DEFINISI DAN KONSEP PEMBANGUNAN LEMBAGA

Posted By frf on Senin, 07 November 2016 | 16.59.00

I. DEFINISI DAN KONSEP PEMBANGUNAN LEMBAGA 
Pembangunan Lembaga merupakan salah satu perspektif tentang perubahan sosial yang direncanakan dan dibina, serta berkaitan dengan inovasi-inovasi yang berorientasi pada perubahan sosial yang dilakukan melalui organisasi formal. Tujuannya adalah untuk membangun organisasi yang dapat hidup dan efektif serta dapat mendukung inovasi sebagai perubahan sosial. Proses yang terjadi dalam Pembangunan Lembaga ini bersifat generik. Dimana inovasi sosial ini tidak dipaksakan dalam tiap sektor masyarakat. Sehingga dalam model Pembangunan Lembaga ini, lembaga ditempatkan sebagai organisasi formal yang menghasilkan perubahan, dan melindungi perubahan serta jaringannya. 

Variabel-variabel yang terkandung dalam konsep Pembangunan Lembaga adalah sebagai berikut: 
  • Kepemimpinan merupakan salah satu unsure terpenting yang paling kritis dalam Pembangunan Lembaga. Karena proses perubahan yang dilakukan memerlukan manajemen. Kepemimpinan terdiri dari pemegang kedudukan yang seccara formal ditunjuk, atau mereka yang secara kontinyu menjalankan pengaruhnya. 
  • Doktrin sebaga proyeksi dari ekspektasi dan tujuan-tujuan, serta metode operasional yang mendasari tindakan sosial. 
  • Program menunjuk pada tindakan-tindakan sosial yang berhubungan dengan pelaksanaan dari fungsi yang merupakan output dari lembaga yang bersangkutan. 
  • Sumber-sumber daya adalah input dari segala unsure yang terkandung dalam Pembangunan Lembaga. Artinya, sumber-sumber daya yang dibutuhkan sebagai kelengkapan lembaga mempengaruhi tiap segi dari kegiatan lembaga dan merupakan kesibukan yang penting dari semua kepemimpinan lembaga. 
  • Struktur intern bertugas sebagai struktur dan proses yang diadakan untuk bekerjanya lembaga dan pemeliharaannya. Struktur intern mempengaruhi kemampuan untuk melaksanakan komitmen yang sudah terprogram. 
Kategori utama dari kedua variabel adalah kaitan. Yaitu saling ketergantungannya diatara suatu lembaga dan bagian-bagian masyarakat yang relevan. Lembaga harus dapat menjaga hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi yang terbatas dan melibatkan diri dalam pertukaran yang disepakati. Untuk memudahkan analisis, dibedakan empat jenis kaitan, yaitu: 
  • kaitan-kaitan yang memungkinkan, yaitu dengan organisasi dan kelompo sosial yang mengendalikan alokasi wewenang dan sumber daya yang diperlukan lembaga tersebut. 
  • Kaitan-kaitan fungsional, yaitu dengan organisasi yang menjalankan fungsi dan kelengkapan lembaga. 
  • Kaitan-kaitan normatif, yaitu dengan lembaga yang mencakup norma dan nilai-nilai yang relevan. 
  • Kaitan-kaitan tersebar, yaitu dengan unsur masyarakat yang tidak dapat dijelaskan dan diidentifikasi dalam organisasi formal. 
Kelembagaan merupakan keadaan akhir dari suatu variabel evaluatif. Variabel evaluatif itu sendiri merupakan suatu standar untuk menilai keberhasilan dari usaha-usaha pembangunan lembaga. Konsep kelembagaan menunjukkan adanya hubungan-hubungan tertentu dan pola-pola tindakan dalam suatu organisasi, yang sifatnya normatif.

Hal-hal yang mendasari konsep-konsep tersebut dan hubungan-hubungannya adalah sejumlah perspektif tentang perubahan sosial yang berhubungan dengan teori:
  1. Dalam masyarakat-masyarakat yang mengejar modernisasi, ada sebuah proses pengembangan yang menyangkut pengenalan dan penerimaan dari banyak perubahan atau inovasi. Perubahan-perubahan tersebut bersifat teknologis fisik dan juga teknologis sosial. Namun, ada juga yang merupakan penggabungan dari kedua sifat perubahan tersebut. Bagi sebagian orang perubahan tersebut semata-mata bersifat teknis dan rasional. Namun bagi sebagian orang lainnya, perubahan tersebut dinilai dapat merusak kepentingan-kepentingannya.
  2. Kebanyakan perubahan itu terjadi karena adanya penyebaran atau evolusi yang otonomis, yang secara sengaja disebabkan oleh kelompok-kelompok yang berpandangan bahwa perubahan-perubahan yang demikian itu membawa manfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Begitu halnya dengan PL (Pembangunan Lembaga), PL merupakan perekayasaan sosial yang dilakukan secara tegas. PL adalah suatu proses bimbingan dan proses belajar secara sosial dan bukanlah penancapan dari teknologi yang sudah siap pakai. PL tidak mencakup inovasi-inovasi yang otonom dan siap dipaksakan.
  3. Inovasi-inovasi yang secara sengaja dilakukan ini memerlukan organisasi-organisasi yang formal dan kompleks sebagai wadahnya. Organisasi-organisasi tersebut yang mendorong dan melindungi inovasi serta mewakili inovasi untuk diteruskan kepada masyarakat luas.
Dengan demikian, PL adalah kegiatan yang memiliki laras ganda. Untuk itu, para pengantar perubahan harus:
  1. Membangun organisasi-orgnisasi yang secara teknis dapat bertahan hidup, efektif secara sosial, dan dapat menjadi wadah bagi inovasi.
  2. Menjalin dan mengelola hubungan-hubungan dengan organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok lainnya.
4. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk mencapai kelembagaan, dimana nilai-nilai inovatif dan pola-pola tindakan yang dinilai baik dalam organisasi tersebut dan masyarakat luas, kemudian akan dimasukkan ke dalam perilaku dari organisasi dan inovasi yang berkaitan. Lingkungan juga menjadi faktor pendukung bagi inovasi-inovasi tersebut. Pada tahap ini, organisasi harus dipelihara agar dapat resistan terhadap inovasi-iovasi yang datang berikutnya, dan juga tetap dapt mempertahankan dan memperbaharui kembali dorongan inovatifnya.

II. MODEL PANDUAN
Pembangunan lembaga merupakan suatu model instrumen, tidak menyediakan kriteria untuk menentukan inovasi-inovasi apa yang diinginkan akan tetapi berbicara tentang kelayakan dari pilihan-pilihan alternatif untuk memenuhi kebutuhan dan menentukan metode-metode untuk mengelola proses perubahan yang dipaksakan. 

Model pembangunan lembaga adalah suatu teori elitis dengan suatu prasangka rekayasa sosial yang eksplisit. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah perubahan dari atas ke bawah bukan dari bawah ke atas. Perubahan tersebut dipimpin oleh orang-orang yang memiliki wewenang dan dapat mempengaruhi yang lain (Kepemimpinan). Wahana dari perubahan itu sendiri ialah organisasi, dan lingkungannya ialah sekumpulan organisasi atau kelompok. Sehingga, dalam prosesnya pembangunan lembaga tidak dapat berjalan sendiri atau menyelesaikannya sendiri.

III. BEBERAPA ASUMSI DASAR
Model pembangunan lembaga sendiri menimbulkan beberapa asumsi dasar, baik asumsi tentang lingkungan, tentang organisasi, tentang proses-proses perubahan, tentang pelembagaan.
a. Tentang Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan disini ialah sekumpulan organisasi dan kelompok, jadi dapat diasumsikan bahwa lingkungan merupakan suatu pola hubungan yang berjalan dimana orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, masing-masing ikut serta dalam kegiatan, mendorong dan melindungi kepentingan-kepentingannya sendiri yang dibenarkan oleh sistem yang lebih besar di mana mereka masing-masing merupakan bagian.

Lingkungan bukanlah sistem-sistem yang tertutup dan statis, dan juga tidak monopolis. Lingkungan sendiri selalu berubah, disini diperlukan peran manajer untuk menentukan kepentingannya. Setiap kepentingan organisasi saling berbeda dan berlainan, ada yang menerima inovasi tetapi ada pula yang memberikan perlawan terhadap inovasi tersebut. Para manajer tersebut tidak mengasumsikan bahwa dalam lingkungan ada permintaan yang aktif pada produk mereka, seberapapun bainya pasar produk mereka. Spara manajer berasumsi bahwa mereka harus tetap berwaspada terhadap persaingan. 

Lingkungan sendiri mempunyai kendala, seperti: kendala intelektual, normatif, teknis dan sumberdaya, kesempatan-kesempatan dan kemampuan-kemampuan untuk menyediakan masukan-masukan atau meneriman keluarn-keluaran organisasi, terlpeas dari faktor politis.

b. Tentang Organisasi
Mengasumsikan adanya kemampuan organisasi-organisasi formal untuk memasyarakatkan mereka yang masuk ke dalam batas-batasnya dalam segi norma-norma dan pola-pola tindakan yang baru, selama kontaknya berlangsung cukup lama, dan pemasyarakatan merupakan suatu keprihatinan yg eksplisit.

Organisasi bukan hanya semata-mata struktur, tetapi organisasi dapat menjadi wahana yang dinamis melalui para penghantar perubahan yang menekankan nilai-nilai mereka terhadap orang-orang di dalam batasannya. Organisasi sendiri dapat mempengaruhi staff dan kliennya.

Jenis organisasi secara implisit sendiri diasumsikan dalam model pembangunan lembaga ialah birokratis, dengan spesialisasi peranan, aturan formal dan struktur wewenang hirarkis.


Sehingga ada hubungan erat antara penghantar perubahan dengan organisasi, dimana para penghantar perubahan menggunakan organisasi untuk menyamakan persepsi agar arah dan tujuannya sama.

c. Tentang Proses-proses Perubahan
Diasumsikan bahwa perubahan pembangunan lembaga itu terencana dan terpimpin. Ada tiga proses perubahan yaitu kebudayaan, teknologi dan politik.

Kebudayaan berhubungan dengan nilai-nilai, jadi usaha untuk merubah nilai-nilai individual atau kelompok dengan menggunakan metide ideologis, indoktrinatif, enosional dll. Teknologi, lebih terarah pada perubahan intelektual seseorang melalui pemberian informasi. Politik, mengandalkan diri pada retribusi kekuasaan, manipulasi dari sumberdaya dll.

d. Tentang Pelembagaan
Hasil akhir dari dari pembangunan pelembagaan, dimana memilki tiga prinsip, yaitu:
  1. Harus diadakan norma-norma dan pola-pola tindakan yang baru didalam organisasi maupun dalam lingkungan relevannya.
  2. Baik organisasi dan inovasi-inovasi yang diwakilinya harus melembaga, dinilai dalam lingkungan.
  3. Nilai instrinsik yang diperoleh dapat dipandang sebagai suatu sumberdaya yang memungkinkan para penghantar perubahan untuk mencapai tujuannya dengan biaya yang lebih rendah karena adanya komitmen dari staff dan citra yang menguntungkan uang diproyeksi dalam lingkungan.]

IV. VARIABEL-VARIABEL LEMBAGA, VARIABEL-VARIABEL KAITAN DAN TRANSAKSI-TRANSAKSI
Kelompok- kelompok ini adalah variabel-variabel lembaga, yaitu yang pada dasarnya menyangkut organisasi itu sendiri dan variabel yang berhubungan terutama hubungan ekstern. Variabel yang paling penting adalah Kepemimpinan. Bimbingan memerlukan kepemimpinan, dan hal ini khususnya berlaku dimana persoalannya, bukanlah untuk mempertahankan status quo. Suatu organisasi tanpa kepemimpinan mungkin akan menjadi tak terkendali dan terkecuali bila kepemimpinan adalah komponen secara teknis dan secara politis. Gaya-gaya kepemimpinan alternatife mungkin akan secara berarti mempengaruhi bekerjanya suatu organisasi baru yang telah disusun kembali yang telah mengikatnya dirinya ke inovasi.

Doktrin adalah variabel lembaga yang paling sulit dipahami. Ia adalah pengungakapan dari apa yang diwakili oleh organisasi tersebut, apa yang diharapkannya untuk dicapai dan gaya-gaya tindakan yang akan digunakannya sebagai motivasi orang untuk bertindak. Doktrin bukanlah suatu konsep tunggal tetapi lebih banyak merupakan sekelompoktema yang diproyeksi oleh kepemimpinan ke audience intern dan eksternny. Dengan demikian maka doktrin memberikan motivasi kepada pegawai. Jadi perluasan, pengungkapan, dan manipulasi dari doktrin adalah tanggung jawab yang penting dari mereka yang membina kegiatan-kegiatan PL. Hal ini adalah suatu tahap dari manejemen kelembagaan dimana waktu, pemikiran dan usaha harus ditanam namun sering diabaikan. Program organisasi adalah seperangkat kegiatan-kegiatan yang dijalankannya, penerjemahan doktrin ke dalam tindakan dengan melalui program-program tindakannya maka inovasi-inovasi teknologi dan social yang diwakili lembaga akan diubah menjadi produk-produk atau jasa-jasa spesifik.

Program-program tindakan cenderung dirumuskan sebagai tanggapan terhadap mandat-mandat legal, kesempatan-kesempatan atau prioritas-prioritas yang dipegang oleh kepemimpinan. Biasanya prioritas tersebut membantu inovasi-inovasi dengan mana kepemimpinan telah mengikat dirinya. Tetapi program-program tidak dirumuskan dalam kekosongan karena harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga akan membangun dukungan bagi organisasi tersebut di antara calon “masyarakat” dan meminimalkan oposisi. Organisasi telah menyiapkan program-program yang bersedia diterima oleh calon-calon masyraraktnya dengan membangun suatu “program mix” . Karena pembuatan program khususnya bagi suatu organisasi yang inovatif adalah suatu proses yang dinamis; ia tidak dapat ditetapkan sekali saja dan untuk selama-lamanya. Pengembangan program harus konsisten dengan sumber-sumberdaya yang tersedia bagi organisasi tersebut pada tiap saat atau ia tidak akan mampu menyediakan jasa-jasa. Besarnya dan mutu dari sumber-sumberdaya yang tersedia bagi kepemimpinan adalah determinan-determinan yang penting dari efektifnya suatu organisasi. Program-program hendaknya menghasilkan manfaat dan kepuasaan bagi perorangan dan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mempertahankan dan menaikkan pencapaian yang terus menerus oleh organisasi ke sumber-sumberdaya.

Sumber-suberdaya tidaklah lamban sifatnya. Mereka harus dikembangkan, digabung dan disebarkan sebelum dapat menghasilkan keluaran-keluaran yang berguna. Sumberdaya yang paling penting dalam organisasi adalah stafnya. Pengembangan staf adalah fungsi yang terus-menerus dari para pembangun lembaga dengan ketrampilan,pengetahuan, komitmen-komitmen yang deprogram bagi hasil kerja yang efektif yang diperlukan oleh suatu organisasi yang inovatif jarang tersedia dalam pasar tenaga kerja.

Jadi kepemimpinan harus menanam tenaga dalam menetapkan suatu system informasi dan mempertahankan sumber-sumberdaya informasinya pada suatu efisiensi yang tinggi.

Dana bukan satu-satunya sumber daya yang diperlukan organisasi, namun dana sangat diperlukan untuk membiayai segala fasilitas dan semua aktivitas yang sedang berlaku. Tiap organisasi (termasuk organisasi yang sedang menjadi lembaga) harus mencapai kompetensi teknis dan kepaduan yang efektif diantara semua komponennya. Kebutuhan untuk menjamin keterpaduan tersebut dimasukkan dalam suatu kelompok-kelompok variable-variable yang disebut struktur intern.

Tiap organisasi berinteraksi dengan organisasi lainnya. Dari berinteraksi tadi, organisasi yang inovatif mempersoalkan dirinya untuk selalu memperoleh dukungan dan mengatasi perlawanan. Jaringan hubungan-hubungan inter-organisatoris ini dinyatakan sebagai kaitan-kaitan.

Berikut 4 jenis kaitan lembaga, yaitu :
  1. Kaitan yang memungkinkan (enabling) menyediakan wewenang untuk bekerja dan mencapai sumber-sumber daya yang esensial.
  2. Kaitan-kaitan fungsional menyediakan masukan-masukan yang diperlukan ke dalam organisasi dan mengambil keluaran-keluarannya.
  3. Kaitan-kaitan normatif adalah hubungan-hubungan dengan organisasi-organisasi lainnya yang membagi suatu kepentingan yang tumpang-tindih dalam tujuan-tujuan atau metode-metode dari lembaga yang baru.
  4. Kaitan-kaitan yang tersebar adalah hubungan-hubungan dengan orang-orang dan kelompok-kelompok yang tidak terkumpul dalam organisasi-organisasi atau kolektivitas formal tetapi mampu mempengaruhi kedudukan dari organisasi-organisasi inovatif dalam lingkungannya.
Pimpinan yang bijaksana harus terus-menerus mengamati hubungan jaringan kaitan-kaitan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, menilai kaitan-kaitan untuk mendahului persoalan-persoalan baru yang mungkin muncul dan bersiap menyesuaikan taktik-taktiknya.

Pengelolaan hubungan-hubungan kaitan adalah proses yang dinamis, menyangkut transaksi-transaksi, pertukaran-pertukaran, give and take dengan organisasi dan kelompok lainnya. Perlu bagi inovator-inovator untuk mengorbankan beberapa dari hal-hal yang mereka inginkan untuk melindungi hal-hal lain yang lebih mereka inginkan, dengan pengorbanan sekecil mungkin terhadap perubahan sebagai tujuannya. 

Jadi, pengelolaan yang rasional dari kaitan-kaitan suatu organisasi memerlukan penilaian yang tenang dan terus-menerus tentang lingkungan, yang diperinci dalam hubungan-hubungan spesifik yang penting bagi maksud-maksudnya. Taktik-taktik yang cocok harus dipikirkan untuk menghadapi setiap dari mereka. Bagi kepemimpinan tersedia doktrin dan keluaran-keluaran yang telah diprogram sebagai alat-alat untuk menanggulangi kaitan-kaitan ekstern. Keberhasilan akan berarti pencapaian yang lebih baik ke sumber-sumber daya dan kesempatan-kesempatan tambahan untuk menyediakan jasa-jasa yang secara efektif menggerakkan lingkungan ke arah-arah yang dikejar oleh pimpinan dari lembaga yang inovatif.

V. PERENCANAAN STRATEGIS DAN PEMANTAUAN
Perencanaan strategis hendaknya mendahului dan memberitahukan kepada tiap usaha pembangunan lembaga, khususnya tiap keputusan oleh suatu badan luar negeri, untuk ikut serta dalam suatu kemampuan bantuan teknis.

Diantara masalah-masalah strategis yang mungkin dapat dicakup dalam perencanaan dan usaha Pembangunan Lembaga adalah yang berikut : 
  • inovasi-inovasi manakan yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keadaan-keadaan. 
  • Organisasi jenis apakah yang akan menjadi wahana organisasi baik yang sudah ada kemudian ditata kembali atau pun organisasi yang baru. 
  • Pola-pola kepemimpinan manakah yang cocok. 
  • Sumber-sumber dari sumber daya manakah yang dapat diandalkan untuk masukan-masukan. 
  • Apa yang menjadi program dan taktik-taktik utama, bagaimana kegiatan-kegiatan yang ada disusun berdasarkan tahapan kurun waktu, bagaimanakah prioritas-prioritas relatif dalam membangun organisasi, menyediakan jas-jasa yang berguna serta memperluas inovasi-inovasi. 
  • Bagaimana organisasi harus dirancang dan kebutuhan-kebutuhan staff ditetapkan, sehingga program-program operasi akan konsisiten dengan kemampuan-kemampuan organisasi dan di sinkronisasi dengan kegiatan-kegiatan pengembangan staff. 
  • Kaitan manakah yang paling berarti, dan bagaimanakah program dan doktrin dapat membantu untuk mempengaruhi kelakuan dari tiap kaitan kea rah yang diinginkan. 
  • Kombinasi dari kelangsungan hidup, jasa, dan taktik-taktik perubahan harus digunakan pada titik-titik yang berututan. 
  • Mekanisme-mekanisme kontrol yang bagaiman yang harus digunakan untuk memonitor hasil kerja yang sekarang dan untuk menilai kemajuan lembaga. 
  • Bagaimanakah peranan dari bantuan teknis dalam usaha ini, hubungan spesifik dari staf luar negeri dan domestic dalam berbagai kegiatan-kegiatan manajemen intern dan kaitan dari organisasi. 
Pemantauan operasional sangat penting untuk menjaga relevansi dari sebuah rencana. Pemantauan operasional adaalh pemetaan apa yang sebenarnya dilakukan oleh organisasi terhadap sekelompok maksud-maksud atau harapan-harapan yang asli. Jika pemantauan operasional baik secara formal atau non formal tidak ada, maka organisasi cenderung untuk menyimpang dari rancangan aslinya sementara organisasi menghadapi tekanan-tekanan peristiwa-peristiwa dan kesempatan-kesempatan yang tidak diharapkan. 

Pemantauan tidak berarti sebuah organisasi lebih cenderung untuk mengikuti seluruh rancangan aslinya dan tidak menghiraukan pengalaman organisasi tersebut. Artinya bahwa organisasi sedang belajar dari pengalamannya dan juga menghubungkan pengalaman tersebut ke suatu rencana asli dan sekelompok maksud-maksud. 

Pemantauan organisasi berfungsi untuk menyediakan data dan penilaian-penilaian yang memberitahukan tentang perubahan-perubahan yang tidak apat dielakkan dan pembaharuan yang terus menerus dalam rencana-rencana operasional organisasi.

Pemantauan informal diusahakan oleh semua administrator yang bertanggung jawab, tetapi tekanan-tekaan dari operassi-operasi harian dan kompleksitas dari tugas-tugas yang mereka kerjakan sering memindahkan kegiatan ini ke prioritas yang rendah.

VI. KELEMBAGAAN-KEADAAN AKHIR
Kelembagaan mengandung pengertian bahwa organisasi dan inovasi-inovasinya telah diterima dan diduknung oleh lingkungan ekternnya. Lingkungan telah menyeseuaikan diri terhadapa inovasi-inovasi tersebut lebih daripada organisasi telah menyesuaikan dirinya pada lingkungan aslinya. Proses penyesuaian diri ini menyangkut hubungan-hubungan fungsional, normatif dan kekuasaan. 

Dilihat dari beberapa faktor, pembangunan lembaga berakhir apabila : 
  • kemampuan teknis 
  • komitmen-komitmen normatif 
  • dorongan inovatif 
  • citra lingkungan 
  • efek sebaran 
VII. BANTUAN TEKNIS DALAM PEMBANGUNAN LEMBAGA
Dalam model Pembangunan lembaga, bantuan teknis atau campur tangan ekstern bukanlah suatu variabel eksplisit. Asumsinya yakni perubahan sosial yang tidak dipaksakan pada dasarnya adalah suatu fenomena dalam negeri, dan pada saat saat tertentu perubahan yang disengaja itu bisa mungkin atau bisa jadi tidak mungkin akan menyangkut pengikutsertaan ekstern. Perspektif PL dengan tegas menolak gagasan bahwa perubahan yang berarti itu dapat merupakan suatu pemindahan teknologi atau bentuk bentuk organisasi dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lainnya. Namun demikian, sejumlah besar usaha-usaha dalam perubahan yang dipaksakan di negara-negara yang kurang berkembang sejak Perang Dunia II telah melibatkan bantuan teknis ekstern dari penghantar-penghantar perubahan. Kebanyakan dari para peneliti yang bekerja dalam riset PL telah tertarik pada subjek tersebut untuk memperkuat hasil kerja bantuan teknis, dan kebanyakan dari para sponsor dari pekerjaan ini dengan jelas telah mengharapkan adanya imbalan (payoff) dalam bidang ini.

Jelaslah bahwa bantuan teknis dapat mempengaruhi PL pada tiap titik, termasuk campur tangan strategis dengan kaitan-kaitan yang memungkinkan lewat cara yang mungkin tertutup bagi para penghantar perubahan pribumi. Peranan peranan optimal dari personalia bantuan teknis itu umumnya berbeda pada tahap-tahap dalam proses PL, tetapi agaknya bantuan teknis yang paling kritis dalam lima jenis kegiatan 
1. Sebagai penyedia-penyedia dari model model perubahan
  1. Bantuan teknis menyiratkan di pihak elite pribumi, mereka sedang mencari model-model yang lebih baik dan mereka mengandalkan diri pada pengalaman atau pencapaian-pencapaian intelektual dari masyarakat-masyarakat lain untuk menyediakan model-model tersebut, maupun pengetahuan teknis dan manajerial guna membantu masyarakat setempat dalam menggunakn alat-alat tersebut.
  2. Sebagai peserta-peserta dalam fungsi kepemimpinan Yakni digunakan dalam perencanaan doktrin dan prioritas-prioritas, pengembangan dari program-program, dan terutama dalam membangun organisasi intern.
  3. Sebagai penyedia-penyedia dan pembagi dari sumber-sumberdaya yang berharga yang melancarkan proses perubahan yang dipaksakan dengan menyediakan perangsang-perangsang maupun kemandirian untuk para pengantar domestik.
  4. Point Four yang tradisional dan fungsi fungsi penyuluhan pertanian untuk memindahkan dan menyesuaikan teknologi melalui pengajaran, latihan, dan peragaan adalah hanya salah satu fungsi fungsi bantuan teknis dalam suatu PL.
  5. Suatu fungsi yang timbul dan yang makin bertambah penting untuk bentuk bentuk bantuan teknis PL adalah untuk memasukkan riset evaluatif ke dalam proyek-proyek, riset yang akan membantu para penghantar perubahan setempat untuk menilai hasil kerja mereka, menyesuaikan program-program mereka terhadap keadaan keadaan setempat yang sedang berubah dan informasi baru yang dihasilakn melalui proses belajar secara organisasi, dan untuk menyumbang pengetahuan baru bagi ilmu pengetahuan dan seni dari perubahan sosial yang dibina.
VIII. PEMBANGUNAN LEMBAGA SEBAGAI PANDUAN BAGI RISET DAN BAGI PRAKTEK
Konsep dari pembangunan lembaga telah maju dari suatu slogan menjadi kerangka intelektual yang kompleks dan canggih yang mampu memberi orientasi kepada para analis maupun praktisi ke persoalan-persoalan tindakan yang penting. Tidak hanya berpikiran dalam bentuk organisasi formal saja, tyetapi lebih kepada hal-hal ekstern organisasi. Ahli-ahli teori tentang perubahan sosial dipaksa untuk menghadapi fenomena organisasi yang kompleks sebagai suatu alat yang perlu dalam inovasi sosial yang bertujuan memusatkan perhatian pada hubungan hubungan para pemimpin dan dari gagasan-gagasan ke tindakan kelompok yang bertujuan dari sumber-sumberdaya masukan ke keluaran keluaran yang di program dalam kerangka pertukaran sosial, dan dimensi-dimensi politik maupun pengajaran dari perubahan sosial yang terpimpin.

Tujuannya bukan saja untuk menyediakan perspektif-perspektif yang berguna tetapi juga untuk membangkitkan pengertian-pengertian tentang taktik-taktik campur tangan yang akan mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh para praktisi dari perubahan sosial yang terencana dan memperbesar kemungkinan bahwa usaha-usaha mereka akan memberi keberhasilan yang lebih besar daripada tidak adanya model ini.

‘Unsur-unsur dalam Pembangunan Lembaga’

Blog, Updated at: 16.59.00

0 komentar:

Posting Komentar