MANUSIA DAN AGAMA
1. Manusia dan Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
1.1. Manusia Menurut Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan menjelaskan asal usul kejadian manusia dengan teori desedensi (keturunan) atau teori evolusi. Menurut teori evolusi manusia berasal dari bangsa yang lebih rendah, yakni hewan. Teori ini berpangkal pada penemuan Lamark (1744-1829) dan diilmiahkan oleh Charles Daewin (1809-1882) dengan memberikan dasar data-data. Teori itu beranggapan, bahwa tiap jenis makhluk tumbuhan dan hewan berasal dari jenis yang paling rendah, ialah amuba atau makhluk satu sel di dalam air, yang paling tinggi atau akhir sekali ialah manusia. Jenis-jenis yang lahir dalam proses evolusi dari bangsa hewan menjadi jenis manusia antara lain: Pertama,yang paling tua, bentuknya mirip atau lebih hampir dengan manusia, diistilahkan Australopithecus, Kera Australia, fosilnya + berumur 500-600 ribu tahun. Kedua, Manusia Pithecanthropus Erectus, manusia kera berdiri tegak, yang fosilnya berumur + 400 ribu tahun. Ketiga, Manusia Homo Neanderthalensis, manusia Neanderthal yang fosilnya berumur + 100 ribu tahun. Teori evolusi itu makin lama, makin ternyata kelemahannya, seperti Darwin sendiri mengakui kelemahan tersebut yaitu adanya missing link (putusnya) hubungan atau tidak ditemukannya jenis dari bangsa hewan kepada jenis manusia. Baca: Harun Yahya dalam buku Runtuhnya Terori Darwin, atau lihat dalam CD nya, dengan judul yang sama!
1.2. Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
1.2.1. Pengertian Agama
Secara etimologi kata agama terdiri dari dua suku kata, yaitu a dan gama, a bahasa sangskerta dibaca panjang, yaitu aa berarti cara, sedangkan gama mulanya berasal dari gam bahasa indo Germani dan bahasa Inggris to go yang berarti jalan menuju keoada seseuatu, jadi berarti cara menuju, maka agama ialah cara-cara sampai kepada keredhaan Tuhan. Secara terminologis agama ialah pengakuan manusia tentang adanya yang Suci secara insyaf (sadar), bahwa ada satu kekuatan yang memungkinkan melebihi segala yang ada. Kekuatan inilah yang dianggap sebagai asal atau pencipta segala yang ada. Tentang kekuatan ini bermacam-macam bayangan yang terdapat pada diri manusia.
Kata agama dalam bahasa Indonesia dianggap ekwivalen (semakna) dengan kata religi. Bahasa Inggris mengejakannya religion dan Bahasa Belanda religie. Secara etimologi, religi berarti berhati-hati, dan pengertian asalnya observasi (berpegang kepada kaedah-kaedah atau aturan-aturan yang ketat. Dalam kamus The Hold Intermediate Dictionary of America English, religion is belief in and worship of God or the Supernatural (Kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau kepada yang Maha Mengatasi). Dengan demikian dapat dipahami bahwa religi atau religion adalah hubungan antara manusia dengan sesuatu. Sesuatu yang dianggap suci, yang disucikan atau yang dikuduskan, sifatnya yang berbeda dari pada manusia yang menganut religi itu. Sesuatu itu mungkin tenaga, gejala, yang tidak mempunyai wujud materi atau berbentuk pribadi yang dikultuskan atau didewakan, atau dewa-dewa, atau Tuhan (Allah swt.). Apa dan siapa sesuatu itu tergantung pada tujuan kepercayaan masing-masing. Secara umum pengertian religi ialah kepercayaan kepada yang dianggap suci atau yang disucikan (kudus), yang menyatakan diri dalam bentuk ritus (upacara suci), kultus (pemujaan) dan permohonan, yang membentuk sikap hidup manusia penganutnya berdasarkan doktrin (ajaran) tertentu.
1.2.2. Eksistensi Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
Eksistensi (kebaradaan) agama menurut ilmu pengetahuan muncul sebagai jawaban dari cara berfikir manusia dan masyarakat yang cenderung mencari jawaban absolute dari bebagai maslalah alam dan kehidupan, yang melahirkan Agama budaya (Agama: hasil cipta, rasa dan karsa manusia). Agama budaya (natural religion) adalah agama yang diciptakan oleh manusia. Jelasnya agama yang didasarkan kepada pemikiran manusia dan hasil pikiran manusia, tidak berdasarkan wahyu Allah SWT. Yang termasuk agama budaya ini antara lain adalah Agama Majusi, Agama Mesir Kuno, Agama Brahma dan Hindu, Agama Budha, Agama Sinto, Agama Kong fu The, Agama Hindu Bali, Animisme, Dinamisme, dan lain-lain sebagainya selain Agama Islam. Agama Yahudi, Agama Kristen Katolik, Agama Kristen Protestan adalah termasuk ke dalam kategori agama budaya, sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT. QS. al-Taubah (9):30-35:
1.2.3. Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan agama sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan alam pikiran manusia, semenjak dari tingkat primitif, tradisional, berpikir secara ilmiah sampai kepada berpikir secara filsafat. Di saat manusia memaksakan kehendaknya dengan kemampuannya berfilsafat (mempergunakan ratio/akal) untuk memecahkan pertanyaan: Siapakah Tuhan itu? Sebagai sebab pertama dari segala akibat-akibat selanjutnya, dengan faham kausalitas (sebab akibat), semenjak itu pula manusia membuat agamanya, berawallah sejarah pertumbuah aliran kepercayaan manusia kepada Yang Gaib, semenjak dari dinamisme-animisme, politeisme dan seterusnya, yaitu Aliran dinamisme (percaya kepada serba tenaga gaib), Aliran animisme (percaya kepada serba ruh), Aliran polyteisme (percaya kepada banyak tuhan), Munoteiame (percaya kepada satu tuhan), Aliran Deisme. (percaya kepada tuhan berada di luar alam), Aliran naturalisme (percaya kepada alam adalah tuhan).
2. Manusia dan Agama Menurut Islam
2.1. Manusia Menurut Islam
Menurrut Islam manusia ialah makhluk yang bertanggung jawab yang diciptakan Allah SWT. dengan sifat-sifat ke-tuhanan yang mengaliri dirinya. Definisi ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
- 2.1.1. Manusia diciptaan Allah SWT. dari awalnya adalah manusia yang tidak ada hubungan geneologis dengan makhluk ciptaan Allah SWT. sebagaimana menurut ilmu, hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya :QS. al-Baqarah (2:21): QS. al-Sajdah (32): 7-9, QS. al-Nsâ’ (4):1.
- 2.1.2. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab atas segala sikap dan tingkah lakunya: QS. 17:36 36.
- 2.1.3. Manusia diciptakan Allah dengan sifat-sifat ke-tuhanan-Nya :QS:7:180. QS.32:9: 9. Allah SWT. memiliki 99 asma-ul-husna (QS.7:180).
2.2. Eksistensi Tugas dan Fungsi Manusia diciptakan Allah SWT.
2.2.1. Eksistensi Manusia
Eksistensi (keberadaan) manusia diciptakan Allah SWT. menempati pada posisi tengah diantara makhluk, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
- Malaikat
- Ruh Manusia
- Makhluk Ghaib (Metafisika)
Pada bagan ini terlihat bahwa eksistensi manusia berada di antara makhluk metafisik (ghaib) dan makhluk fisik (makhluk nyata). diantara makhluk-makhluk ciptaan-Nya, karena merupakan gabungan makhluk gaib (Ruhani) dan makhluk nyata (jasmani).
2.2.2. Tugas Manusia
Tugas manusia adalah sebagai khalifah Allah SWT. (wakil yang diberi amanah oleh Allah SWT. untuk memakmurkan bumi), sebagaiman diisyaratkan dalam firman Allah SWT. QS. al-Baqarah (2):30, QS. Yunus (10):14: QS: 6:165, QS.35:39., karena penciptaam manusia yang paling sempurna berbeda dengan penciptaan makhluk lainnya, hal ini dapat dipahami dari isyarat QS.32:7-9. Manusia, selain memiliki potensi biologis, manusia memiliki potensi emosional, intelektual dan potensi spritual, maka potensi-potensi itu menjadi eksis (membuktikan keberadaannya), yaitu memiliki kemampuan merasa, berfikir dan mengenal Tuhan, QS. 2:123, 294, 17:36, 32:9. 40:16-18.
2.2.3. Fungsi Manusia
Pelaksanaan tugas manusia sebagai khlaifah Allah SWT. di bumi ini berfungsi pengabdian manusia kepada Allah SWT. sebagai ‘abdullah (hamba Allah SWT) untuk menyembah Allah SWT., karena sebelum roh manusia dituipkan Allah ke dalam tubuhnya, Allah SWT. telah memanggil roh itu untuk mengadakan perjanjian dengan-Nya, agar manusia tahu tentang eksistensi dan fungsi dirinya diciptakan-Nya. Manusiapun telah menyatakan kesaksisnnya kepada Allah SWT bahwa Tuhannya adalah Allah SWT,., sebagaimana dalam QS:7:172-173.
Fungsi manusia sebagai ‘abdullah akan memotivasi manusia memaksimalkan pelaksanaan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. (QS.2:21-22 dan 29), QS.51:56. Setiap pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia di dalam kehidupannya akan bernilai pengabdian kepada Allah SWT. manakala dilandasi dengan niyat yang ikhlash kerana Allah SWT. semata, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW. dalam sabdanya: Setiap amal (perbuatan) tergantung kepada niyatnya, setiap orang akan memperoleh balasan dari apa yang diniyatkannya... (HR. Muslim).
2.3. Agama Menurut Islam
2.3.1. Pengertian Agama Menurut Islam
Dalam al-Qur’an dan Hadits, istilah agama atau religi tidak dijumpa. Islam memakai istilah الدين(al-dîn) yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai wahyu penuntun dan sumber pokok ajaran Islam, yaitu Kata دين الاسلام (dîn al-Islam) dalam Q.S. 3:19 dan 85 yang dialih bahasakan ke dalam bahas Indonesia dengan kata agama.
Al-Faituz Zabadi dalam kamus al-Muhith, mengemukakan arti al-dîn ialah kemenangan, kekuasaan, paksaan dan peribadatan. Abul A’laa al-Maududi dalam Mukhtar al-Shahihah mengemukakan empat arti yang terkandung dalam al-din, yaitu berarti paksaan dan tekanan dari yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, berarti mematuhi dan menghambakan diri dari pihak yang tunduk kepada yang mempunyai kekuasaan, berarti ketentuan hukum, undang-undang dan tata cara yang mesti dipenuhi dan berarti perhitungan, pelaksanaan hukum, balasan dan siksaan.
Kata Islam Bahasa Arab. Asalnya aslama akar katanya ialah salama, berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terjadilah kata mashdar salamat, seterusnya salm dan silm. Salm atau silm berarti kedamaian, kesejahteraan, kepatuhan, penyerahan diri pada Tuhan. Dalam al-Qur’an ditemui aslama dalam bentuk masdar, dalam berbagai ungkapan kalimat, yaitu: مسلما ن (musliman) artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT. Q.S. 3:67. مسلمون (muslimun) artinya tunduk kepada Allah swt. Q.S. 2:133, 136, 3:84, 29:46. مسلمين (muslimin) artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT. Q.S. 3:52, 64, 27:31. المسلمين (al-muslimin) artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT. Q.S. 6:163, 10:72, 10:90, 39:12. المسلمون (al-muslimun) artinya ta’at kepada Allah SWT. Q.S. 72:14
Berdasarkan kepada pengertian al-dîn dan al-Islam di atas dapat dirumuskan pengertia دين الاسلام (dîn al-Islam), ialah konsep undang-undang dan peraturan-peraturan yang lengkap diwahyukan Allah SWT. kepada para nabi dan rasul-Nya semenjak Adam AS. yang berakhir dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Konsep tersebut tertera secara lengkap dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Khalik dan ataupun yang berhubungan dengan makhluk, baik mengenai kehidupan perseorang, maupun mengeani keluarga, berekonomi, bersosial, berpolitik, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar manusia mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera dari dunia sampai ke akhirat. Yang melaksanakan konsep tersebut disebut muslim.
Karena Islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah SWT., maka Agama Islam disebut Agama wahyu (revealed religion) . Agama wahyu adalah agama Islam yang diciptakan Allah SWT. sebagai petunjuk dan pedoman pelaksanaan tugas manusia sebagai khalifah Allah SWT. dan fungsi manusia sebagai pengabdi Allah SWT. di bumi ini, yang diturunkan-Nya kepada para Nabi dan Rasul-Nya, dari manusia pertama, yaitu Adam AS. dan berakhir kepada Nabi Muhammad SAW.
2.3.2. Syarat-Syarat Agama Menurut Islam
Berdasarkan definisi agama menurut Islam yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan syarat-syarat Agama Menrurut Islam yaitu sebagai berikut:
- 2.3.2.1.Ajarannya bersumber kepada Wahyu (Firman Tuhan) yang diwahyukan-Nya kepada Rasul (utusan-Nya) untuk disampaikannya kepada manusia sebagai pertunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupannya.
- 2.3.2.2.Meyakini adanya Tuhan bersifat monoteisme mutlak, beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
- 2.3.2.3.Meyakini ada Rasul yang diutus Allah SWT. untuk menyempaikan ajaran Agama itu kepada manusia.
- 2.3.2.4.Ajarannya Mengandung undang-undang atau hukum-hukum yang bersumber kepada wahyu (firman Tuhan).
- 2.3.2.5.Misi ajarannya hidup di dunia hanyalah untuk menyembah Allah SWT., Meyakini bahwa kehidupan di dunia hanyalah bersifat sementara, namun setiap manusia berhak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia sesuai dengan ajaran Tuhan, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi yang penuh dengan kebahagiaan yang tiada tara, sebagai tujuan akhir dari segala aktifitas keghidupan di dunia ini.
- 2.3.2.6.Visi ajarannya, selalu mengajak manusia berbuat baik kepada manusia dan alam lingkungan dengan melaksanakan amar makruf, nahi mungkar dan menjak mmanusia berimanan kepada Allah SWT.
- 2.3.2.7.Ruang lingkup Pokoknya Ajaran mencakup keimanan sebagai pondasi keyakinannya (iman), hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, agar kehidupan manusia di dunia dalam keteraturan, (syari’ah/hukum) dan akhlak al-karimah.
- 2.3.3. Fungasi Agama dalam Kehidupan Menurut Islam
Karena ajaran Agama Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, maka fungsi Agama Islam dalam kehidupan manusia adalah:
- 2.3.3.1.Sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk melaksanakan semua aktivitas kehidupannya
- 2.3.3.2.Untuk mengetahui hekekat dan tujuan hidup manusia diciptakan Tuhan.
- 2.3.3.3.Untuk mengetahi perjalanan kehidupan manusia dari awal diciptakan sampai akhir.
- 2.3.3.4.Untuk mengetahui visi dan misi hidup manusia di muka bumi ini.
- 2.3.3.5.Untuk mengetahui hak dan kewajiban manusia dan tanggung jawab manusia.
- 2.3.3.6.Untuk mendidik potensi SDM agar menjadi cerdas, sehingga manusia dapat membuktikan dirinya sebagai makhluk termulia dciptakan Tuhan.
- 2.3.3.7.Untuk mengetahui kepada siapa manusia beriman, menyembah, berhukum dan berakhlak di dalam kehidupannya.
2.3.4. Sejarah Agama dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam
Fakta sejarah membuktikan bahwa hidup manusia selalu berada di bawah suatu sistim keyakinan yang dipercayainya sebagai suatu tabi’at yang merata pada setiap manusia, karena manusia memiliki potensi spritual (mengenal Tuhan) yang dibawa oleh roh (jiwa) sebagai tabi’at beragma semenjak manusia itu diciptakan Allah SWT., atau semenjak lahir. Manusia yang pertama beragama di dunia ini adalah Adam AS. dan Hawa Istrinya, (QS:32:7-8, 30:30). Potensi spritual inilah yang menyebabkan manusia mampu menangkap kebenaran adanya Allah SWT. Sang pencipta alam semesta ini, menangkap dan menerima kebenaran ajaran wahyu-Nya (al-Qur’an) dan adanya utusan-Nya (Nabi dan Rasul-Nya) yang menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia sebagai petunjuk bagi manusia dalam memekai seluruh potensi dan perlengkapan hidupnya. Selain potensi spritual, manusia juga memiliki potensi emosional (merasa) dan intelektual (berfikir) dan nafsu (dorongan biologis) sebagai akibat bersatunya jiwa (rohani) dengan jasad (jasmani) (QS. 32:9, 3:14).
Di samping manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dorongan nafsu biologis makan/minumnya untuk mempertahankan hidup serta memenuhi kebutuhan dorongan nafsu seksual untuk mempertahankan kjelanjutan keturunannya. Manusia selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan spritual, emosional dan intelektualnya guna mencari kebenaran sebatas yang mampu ditangkap oleh potensi dan indera manusia. Maka manusia adalah makhluk yang selalu mencari kebenara, (QS:3:189-192). Pengalaman manusia dalam mencari kebenaran diabadikan Allah SWT dalam QS. 6:74-83, yaitu nabi Ibrahim AS. yang melakukan perjalanan spritual, emosional dan intelektual untuk mencari kebenaran tentang Tuhan.
Akibat dari adanya proses berpikir, baik merupakan kemajuan atau kemunduran, telah terjadi perpindahan (transformasi) agama dalam kehidupan manusia, yang mengakibatkan diantara menusia ada yang keluar dari fitrah agamanya yang suci (Dînul-Islam), dan meciptakan agama dengan kemauan emosional, intelektualnya, dan spritualnya, atau tidak beragama sama sekali, yang disebabkan karena manusia hanya semata-mata menggunakan potensi spritual, emosional dan intelektualnya secara bebas berdasarkan dorongan hawa nafsunya, tanpa dibimbing oleh ajaran Agama Islam yang di turunkan Allah SWT. kepada manusia lewat Nabi dan Rasul-Nya sehingga mengabaikan kata hati nurani (Nur ilahi) sebagai sumber kecerdasan spiritual. (Baca Q.S. 45:23-24 dan Q.S. 13:27-28).
TUGAS DAN LATIHAN:
1. Buatlah minimal 15 pertanyaan dan jawabannya dari materi topik bahasan 2 ini yang dilengkapi dengan analisis ayat dan hadis yang berkaitan dengan materi jawaban, ditulis tangan di kertas doble folio!
2. Buatlah Makalah: dengan judul Fungsi Agama dalam Kehidupan
DAFTAR PUSTAKA
- Agus, Bustanuddin, MA., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Pustaka Univ. Andalas, 1984
- -------------------------------, Prof, DR., Sosiologi Agama, Unand Press, Padang, 2003
- Al-Syaibani, Omar Muhammad, Al-Toumy, Prof. DR., Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
- Anshari, H. Saifuddin (ESA), MA., Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu Surabaya, 1985
- Ash-Shiddieqy, T. Hashby, Prof. DR., al-Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977
- Ali, Maulana Muhammad, MA., LLB. Islamologi, Mutiara Medan, Jakarta, 1980
- Buchaille, Maufiche, DR., Bibel, al-Qur’an dan Sains Modern, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
- Daud, Ma’mur, Terjemahan Shahih Muslim, Widjaya Jakarta, 1993
- Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Bahan Penataran P 4 Pola 100 Jam dan 45 Jam, Jakarta 1989/1990
- Farid, Miftah, Drs., Pokok-pokok Ajaran Islam, Salman ITB, Bandung, 1982
- Gazalba, Sidi, Drs., Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
- ________________., Ilmu, Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Bulan Bintang, Jkarta, 1978
- Kusumamihardja, Supan, Drh. M.Sc. dkk. Studia Islamica, Rajawali, Jakarta, 1985
- Mulia TGS. Prof. DR. dkk., Ensiklopedia Indonesia, Jakarta, 1976
- Oesen, Ahmad Amin, DR., Filsafat Islam, Jakarta, 1976
- Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976
- Poejawiyatna, Ir. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta, 1978
- Rasyidi, Prof. DR., Filsafat Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1983
- Subhi al-Shaleh, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, (terjemahan, Tim Pustaka Firdaus), Pustaka Firdaus, 1996.
- Syari’ati, Ali, DR., Ideologi Kaum Intelektual, Wawasan Islam, Mizan, Bandung, 1984
- Tem Departemen Agama RI., Dasar-dasar Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984
- Zaini, Syahminan, Drs. Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’a, Bina Ilmu, Surabaya, 1980.
0 komentar:
Posting Komentar