SEJARAH DAN KONSEPTOR PENGGUNAAN STATISTIK DALAM KENDALI MUTU
Sesuai dengan urutannya, pembahasan tentang Kendali Mutu secara Statistik (Statistical Quality Control atau SQC) dirinci sebagai berikut.
- Sejarah pengendalian mutu dengan cars statistik (statistical quality control).
- Teknik dan alai pengendali mutu.
- Pengertian sampel dan populasi.
- Peta kendali mutu.
- Keragaman variasi dari berbagai sampel.
I. Sejarah dan Konseptor
Anda perlu mengetahui sejarah tentang penggunaan analisis statistik di bidang pengendalian mutu. Analisis ini dikenal sejak tahun 1924 yang dikemukakan oleh Dr. Wolter Shewhart dari perusahaan Bell Telephone Laboratories. Pemikiran dari Dr. Shewhart tersebut diterbitkan dalam buku berjudul Economic Control of Quality of Manufactured Product yang merupakan konsep dasar dari pengendalian mutu suatu barang di perusahaan manufaktur. Dasarnya adalah untuk mengetahui produk yang dapat diterima (accepted) atau produk yang ditolak karena rusak. Tujuannya agar produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen, tetapi harus dimusnahkan. Di sini tercermin bahwa produk yang sudah jadi (finished goods) yang diperiksa, kemudian diseleksi harga produk yang memenuhi standar yang telah direncanakan boleh dijual kepada konsumen. Selain itu, bila secara statistik ternyata banyak produk yang rusak (defect product) maka proses produksi dihentikan untuk dianalisis faktor yang menyebabkan produk rusak. Bila kemudian diketahui faktor penyebabnya maka faktor penyebab tersebut yang diperbaiki. Setelah itu, proses produksi berikutnya dapat dilakukan lebih lanjut, tetapi tetap saja diawasi secara statistik.
Pada permulaannya, kendali mutu dengan bantuan statistik ini merupakan terobosan baru. Namun, ternyata metode pengawasan mutu secara statistik ini tetap digunakan sampai saat ini, khususnya untuk industri yang mass production (produksi massal).
2. Sampel dan Populasi
Dalam statistik Anda ingat istilah universum atau population dan istilah sampel. Adapun pengertian pada sampel adalah bagian (yang terkecil) dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Misalnya dalam contoh lain, bila Anda ingin mengetahui tingkat pendapatan penduduk di suatu kabupaten yang bedumlah 1.000.000 orang, Anda tidak perlu menanyai seorang demi seorang, tetapi hanya beberapa puluh orang sebagai sampel yang dianggap dapat mewakili populasi yang 1 juta orang tersebut.
Demikian pula bila dalam suatu pabrik jari-jari sepeda, Anda ingin mengetahui apakah ukuran seluruh jari-jari sesuai dengan standar, Anda tidak perlu mengukumya satu demi satu.
Bayangkan jika produksi 1 juta jari-jari per hari. Tidak mungkin diukur satu demi satu. Caranya diambil sampel yang mewakili, misalnya diambil satu sampel jari-jari setiap 10 menit waktu produksi, dan sebagainya. Dapat pula diambil sejumlah 100 buah jari-jari dari 1 juta jari-jari yang diambil secara random (acak).
Dalam hal pengukuran sampel terdapat konsep pengukuran yang dikenal dengan istilah gaging concepts. Konsep ini diperlukan karena pengukuran ulang atas suatu sampel hasilnya bisa berbeda. Perbedaan tersebut bisa juga karena orang yang mengukur berbeda.
3. Gaging Concepts
Gaging concepts meliputi 3 hat berikut.
- Ketepatan (accuracy), yakni tingkat ketepatan ukuran dari suatu alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur produk.
- Pengulangan (repeatability), yakni tingkat variasi dari berbagai pengukuran ulang.
- Kemampuan memproduksi kembali (reproducibility), yakni tingkat variasi dari pengukur yang berbeda orangnya.
Memang sekarang terdapat alat ukur yang canggih, yang dapat mengurangi kelemahan-kelemahan data.
Garis limit atas atau Upper Control Limit (UCL) adalah garis sejajar dengan sumbu X, dibuat dengan jarak sebesar 3 SD dari garis medium sejajar
X + 3SD yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari nilai standar X . Sedangkan garis limit bawah yang sejajar dengan sumbu X disebut garis limit bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis medium
4. Teknik dan Alat Kendali Mutu
Peranan kendali mutu produk (barang/jasa) menjadi bertambah besar dan penting dengan adanya perkembangan selera akibat peradaban manusia yang berubah. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu mencari barang yang nilai gunanya lebih sempurna dan baik. Dapat pula karena ditemukannya teknologi baru sehingga nilai guna mutu barang menjadi lebih baik dan sempurna.
Hal ini akan mendorong anggota masyarakat konsumen untuk memperbaiki selera dalam meningkatkan kebutuhan hidupnya. Jadi, terdapat hubungan timbal batik antara adanya perkembangan teknologi dengan perubahan gaya hidup konsumen. Akibatnya, para produsen harus melakukan antisipasi secara terusmenerus, agar kelangsungan bisnis dapat dipertahankan. Dalam hubungan itu terdapat berbagai upaya mempertahankan bisnis, antara lain dengan menjaga mutu barang melalui penggunaan teknologi dan alat-alat (mesin) yang digunakan sehingga proses produksi berjalan lebih baik sesuai dengan rencana. Namun demikian, proses produksi melalui produknya perlu diawasi dengan menggunakan cara statistik. Metode statistical quality control pada suatu perusahaan sangat bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu.
Pengendalian mutu juga meliputi pengawasan pemakaian bahan-bahan, berarti secara tidak langsung statistical quality control bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, SQC (Statistical Quality Control) dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan mesin, sekaligus upaya efisiensi.
Dengan menolak (menerima) produk, berarti juga SQC sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh gambaran kesimpulan tentang spesifikasi barang yang dihasilkan secara populasi umum. Bila gambarannya baik, berarti proses produksi dapat berlangsung terns karena hasil produknya baik.
Jadi, teknik pengendalian mutu adalah mengawasi pelaksanaan proses produksi agar sesuai dengan rencana; mengawasi bahan baku sejak diterima, disimpan, sampai dikeluarkan dari gudang bahan baku.
SQC dapat dilakukan terhadap semua produk termasuk produk setengah jadi yang merupakan hasil proses produksi. Baik produk akhir maupun barang setengah jadi diuji melalui pengambilan sampel, sehingga dapat ditarik suatu penafsiran tentang keadaan mesinnya yaitu berjalan baik atau tidak. Selain itu, pengawasan bahan bake hares dilakukan secara fisik dan secara, kimiawi. lang=FI style='font-size:11.0pt; line-height:150%;font-family:"Arial","sans-serif";mso-ansi-language:FI'>4. Teknik dan Alat Kendali Mutu
Peranan kendali mutu produk (barang/jasa) menjadi bertambah besar dan penting dengan adanya perkembangan selera akibat peradaban manusia yang berubah. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu mencari barang yang nilai gunanya lebih sempurna dan baik. Dapat pula karena ditemukannya teknologi baru sehingga nilai guna mutu barang menjadi lebih baik dan sempurna.
Hal ini akan mendorong anggota masyarakat konsumen untuk memperbaiki selera dalam meningkatkan kebutuhan hidupnya. Jadi, terdapat hubungan timbal batik antara adanya perkembangan teknologi dengan perubahan gaya hidup konsumen. Akibatnya, para produsen harus melakukan antisipasi secara terusmenerus, agar kelangsungan bisnis dapat dipertahankan. Dalam hubungan itu terdapat berbagai upaya mempertahankan bisnis, antara lain dengan menjaga mutu barang melalui penggunaan teknologi dan alat-alat (mesin) yang digunakan sehingga proses produksi berjalan lebih baik sesuai dengan rencana. Namun demikian, proses produksi melalui produknya perlu diawasi dengan menggunakan cara statistik. Metode statistical quality control pada suatu perusahaan sangat bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu.
Pengendalian mutu juga meliputi pengawasan pemakaian bahan-bahan, berarti secara tidak langsung statistical quality control bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, SQC (Statistical Quality Control) dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan mesin, sekaligus upaya efisiensi.
Dengan menolak (menerima) produk, berarti juga SQC sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh gambaran kesimpulan tentang spesifikasi barang yang dihasilkan secara populasi umum. Bila gambarannya baik, berarti proses produksi dapat berlangsung terns karena hasil produknya baik.
Jadi, teknik pengendalian mutu adalah mengawasi pelaksanaan proses produksi agar sesuai dengan rencana; mengawasi bahan baku sejak diterima, disimpan, sampai dikeluarkan dari gudang bahan baku.
5. Peta Kendali (Control Charts)
Peta kendali (control chart) adalah peta yang dijadikan pedoman dalam pengendalian mutu. Peta ini dikemukakan oleh Dr. Shewhart untuk mengetahui apakah sampel hasil observasi termasuk daerah yang diterima (accepted area) atau daerah yang ditolak (rejected area). Jadi, tiap sampel yang diambil bisa berbeda spesifikasi dari waktu ke waktu maka data observasi ditabulasikan lalu dipetakan sehingga diperoleh suatu peta kendali mutu. Namun, sebelum kita lanjutkan membahas dan membuat peta kendali, terdapat beberapa hal yang perlu Anda ketahui, yakni tentang pengukuran sampel. Maksudnya, dalam rangka pengendalian mutu akan terdapat hal-hal yang dapat dikendalikan (controlable), tetapi ada pula hal-hal yang bersifat tidak terkontrol (uncontrolable).
6. Batas Toleransi
Sifat mesin dan tenaga manusia yang tidak sempuma mengakibatkan tidak selalu dihasilkan produk yang tepat, baik ukuran maupun bentuknya. Pasti akan terdapat penyimpangan dari standar ukuran. Oleh karena itu, perlu toleransi penyimpangan. Berapa besamya? Dalam statistik, Anda ingat bahwa untuk memperoleh tingkat kepercayaan sebesar 99% batas toleransi dapat sebesar lebih kurang 3 standar penyimpangan dihitung dari standar ukuran. Artinya limit
atas sebesar X + 3SD (standar deviasi), sedangkan limit bawah X – 3SD. Jadi, Anda dapat melihat pads diagram Shewhart seperti pads Gambar 8.2 berikut.
Sumbu (vertikal) menunjukkan nilai mutu atau ukuran sampel barang yang sedang diamati. Sumbu (horizontal) menunjukkan nomor sampel barang yang diamati. Garis tengah merupakan nilai standar mutu (ukur) keseluruhan produk.
Garis limit atas atau Upper Control Limit (UCL) adalah garis sejajar dengan sumbu X, dibuat dengan jarak sebesar 3 SD dari garis medium sejajar
X + 3SD yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari nilai standar X . Sedangkan garis limit bawah yang sejajar dengan sumbu X disebut garis limit bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis medium, di mans LCL merupakan batas penyimpangan yang paling rendah.
Nilai tiap sampel dihitung, lalu digambar (diplot) sesuai nilai atau ukuran sampel dan nomor sampelnya sehingga tiap sampel mempunyai 1 titik. Demikian pula sampel-sampel lain digambarkan berurutan sehingga diperoleh sejumlah titik sesuai dengan jumlah sampel yang diambil. Dari titik yang tergambar, kits akan memperoleh suatu peta titik. Apakah sebagian besar peta titik tersebut berada di daerah antara UCL – LCL? Bila ya, artinya semua sampel berada dalam batas toleransi standar mutu yang direncanakan. Akan tetapi, bila peta titik tersebut berada di luar daerah UCL – LCL, berarti sebagian sampel rusak dan di luar batas standar yang direncanakan. Jadi, proses produksi harus diperbaiki.
Untuk dapat mengetahui apakah mutu produk yang dibuat sesuai dengan standar mutu yang direncanakan, terlebih dahulu harus ditentukan batas daerah toleransi mutu, yakni daerah antara Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL).
Batas daerah antara UCL dengan LCL disebut sebagai daerah diterima (accepted area) sedangkan daerah di luar UCL dan LCL disebut daerah ditolak (rejected area). Penulis mengajukan istilah daerah layak terima (DLT) untuk daerah yang diterima (accepted area), sedangkan untuk daerah yang ditolak (rejected area) diberi istilah daerah tidak layak terima (DTLT).
Luasnya daerah layak terima (DLT) tergantung kepada besarnya penyimpangan (deviasi) dari ukuran standar yang direncanakan. Untuk pabrik yang menghasilkan produk dengan presisi (ukuran ketepatan) yang tinggi, berarti tidak boleh ada penyimpangan dari standar yang direncanakan. Artinya, standar deviasi adalah nol. Misalnya baut (sekrup), jari-jari motor, alai-alai elektronik (misalnya IC atau integrated circuit), takaran komposisi obat-obatan, pesawat terbang, dan produk lain yang berkaitan dengan keselamatan konsumen.
Produk yang ukurannya "boleh" menyimpang (deviasi) dari ukuran standar, misalnya besarnya roti, donat, ukuran baju, dan produk lain yang tidak membahayakan konsumen. Akan tetapi, penyimpangan tersebut harus dalam
batas-batas toleransi. Batas toleransi tersebut misalnya standar normal ± 1 penyimpangan (standar deviasi) atau standar ± 2a atau standar ± 3a.
Bila standar ± Os berarti garis sentral (X atau standar yang direncanakan berimpit dengan LCL dan UCL atau X = LCL = UCL). ]-->bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis medium, di
0 komentar:
Posting Komentar