yaitu bagi lebih dari 50 ribu mahasiswa.

Peningkatan mutu pendidikan tinggi juga terus diupayakan sejalan dengan perluasan kesempatan belajar, antara lain dengan meningkatkan jumlah dan rnutu dosen. Jumlah dosen yang pada tahun 1993/94 adalah sebanyak 88,7 ribu orang, bertambah menjadi sekitar 127,2 ribu orang pada tahun 1997/98 atau meningkat sekitar 38,5 ribu orang (43,4 persen). Mutu dosen ditingkatkan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Secara kumulatif, selama kurun waktu lima tahun terakhir, tahun 1993/94 hingga tahun 1997/98 pendidikan pasca sarjana (Magister dan Doktor) telah diikuti oleh sekitar 40,5 ribu orang dosen baik dari perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, dan pelatihan atau penataran diikuti oleh lebih dari 38 ribu dosen. Pada tahun 1998/99 pendidikan pasca sarjana (S2 dan S3) akan disediakan bagi 12.150 dosen.

Program Pembinaan Pendidikan Kedinasan dan Tenaga Kependidikan

Selain itu, dilanjutkan program Beasiswa Unggulan yaitu upaya menjaring para sarjana yang berprestasi akademik tinggi untuk langsung mengikuti pendidikan program S2 atau S3 guna memperkuat tenaga akademik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Pada tahun 1997/98 beasiswa unggulan diberikan kepada 173 orang, terdiri dari 160 orang untuk program S2 dan 13 orang program S3. Apabila dihitung secara kumulatif, sejak tahun pertama Repelita VI (1994/95) hingga tahun keempat (1997/98), beasiswa tersebut telah diberikan kepada 932 orang, terdiri dari 890 orang untuk program S2 dan 42 orang program S3.

Sejalan dengan upaya peningkatan mutu dosen tersebut, program pasca sarjana di dalam negeri terus diperluas. Sampai dengan tahun 1997/98 jumlah perguruan tinggi yang berwenang menyelenggarakan program pasca sarjana adalah sebanyak 24 perguruan tinggi negeri dan 54 perguruan tinggi swasta. Jumlah tersebut mencerminkan peningkatan yang sangat berarti bila dibandingkan dengan tahun 1994/95 di mana jumlah perguruan tinggi yang berwenang menyelenggarakan program pasca sarjana baru sebanyak 10 perguruan tinggi negeri dan 40 perguruan tinggi swasta.

Selama Repelita VI, sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan juga ditingkatkan. Sejak tahun 1993/94 hingga 1997/98 telah dilakukan pengadaan buku perpustakaan sebanyak lebih dari 710,7 ribu eksemplar, yaitu pada akhir Repelita V sebanyak 51,5 ribu eksemplar dan selama 4 tahun Repelita VI sebanyak 659,2 ribu eksemplar. Dalam kurun waktu yang sama diadakan peralatan laboratorium sebanyak lebih dari 13,8 ribu perangkat, yaitu sebanyak 2,4 ribu perangkat pada tahun 1993/94 dan 11,4 ribu perangkat selama 4 tahun Repelita VI (Tabel XVIII-8).

Untuk mendukung upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi negeri maupun swasta dibentuk Badan Akreditasi Nasional guna memantapkan sistem akreditasi melalui penilaian program studi, yang mulai bekerja pada tahun kedua Repelita VI. Hingga tahun keempat Repelita VI telah dilakukan akreditasi program strata satu (S1) bagi 3.305 program studi yang menghasilkan rekomendasi akreditasi sebanyak 3.131 program studi, yaitu: 1.181 program studi bagi perguruan tinggi negeri, 1.659 program studi bagi perguruan tinggi swasta, dan 5 program studi pada perguruan tinggi kedinasan, serta 276 program studi perguruan tinggi agama. Pada tahun 1998/99 akan dilanjutkan akreditasi bagi sekitar 1.500 program studi di perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.

Dalam Repelita VI upaya peningkatan mutu perguruan tinggi swasta telah dilanjutkan antara lain melalui pengembangan growth center (pusat pengembangan) di 4 Kopertis, yaitu di Medan, Semarang, Surabaya, dan Ujung Pandang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup penambahan sarana pendidikan seperti laboratorium beserta peralatannya yang digunakan oleh para dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi swasta yang belum memiliki laboratorium yang memadai. Dengan tersedianya sarana pendidikan tersebut, terutama laboratorium ilmu alam dasar dan bahasa yang lengkap dengan peralatannya, maka mutu proses belajar-mengajar di perguruan tinggi swasta di daerah tersebut dapat lebih meningkat. Oleh karena itu terus diupayakan pengembangan growth center ke wilayah-wilayah lainnya.

Penelitian di perguruan tinggi dilanjutkan dan ditingkatkan, terutama melalui penelitian Hibah Bersaing yang bersifat kompetitif. Pada tahun 1997/98 saja, jumlah penelitian seluruhnya mencapai lebih dari 3.200 judul, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding dengan jumlah penelitian yang dilakukan pada tahun 1993/94 sejumlah 1.498 judul. Peningkatan yang tinggi tersebut terutama disebabkan oleh makin meningkatnya penelitian bagi doktor baru dan tim peneliti pasca sarjana yaitu sebanyak lebih dari 400 judul. Penekanan pada mutu hasil penelitian tetap diperhatikan melalui seleksi oleh tim pakar yang sangat ketat, sebagaimana tampak pada penelitian Hibah Bersaing. Pada tahun 1997/98 dari sekitar 2.000 judul yang diusulkan terpilih hanya sebanyak 298 judul. Dengan demikian pada tahun 1997/98 secara keseluruhan program penelitian Hibah Bersaing ini membiayai 688 judul penelitian, termasuk penelitian lanjutan tahun 1996/97 (113 judul), 1995/96 (22 judul), 1994/95 (13 judul), dan tahun terakhir bagi 12 judul penelitian yang dilakukan sejak tahun 1993/94. Di samping itu tetap dibuka kesempatan penelitian pembibitan dalam berbagai bidang ilmu (BBI), yang tingkat seleksinya tidak seketat penelitian Hibah Bersaing, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan meneliti dosen muda di perguruan tinggi yang kapasitas penelitiannya masih rendah. Pada tahun 1997/98 dilakukan sebanyak 1.730 judul penelitian dosen muda dalam berbagai bidang ilmu dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di bidang Ilmu Pengetahuan Terapan yang hasilnya dapat segera diterapkan di masyarakat. Sejalan dengan itu dilakukan pula penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar sebanyak 123 judul, dan 211 judul penelitian voucher, yaitu penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan pengusaha industri kecil sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan langsung oleh industri tersebut guna pengembangan usahanya.

Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan masih dihadapi masalah komposisi bidang studi yang masih seimbang dan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Bidang-bidang studi sains dan keteknikan termasuk pertanian yang sangat dibutuhkan masih sangat rendah proporsinya, yaitu masih kurang dari 30 persen dari total mahasiswa. Oleh sebab itu upaya pengembangan daya tampung di perguruan tinggi negeri lebih diarahkan pada bidang-bidang sains dan keteknikan, disamping terus dilakukan pula penataan jumlah dan jenis, dan peningkatan mutu program­- program studi yang ada.

Pengembangan pendidikan politeknik dilanjutkan dan ditingkatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga profesional sesuai perkembangan dunia usaha dan industri. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI ini telah ada 26 politeknik yang terdiri dari 6 politeknik pertanian dan 20 politeknik keteknikan, yang 12 diantaranya menyelenggarakan program bisnis. Keduapuluh enam politeknik tersebut diselenggarakan di 20 perguruan tinggi negeri.

Program Pembinaan Pendidikan Menengah

Upaya mengembangkan kampus sebagai masyarakat ilmiah ditingkatkan melalui berbagai kegiatan lomba karya ilmiah seperti Lomba Karya Inovatif Produktif, Lomba Karya Tulis Ilmiah, dan Lomba Karya Widya Utama yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat perguruan tinggi sampai tingkat nasional. Di samping itu kegiatan kemahasiswaan lainnya seperti keolahragaan dan kesenian juga terus dikembangkan. Dalam upaya meningkatkan kegiatan keolahragaan bagi mahasiswa, dalam Repelita VI sampai dengan tahun keempat telah dibangun sarana olahraga di 20 perguruan tinggi negeri, berupa lapangan sepak bola yang dilengkapi lintasan atletik, atau berupa kolarn renang. Penentuan jenis sarana olahraga tersebut disesuaikan dengan kebutuhan perguruan tinggi yang bersangkutan dikaitkan dengan sarana olahraga yang sudah ada di wilayahnya, karena sarana olahraga tersebut dapat dimanfaatkan pula oleh masyarakat di sekitarnya maupun oleh mahasiswa perguruan tinggi lainnya.

Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
Sesuai dengan UU SPN, pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur persekolahan antara lain melalui kegiatan-kegiatan Pemberantasan Buta Aksara atau Kelompok Belajar Paket A tidak setara SD, Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP, Kejar Usaha, Magang, dan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri bekerja mencari nafkah dan memungkinkan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian warga masyarakat melalui jalur pendidikan luar sekolah selalu mendapat peluang dan kesempatan belajar dan berusaha.

Kegiatan di dalam program pembinaan pendidikan luar sekolah yang ditempuh melalui pembinaan Kejar Paket A tidak setara SD meliputi tiga tahapan, yaitu: (1) tahap pemberantasan; (2) tahap pembinaan; dan (3) tahap pelestarian. Tahap pembinaan dan pelestarian tersebut di atas dilakukan melalui berbagai upaya, seperti Kelompok Belajar Usaha (KBU), dan magang. Program ini diarahkan untuk memberikan pelayanan pendidikan, dan kesempatan belajar kepada warga masyarakat yang masih buta aksara, serta sekaligus menjamin penduduk yang sudah melek aksara agar tidak menjadi buta aksara kembali. Dalam upaya menunjang program pemberantasan buta aksara tersebut dilaksanakan pula Operasi Bhakti ABRI Manunggal Aksara (OBAMA) yang mulai dilaksanakan pada tahun 1995/96. Sampai dengan tahun 1997/98 telah mencapai 3 juta orang.

Pelaksanaan kegiatan pemberantasan buta aksara selama lima tahun sejak akhir Repelita V sampai dengan tahun ke empat Repelita VI telah mencapai 5,6 juta orang. Sejalan dengan peningkatan jumlah peserta program pemberantasan buta aksara tersebut telah terjadi penurunan angka buta aksara. Dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tercatat bahwa angka buta aksara di Indonesia pada tahun 1985 masih sebesar 19,07 persen (22,9 juta orang) dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas sebanyak 120,4 juta orang. Sedangkan berdasarkan hasil SUPAS tahun 1995 angka buta aksara di Indonesia telah turun menjadi 12,56 persen (19,2 juta orang) dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas sebanyak 152,5 juta orang. Bila dilihat dari angka penurunan buta aksara tersebut maka diperkirakan sasaran Repelita VI sekitar 10 persen akan dapat dicapai.

Pembinaan Kejar Paket A Setara SD dan Kejar Paket B Setara SLTP merupakan upaya dalam rangka mendukung wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program itu diarahkan pada peningkatan pengetahuan warga-belajar yang setara dengan sekolah dasar dan setara SLTP dan diberikan pelajaran tambahan muatan lokal rnengenai pengetahuan bermacam-macam keterampilan dengan tujuan meningkatkan kemampuan warga belajar dalam berwirausaha. Kegiatan Kejar Paket A setara SD baru dimulai pada awal Repelita VI dengan membelajarkan sebanyak 100 ribu orang, dan sampai dengan tahun ke empat Repelita VI telah mencapai sebanyak 370 ribu orang. Selanjutnya kegiatan Kejar Paket B Setara SLTP baru diuji-cobakan pada Repelita V, dan pada tahun 1993/94 baru membelajarkan sebanyak 18,7 ribu orang. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI pembelajaran kejar paket B tersebut telah mencapai 441,3 ribu orang.

Pembinaan kegiatan kelompok belajar usaha (KBU) dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi warga belajar sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mempertahankan atau melestarikan kemampuan baca tulis hitung sebagai modal di dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Pada tahun 1993/94 telah dibelajarkan sebanyak 14,8 ribu orang, dan selama empat tahun Repelita VI telah dibelajarkan sebanyak 93,2 ribu orang dengan lebih meningkatkan kualitas dari kegiatan KBU. Pada tahun 1998/99 kegiatan ini akan disediakan bagi sekitar 11 ribu orang.

Kegiatan magang ditujukan untuk memberikan keterampilan kepada peserta didik agar mampu mengelola usaha kecil atau dapat langsung bekerja pada lembaga atau usaha tempat magang. Kegiatan magang diharapkan dapat memperluas kesempatan memperoleh pekerjaan yang sekaligus mengurangi pengangguran. Apabila pada tahun 1993/94 jumlah peserta didik baru mencapai 15 ribu orang, selama empat tahun Repelita VI telah mencapai 53 ribu orang.

Pembinaan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat ditujukan kepada lembaga kursus-kursus pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Jumlah lembaga kursus yang terdaftar dan memiliki izin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1997/98 telah mencapai 19.725 lembaga kursus. Sejak tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 bagi peserta kursus yang berasal dari kalangan sosial ekonomi lernah telah diberikan beasiswa, yang telah diikuti oleh 29 ribu orang. Prograrn ini bertujuan untuk memberikan bekal kemandirian berusaha bagi warga masyarakat khususnya dari kalangan sosial ekonomi lemah sehingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.

Sejak awal Repelita VI, telah diselenggarakan rintisan pembinaan pendidikan terhadap anak dini usia (usia 0 - 8 tahun) dengan lebih inenitik-beratkan pada pembinaan kesehatan dan nutrisi yang berintikan pada pendekatan intelektual, emosi, sosial, dan kepribadian anak. Pembinaan dan pendidikan dilaksanakan melalui kelompok bermain, penitipan anak, posyandu, bina keluarga balita (BKB), dan program-program pendidikan keluarga. Dalam rangka mendukung rintisan pembinaan pendidikan terhadap anak dini usia tersebut telah dilaksanakan studi lapangan di Propinsi Sumatera Barat, Jawa Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil studi lapangan tersebut maka dilaksanakan lokakarya perencanaan dan upaya-upaya koordinasi dengan beberapa instansi terkait seperti Departemen Dalam Negeri, Departernen Kesehatan, Departemen Sosial, dan BKKBN untuk mengintegrasikan dan memantapkan kegiatan pengembangan anak dini usia.
Blog, Updated at: 20.47.00

0 komentar:

Posting Komentar