Pelayanan Rehabilitasi Pasca-Stroke

Posted By frf on Jumat, 04 November 2016 | 16.31.00

Pelayanan Rehabilitasi Pasca-Stroke
Dari hasil kajian di atas, ditemukan bahwa keluarga menjadi bagian yang sangat penting untuk proses pemulihan pasien stroke. Keluarga juga harus diberikan pengertian oleh dokter atau psikiatri mengenai apa yang sedang dihadapi oleh anggota keluarganya sehingga mereka menjadi pihak yang ikut dalam program pengobatan.

Misi pelayanan rehabilitasi bertujuan menolong pasien mencapai tingkat independensi setinggi mungkin. Menurut hasil pengamatan kasus Pasca-Stroke, pada umumnya penderita akan lumpuh dan kesulitan berbicara. Penyakit ini menyerang saraf yang ada di otak. Menurut hasil pengamatan, dikenal dua jenis serangan pada penyakit ini, yaitu serangan ringan dan berat. Serangan ringan membuat penderitanya lumpuh sebagian, misalnya menjadi tidak dapat berjalan atau tidak dapat berbicara secara jelas karena sudah tidak mampu mengontrol lidah dengan baik. Kemudian, serangan berat pada umumnya membuat penderita lumpuh total. Artinya, penderita selain tidak mampu berjalan juga tidak mampu berbicara. Penderita ini hanya berbaring di tempat tidur dengan sedikit diberi gerakan oleh suster atau perawat rumah. 

Menurut hasil pengamatan, perawatan khusus yang dilakukan pihak rumah sakit bagi penderita stroke ini kurang memadai. Penderita stroke berat yang hanya berbaring di tempat tidur akan mengalami gangguan kulit yaitu menjadi mudah terkelupas karena lembab. Pengelupasan ini berada pada bagian tubuh yang tidak pernah terkena udara dan sinar matahari langsung yaitu bagian punggung dan kepala. Untuk penderita stroke berat, organ-organ motoriknya akan mengalami kekauan karena tidak sering dilatih. Menurut hasil pengamatan, hal ini seringkali terjadi karena perawat rumah atau keluarga tidak tahu bagaimana member perawatan yang benar. 

Menurut hasil pengamatan, tidak adanya program khusus bagi penderita ini membuat pemulihan berlangsung lambat. Menurut seorang praktisi kesehatan yang menulis buku Taking Care of Patients at Home, Ermengarde de la Houssaye, bentuk bangunan dan sirkulasinya sangat menentukan proses pemulihan pasien. Menurut hasil pengamatan, banguna rumah sakit yang sudah ada di Indonesia hanya menekankan pada standar bangunan fasilitas kesehatan yang benar. Terlihat dari kurangnya penghargaan terhadap ruang luar yang memegang peranan penting dalam proses pemulihan.

Ruang luar dikatakan dapat membantu proses pemulihan karena manusia pada dasarnya senang berdekatan dengan alam. Rasa senang ini membantu mental pasien untuk terus mempertahankan semangat yang sudah dimilikinya. Fungsi arsitektur dalam proses pemulihan akan nyata dengan adanya interaksi pengguna dengan bangunan dan ruang luar yang di desain dengan baik. 

Bangunan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke ini akan membuat ruang luar menjadi begitu berharga karena kepentingan yang telah disebutkan di atas. Bangunan yang akan membuat pasien dapat mengakses ruang luar baik dari tempat ia tidur maupun ia berjalan. Bangunan ini akan menampung penderita baik yang menderita stroke ringan maupun berat. Kemudian terdapat dokter dengan spesialisasi tertentu yang mendukung pemulihan pasien. Perawat yang ikut membantu dalam pemulihan ini juga tenaga yang telah berpengalaman.

Menurut dr. Titik Sp.R.M dari Klinik Wijaya, stroke menyerang orang-orang dengan umur rata-rata di atas 40 tahun. Oleh karena itu, bangunan rawat inap dirancang dengan standar yang sama dengan bangunan untuk senior living atau pantai werda. Pencapaian antar-ruang juga harus diperhatikan.

Menurut buku Senior Living, ada beberapa katergori rawat inap dan perawatan khusus, yaitu :
  • Perawatan inap, merupakan ruang rawat untuk pasien yang membutuhkan pengawasan 24 jam penuh.
  • Hospice, orang dengan tingkatan akhir hidupnya atau sudah berada dalam keadaan dimana penyakitnya tidak dapt disembuhkan lagi.
  • Rehabilitasi, inap yang tidak terlalu lama, jangka waktu antara inap dalam rumah sakit dan akan kembali ke rumah.
2.2. Program Kegiatan Layanan
Dari hasil beberapa studi banding kasus serupa, didapAt beberapa program kegiatan yang sesuai untuk Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke, yaitu:
1. Program Kegiatan Pemulihan / Rehabilitasi
Kegiatan ini ditujukan untuk pasien yang telah mengalami serangan stroke dan penurunan fungsi bebrapa oragan tubuh akibat usia. Kegiatan rehabilitasi ini dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Terapi Fisik
Terapi ini dilakukan untuk kepentingan dan perkembangan kapasitas fisik pasien. Prosedurnya meliputi latihan, pemijatan dan penggunaan energy radiasi dan elektrik. Terapi Fisik memerlukan alat-alat tertentu dengan besaran yang berbeda. Oleh karena itu, luasannya didasarkan atas besaran alat-alat ini dan sirkulasi yang dibutuhkan selama proses terapi.

Program diharapkan dapat membantu pasien memulihkan mobilisasi fisik, kekuatannya, keseimbangan dan keberlangsungannya. Terapis fisik menggunakan metoda pelatihan yang dirancang khusus untuk membantu pasien dalam menjaga keseimbangannya untuk duduk dan berdiri, ambulasi, menaiki tangga dan mobilisasi kursi roda. Terapis fisik juga menyediakan pembelajaran terhadap pasien dan keluarganya dalam persiapannya bertransisi dari rumah perawatan ke rumah pribadi. Terapis fisik juga membantu pasien dan keluarganya dalam memperoleh perlengkapan yang diperlukan dan penggunaanya. Terapis fisik juga menyediakan metoda tertulis untuk keluarga pasien mengenai latihan yang akan diberikan kepada pasin yang akan dipindahkan ke rumah.

Terapi fisik dalam program ini dikoordinasi oleh seorang staf Terapis Fisik dan asisten Terapi Fisik yang kemudian menyediakan tim untuk melakukan pendekatan ke pasien. Setelah konsultasi awal, pelatihan yang bersifat individu dirancang oleh Terapis Fisik pengevaluasi untuk pasien. Kemudian, setiap pasien dalam program ini ditangani oleh satu tim yang terdiri dari terapis fisik dan asistennya. Tim ini harus memperhatikan pasien secara penuh selama ia mengikuti program yang diberikan.
Program Terapi Fisik:
  • Perawatan dan Evaluasi
  • Evaluasi Perlengkapan
  • Terapi Aquatic
  • Konseling Diet Ruang yang dibutuhkan harus sesuai dalam mewadahi konselor dan pasien dalam konseling. Tidak dibutuhkannya peralatan khusus sehingga besaran ruang dapat mengikuti standar ruang konsultasi.
  • Terapi Okupasi Secara umum, bertanggung jawab dalam perawatan dan pengembangan organ motorik minor pada pasien. Ada banyak variasi pengobatan teramasuk di dalamnya adalah aktivitas kegiatan sehari-hari. Kemudian, pengembangan kemampuan manual dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat sesuatu dan terapi rekreatif.

Biasanya disediakan ruangan model seperti dapur model atau toilet sebagai alat praktik langsung. Oleh karena itu, besaran ruang cukup untuk ruang-ruang model yang ingin diakomodasi. Tujuan akhir dari program ini untuk menolong pasien mencapai kemampuan maksimum mereka dalam melakukan apa saja tanpa bantuan orang lain. Beberapa bentuk kegiatan Sehari-hari:
  • Kemampuan untuk berpakaian dan makan sendiri
  • Menulis dan atau membaca
  • Kemampuan untuk ke kamar mandi dan aktifitas di dalamnya
  • Kemampuan berkursi roda
  • Penyerderhanaan pekerjaan
  • Pendidikan terhadap pasien dan keluarganya
  • Manajemen evaluasi yang dilakukan di rumah
  • Keterampilan membuat barang kecil atau aksesoris
  • Latihan di rumah
  • Pelatihan visual
  • Pelatihan ketahanan dan kekuatan
  • Stimulasi sensori
d. Terapi Berbahasa dan Berbicara
Terapi ini dibuat untuk pasien yang mengalami kelainan berbahasa dan berbicara dengan mnegikuti program yang telah dibuat oleh para ahli dan dengan dilakukannya pendekatan terhadap keluarga pasien. Hal ini dilakukan untuk mencapai hasil terapi yang maksimum. Terapi ini dapat digunakan dengan menggabungkan terapi fisik dan terapi occupational untuk pasien yang membutuhkan kombinasi dalam rehabilitasi. Berikut ini adalah beberapa bentuk program terapi berbahasa dan berbicara :
  • Pep dan penilaian komunikasi argumentative
  • Evalelatihan dan evaluasi dalam berbahasa dan berbicara
  • Afasia (ekspresi verbal, pencarian kata-kata, komprehensi)
  • Apraksia (artikulasi)
  • Disartria (slurred speech)
  • Pelatihan Kognitif / Linguistik 
  • Disfagia (mengunyah)
  • Pelatihan dalam kelainan kelancaran berbicar
  • Resuasi pendengaran
Selain itu, terdapat juga kelompok untuk saling berkomunikasi yang menyediakan kesempatan untuk praktik kemampuan percakapan dan juga system pendukung untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Program juga menyediakan laboratorium computer untuk pasien yang ingin berlatih berbahasa dan berbicara di luar jam pelatihan. Juga terdapat perpustakaan yang mendukung pasien pada kelainan pendengaran. 

2. Program Kegiatan Inap
Program ini ditujukan untuk pasien yang harus beristirahat cukup lama di tempat tidur dengan rekomendasi dari rumah sakit tempat pasien sebelumnya melakukan pengobatan khusus. Selama melakukan istrirahat ini, pasien mengikuti aktifitas keseharian yang telah deprogram oleh rumah pemulihan ini.

3. Progran Pembelajaran
Selain mengembangkan kondisi fisik, pasien diajar untuk mengenal bagian-bagian tubuhnya yang mengalami penurunan dan yang masih baik agar tercipta motivasi yang jelas dan kuat atas apa yang tengah dilakukannya. Program ini juga diberikan kepad keluarga pasien agar tahu bagaimana merawatnya ketika berada di rumah.

4. Program Kegiatan Perawatan Pribadi (self-care) dan Pelayanan Pribadi
  • Podiatri (penanganan kesehatan tubuh bagian kaki)
  • Pelayanan ini tidak diwajibkan, hanya tergantung kebutuhanatanan Rambut Adanya salon untuk pasien inap agar kebugaran penampilan tetap terjaga
  • Berlangganan Koran
5. Program Kegiatan Rekreasi dan Olah Raga
Setiap orang memiliki jiwa bermain untuk menenangkan pikirannya. Hal ini dilakukan agar pasien tidak jenuh terhadap terapi yang dijalaninya. Ada beberapa kegiatan yang disediakan, bergantung pada minat masing-masing meskipun tidak dipersiapkan ruangan khusus untuk kegiatan seperti di bawah ini tetapi yang dapat mengakomodasi sesuai standar pengguna.
  • Terapi Rekreasi digunakan sebagai metoda utama dalam intervensi perawatan untuk fisik, emosional, sosial dan tujuan kognitif.
  • Terapi rekreasional diharapkan dapat mengakomodasi efek yang diakibatkan oleh ketidakberdayaan pasien. Keluarga juga diminta untuk member dukungan dalam program rekreasional agar rasa percaya diri pasien berkembang sehingga jika dilakukan perubahan-perubahan secara perlahan, pasien tidak terkejut.
  • Terapi rereasional juga termasuk reintegrasi pelatihan dengan mengikuti acara-acara di luar ruangan agar pasien dapat langsung merasakan latihan bergerak, bersosialisasi, kognitif dan kemampuan emosionalnya dalam bentuk interaksi.
Adapun spesialisasi dari program ini adalah :
  1. Sesi pelatihan satu-satu
  2. Konseling pendidikan dan rekreasi
  3. Acara luar ruangan yang berkelompok
  4. Teknologi pendukung
  5. Program kelompok sosial
  6. Sesi pendidikan bagi keluarga
  7. Klinik olahraga
  8. Memasak
  9. Turnamen tennis bagi pasien yang menggunakan kursi roda
  10. Bermain alat music
  11. Relaksasi dengan seni
  12. Terapi mengingat
  13. Bermain kartu
  14. Merangkai bunga
  15. Diskusi topik media massa
  16. Pesta kebun
  17. Jogging
  18. Bola voli
6. Program Kegiatan Penjagaan
Program ini dijalankan oleh perawat atau suster selain sebagai tenaga yang membantu dokter dan terapis juga menjaga keadaan pasien supaya terkendali.

7. Program Kegiatan Administrasi
Kegiatan yang dilakukan pihak administrasi berupa :
  • Menyiapkan peralatan dan perlengkapan untuk terapi
  • Menyusun jadwal yang sesuai dengan dokter
  • Menyusun jadwal jaga untuk perawat
  • Membuat kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain dan juga farmasi
  • Mengatur jadwal penggunaan ruangan
  • Menghubungi dokter dan para pasiennya untuk kondisi-kondisi di luar penjadwalan
  • Mengatur perawatan bangunan dan penggantian peralatan jika diperlukan
  • Menyusun basis data pasien, terapi yang diperlukan berikut dengan perkembangannya, nama dokter yang menangani dan kerabat terdekat.
  • Mengatur pekerjaan di luar program pemulihan
Blog, Updated at: 16.31.00

0 komentar:

Posting Komentar