PENDAPAT PARA PAKAR TENTANG PENDIDIKAN JASMANI

Posted By frf on Kamis, 03 November 2016 | 09.15.00

PENDAPAT PARA PAKAR TENTANG PENDIDIKAN JASMANI “
Di bawah ini akan dipaparkan perbandingan pendidikan jasmani dari pakar eropa dan amaerika 
K. Rijsdorp (1971) dari Belanda 
Dia mengatakan bahwa lingkup pengetahuan pendidikan jasmani bergerak dan menjangkau lingkup luas dari istilah pendidikan jasmani itu sendiri. Kalau pengubahan istilah dengan prinsip memperluas jangkauan pendidikan jasmani maka pengubahan itu sebaiknya menjadi pendidikan jasmani dan olehraga, namun dirasakan bahwa istilah itu terlalu panjang, maka ia mengusulkan gymnologie, yang artinya berlatih, dilatih dan melatih diri sendiri. Gymnologie sendiri terbagi menjadi tiga ranah: pendidikan jasmani, olahraga dan rekreasi.

Khusus mengenai pendidikan jasmani, ia mengatakan: 
  1. Istilah pendidikan jasmani (physical education) tidak langsung menyentuh inti permasalahan, tapi merupakan pendidikan keadaan tubuh, dan mempermasalahkan tentang kehidupan
  2. Pendidikan jasmani itu pendidikan dan merupakan pergaulan pedagogic dalam bidang gerak dan pengetahuan jasmani
  3. Pendidikan jasmani bukan masalah jasmaniah saja, lebih dari itu ia menyentuh problem kemanusiaan
  4. Pembelajaran harus mempertimbangkan keadaan anak dan dikaitkan dengan metode pembelajaran 
  5. William H.Freeman, adalah seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika serikat, mengutarakan bahwa kalau orang membicarakan tentang pendidikan jasmani ia akan menemukan petunjuk tentang lingkup perhatian pendidikan jasmani yang luas, sangat lebih luas dari pengertian istilah pendidikan jasmani itu sendiri. Menurutnya, dasar dalam pendidikan jasmani yang utama ialah mengenai usaha peningkatan gerak manusia yang terdiri dari gerak yang besar (gross) dan gerak halus (fine) dari badan. Lebih istirmewa lagi kalau di dalamnya niscaya dibicarakan juga hubungan gerak manusia dengan lingkup pendidikan. Selanjutnya pendidikan jasmani dan olahraga diganti dengan pendidikan jasmani. 
a. Hubungan bermain, pendidikan jasmani, dan olahraga.
Dalam memberikan batasan pendidikan jasmani, perlu dipertimbangkan pula hubungan antara bermain dan olahraga. Pada umumnya para pakar pendidikan jasmani mulai dari mempelajari bermain dan implikasinya (untuk tujuan yang baik). Sewaktu mempelajari pendidikan jasmani ini, maka harus dipertimbangkan hubungan antara olahraga dan pendidikan jasmani (yang menyatu atau yang sama), oleh sebab itu masalah bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani akan sama-sama dipertimbangkan. Jangan sampai terjadi tumpang tindih
  1. Bermain merupakan aktivitas penting yang dilakukan untuk memperolah kesenangan dan akan berkaitan dengan pendidikan. Bermain bukan merupakan aktivitas kompetitf, bukan olahraga, juga bukan pendidikan jasmani, namun merupakan olahraga dan pendidikan jasmani yang mengandung unsur bermain.
  2. Olahraga atau sport, merupakan kegiatan yang terorganisasi, atau merupakan bentuk bermain yng bersifat kompetitif dan amat erat kaitannya dengan pendidikan jasmani. Olahraga itu terorganisasi dan merupakan bermain kompetitif. Beberapa orang berpandangan bahwa olahraga secara sederhana sebagi bentuk permainan terorganisasi dan amat erat kaitan dengan pendidikan jasmani. Dengan kedekatan ini kita hendaknya mempertimbangkan, bahwa olahraga harus menunjukkan keterlibatan dengan aktivitas (yang bersifat) kompetitif.Olahraga itu di atas segalanya, dan merupakan aktifitas kompetitif, sebab tanpa kompetisi, olahraga menjadi sekadar aktivitas bermain yang sederhana atau disebut rekrerasi. Bermain (permainan) pada suatu saat dapat disebut olahraga, tetapi olahraga bukanlah permainan sederhana, karena aspek kompetisi sangat penting dalam olahraga.
  3. Pendidikan jasmani, mengandung unsur bermain (permainan) dan olahraga. Tetapi adanya kedua unsure itu harus ada keseimbangan, tidak boleh terjadi bahwa perbandingan kedua unsure tersebut terlalu menyimpang dan mematikan salah satu unsure tersebut. Pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik dengan tujuan pendidikan.
b. Pendidikan jasmani sebagai profesi dan disiplin
  1. Pendidikan jasmani sebagai profesi dan disiplin. Pendidikan jasmani digunakan sebagai wahana membangun atau mendidik manusia, dan dapat termasuk sebagai profesi, karena mempunyi aplikasi secara praktis. Untuk keperluan calon guru pendidikan jasmani, mereka perlu mempunyai bekal pengetahuan yang berkait dengan ilmu keguruan (kwowledge)
  2. Pendidikan jasmani sebagai disiplin, merupakn focus perhatian pada fenomena gerak manusia (human movement phenomena) atau dapat dikatakan juga sebagai studi tentang manusia dalam gerak (man in motion). Jadi pendidikan jasmani merupakan bagian ilmu pengetahuan dan teori. Beberapa orang physical educators mengutarakan bahwa keduanya ada kesejajaran, dapat termasuk dalam kelompok profesi maupun disiplin, dan oleh banyak jenis teori. Tentu saja bila pendidikan jasmani termasuk kelompok disiplin ilmu, maka pendidikan jasmani harus mempunyai tujuan pendidikan,dan perlu diperhatikan juga pengetahuan dalam segi pembentukan budi luhur dan rasa sosial.
c. Olahraga sebagai profesi dan disiplin
  1. Olahraga sebagai profesi yang dapat dikembangkan ialah ilmu pelatihan. Untuk mencapai tujuan olahragawan bermutu perlu perencanaan yang lebih matang dan pelatih harus trampil dan perlu kerjasama dengan lembaga pemerintah yang menaungi.
  2. Olahraga sebagai disiplin, bahwa olahraga merupakan pengembangan dari pendidikan jasmani dengan ciri-ciri aktivitas jasmani. Dilakukkan dengan penuh perjuangan dan untuk mencapai kemenangan.olahraga dapat menjadi salah satu alternatif pencaharian untuk keperluan hidup, dapat menjunjung tinggi martabat bangsa. Maka penanganan bidang olahraga ini perlu dipikirkan secara serius dan mendalam. Dengan demikian olahraga perlu diangkat sebagai disiplin tersendiri dengan sub disiplin sebagai berikut:
  • Filsafat olahraga e) sejarah olahraga
  • Pedagogi f) sosiologi olahraga
  • Fisiologi olahraga g) Psikologi olahraga
  • Biomekanika olahraga h) kesehatan olehraga
Daryl Siedentop (1994) 
Dia adalah seorang pakar pendidikan jasmani dari The Ohio State University Amerika Serikat. Menyatakan bahwa, sport education merupakan kurikulum dan model pendidikan yang dikembangkan untuk program pendidikan jasmani di sekolah, yang terdapat di dalamnya unsur ketrampilan olahgara dan permainan.
a. Tujuan sport education, mempunyai lebih banyak peluang untuk mencetak pemain, karena ada tuntunan dan bimbingan bagi kompetensi (yang dimiliki) peserta didik. Sport education memiliki tujuan:
  1. Kompetensi, yakni mengembangakan ketrampilan olahragawan agar lebih dapat meningkatkan prestasinya, lebih mengerti kompleksitas keolahragaan dan semakin meningkatkan pengalaman dalam bermain.
  2. Penguasaan dengan cara membaca dan menulis. Peserta didik dapat menelaah peraturan dan olahraga tradisional, dapat membedakan antara baik dan buruk dalam olahraga-bagi anak-anak maupun bagi olahragawan profesional. Mengetahui mengenai kemampuan olahragawan secara lebih baik, baik bagi orang yang berpartisipasi secara langsung maupun bagi penggemar atau penonton olahraga.
  3. Antusias. Partisipasi aktif olahragawan terhadap perilaku sehari-hari, pola makan dan penghargaan terhadap budaya olahraga hendaknya ditingkatkan. Partisipasi aktif demikian perlu dibudidayakan, baik di level lokal maupun nasional. Klub-klub olahraga diharapkan mampu menciptakan kegembiraan dan rasa nyaman dalam aktivitas mereka agar prestasi olahraga di tingkat lokal, nasional, maupun internasional dapat meningkat.
b. Kenyataan yang ada dalam sport education
Kenyataannya sport education mempunyai tujuan jangka pendek dan komprehenship. Untuk mencapai tujuan tersebut , guru pendidikan jasmani harus menguasai sport education dalam aktivitas pendidikannya. Guru pendidikan jasmani hendaknya:
  1. Mengembangkan ketrampilan dan kebugaran spesifik terhadap olahraga tertentu
  2. Menghargai dan mampu melakukan aktivitas olahraga
  3. Berpartisipasi akif sejak dari tahap permulaan perkembangan anak
  4. Mengambil langkah tanggungjawab dalam kepemimpinan
  5. Bekerja efektif bersama kelompok untuk mencapai tujuan
  6. Mengembangkan wawasan keolahragaan
  7. Meningkatkan wawasan dan keterampilan perwasitan dan mengembangkan pola-pola pelatihan
  8. Memiliki sikap ihlas dan melibatkan diri dalam dunia olahraga di luar sekolah
c. Pembelajaran
Pada dasarnya pembelajaran harus mempertimbangkan kemampuan peserta didik. Hal itu terutama berkaitan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dan bentuk penyajiannya. 

D.A Wuest dan C.A. bucher (1995) 
a. Pengembangan Pendidikan jasmani
Menurut pendapat ke duanya, bahwa dengan adanya pendapat tentang pendidikan jasmani dan olahraga ini berarti bahwa pendidikan jasmani dari era sejarahnya telah memasuki salah satu dari banyak jalan keluar untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Secara tradisioanal, progfesi pendidikan jasmani telah memperoleh sumbangan wawasan yang cukup untuk melengkapi ranah dalam pendidikan, terutama terhadap pendidikan jasmani di sekolah dan terhadap peserta didik tingkat umur sekolah di luar sekolah hingga perkembangan itu terjadi bukan hanya secara subtansial dalam lingkup ilmu pengetahuannya, namun juga pengembangan program dan perkembangan dalam masyarakat. Para pejabat juga memperoleh kesempatan yang amat baik dalam mengembangkan kemajuan karier traditionalnya (kesehatan dan kebugaran, manajemen dan media olahraga). 

Penyebab perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya gerak dalam kebugaran, dan perkembangan pada rekreasi. Hal ini telah memacu perkembangan “pasar baru” bagi pendididkan jasmani. Pendidikan jasmani berarti diprogram untuk melayani masyarakat secara komersial, berlaku untuk semua umur dan dapat memenuhi kebutuhan publik secara lebih luas. Disini terlihat adanya perkembangan kebutuhan dalam masyarakat, sehingga perlu adanya istilah yang mampu mencakup lingkup kebutuhan masyarakat dengan tujuan agar pendidikan jasmani lebih dapat dikembangkan. Oleh karena itu istilah pendidikan jasmani kemudian menjadi “physical education and sport “ (pendidikan jasmani dan olahraga)

b. Pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan jasmani dan olahraga merupakan karier.
Seorang guru pendidikan jasmani dan olahraga setelah mempelajarai teori pembelajaran dan pelatihan harus mampu:
  1. Menggambarkan kualitas sikap dan tanggungjawabnya sebagai guru pendidikan jasmani
  2. Menggambarkan sesuatu yang menguntungkan dan tidak dalam pencapaian karier di sekolah dan di luar sekolah
  3. Menggambarkan kesamaan dan perbedaan antara mengajar dan melatih
  4. Mendiskusikan masalah pengembangan olahraga dan dampaknya terhadap guru dan pelatih
  5. Mendiskusikan strategi untuk memaksimalkan peran aktif guru pendidikan jasmani, baik dalam kapasitasnya sebagai pengajar maupun sebagai pelatih.
Pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya mendapatkan perhatian yang layak, baik di sekolah maupu di luar sekolah. Disamping itu, tahapan pembelajaran hendaknya dirinci sedemikian rupa. Dari tingkat dasar hingga lanjutan atau dari semua tingkat usia, baik di sekolah maupun di luar sekohan.

c. Pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
Disini dibicarakan pembelajaran dan pelatihan bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga. Sebaiknya guru harus juga mempunyai sertifikat pelatihan. Dengan demikian seorang guru pendidikan jasmani mempunyai kewanangan, tidak hanya di sekolah tetapi juga dimasyarakat. Pelatihan bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga ini hendaknya selalu menggunakan prinsip pendekatan pendidikan dengan dasar menghargai peserta didik.

SUMBER;
Blog, Updated at: 09.15.00

0 komentar:

Posting Komentar