PRINSIP DASAR KEGIATAN REHABILITASI

Posted By frf on Jumat, 04 November 2016 | 16.18.00

PRINSIP - PRINSIP DASAR KEGIATAN REHABILITASI Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya:
1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajarn dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah
a. Prinsip menyeluruhKegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyelu­ruh atau lengkap, baik pada aspek fisik, psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic tidak terbatas ke-pada mempercepat penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih ketrampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.

b. Prinsip pelayanan segera atau pelayanan diniPelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.

c. Prinsip prioritasKondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.

d. Kegiatan berpusat pada anakKegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri, memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.

e. Prinsip konsistenSetiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi setiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.

f. Prinsip efektivitas dan penghargaanMemberikan pujian dan penghargaan atas keber­hasilan dan kemajuan kemampuan anak/peserta didik.

g. Prinsip pentahapan.Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.

h. Prinsip kesinambungan, berulang dan terus menerus.Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.

i. Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dsb.

2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan
a. Orientasi pada pengembalian fungsi

Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorien­tasi pada pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak dapat melihat, kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille, peragaan dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk, brace, dsb.

b. Pinsip individualisasiKegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.

c. Orientasi pada jenis kecacatan dan kasusAda kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu me­merlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb

3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
a. Prinsip kerja tim

Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program rehabilitasi.

b. Prinsip kerja atas dasar profesi.Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan masing-masing dan disusun pembagian togas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.

Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan.

Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemamputan dan kewenangannya.

Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan perma­salahannya. Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).

4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi a. Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara ber-saina-sama, kecuali rehabi­litasi ketrampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.

Pinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.

b. Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.

c. Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dsb.

d. Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau diasrama.
Blog, Updated at: 16.18.00

0 komentar:

Posting Komentar