Penggunaan Kamus
Sebelum penulis memaparkan masalah penggunaan kamus, lebih tepat jika memberikan batasan tentang kamus. Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian atau terjemahannya (KBBI, 2001:499).
Selain itu kamus tidak hanya sekadar pencatatan atau perekam makna kata, tetapi mempunyai makna lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus merupakan tempat penyimpanan pengalaman manusia yang telah diberi nama. Kamus merupakan sarana penting bagi pengajaran kosakata. Dengan kata lain "Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata".
Kamus memberikan informasi mengenai makna kata, ejaan, dan ucapan. Dengan merujuk pada kamus jelas meningkatkan pengertian para siswa akan istilah umum, istilah khusus, dan teknik. Selain itu, kamus juga mengungkapkan informasi mengenai penggunaan baca formal dan nonformal, ungkapan kata asing yang ada padanannya bahasa Indonesia, kata ganti diri, dan singkatan dan obsesi.
Ternyata setelah kita amati, masih banyak para siswa yang belum mengetahui benar bagaimana cara mempergunakan kamus dengan cara yang efektif. Oleh karena itu, sebelum kita memulai mengajar kosakata yang perlu kita sampaikan bagaimana hubungan antara kamus dan kosakata. Kosakata selalu ada dalam kamus, baik dalam kamus umum maupun kamus istilah.
Berikut akan penulis paparkan keterangan singkat mengenai jenis kamus agar kita mendapat gambaran umum.
(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. 1993. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. XXXIII, 1277 halaman; 26 cm.
Kamus ini memuat 72.100 entri termasuk ungkapan disusun secara alpabetis dan tiap-tiap entri[2] diberi makna singkatan dan padat. Kamus ini merupakan perluasan kamus edisi pertama dengan penambahan 10.000 entri. Di samping itu, ada perbedaan yang tampak pada penanggalan kata, pemberian label kelas kata, label bidang ilmu, label semantik regional dan label-label lain yang dianggap perlu. Juga mendapat penambahan terdiri atas pedoman pemenggalan kata, imbuhan bahasa Indonesia, bentuk terikat bahasa asing, kata dan ungkapan bahasa daerah dan bahasa asing, aksara Kerinci, bintang dan tanda kehormatan, jumlah penduduk kabupaten/kotamadya menurut sensus penduduk tahun 1990, nama-nama negara nomor kendaraan bermotor di Indonesia, lambang fisik, dan lambang komunikasi.
Sehubungan dengan paparan sekilas tentang kamus umum, pengajar sudah dapat memberikan gambaran tentang kosakata yang dicakup dalam kamus umum. Untuk itu, siswa dapat diberi tugas membuat kalimat dengan kata membawahi dan membawahkan.
Berdasarkan pengalaman yang pernah penulis amati kedua bentuk kata membawahi dan membawahkan akan diterapkan pada konteks kalimat yang sama.
Contoh:
- Direktur utama membawahi staf.
- Staf membawahkan direktur utama.
Kedua contoh kalimat (1) dan (2) memperlihatkan bahwa penerapan kata pada kedua kalimat tersebut kurang tepat, sehingga menimbulkan makna yang kurang tepat.
Untuk mengatasi hal itu, pengajar harus dapat membimbing siswanya untuk mencoba memulai membuka kamus yang telah diucapkan sebelumnya. Setelah menemukan entri bawah untuk bentuk membawahi berarti menempatkan diri di bawah perintah seseorang, sedangkan bentuk kata membawahkan berarti menempatkan (sesuatu) di bawah; memegang pimpinan; mengepalai. Dengan demikian, kalimat a dan b seharusnya seperti berikut.
- Staf membawahi direktur utama.
- Direktur utama membawahkan staf .
(2) Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. 1994.
Oleh Salinan dan Sudarsono. Jakarta: Rineka Cipta. VI. 238 hlm; 21 cm.
Kamus ini telah memuat bidang pendidikan dan pengajaran. Berkaitan dengan itu, penulis kamus ini telah menyajikan istilah-istilah yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran dan umum. Istilah-istilah yang tersaji itu disusun dengan sistem alfabetis yang didefinisikan secara singkat dan padat. Selain itu, istilah yang tercakup dalam kamus ini terdiri atas singkatan, akronim, dan kata yang berkaitan dengan bahasa daerah, Indonesia, dan asing.
Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum kita pakai sebagai rujukan apabila siswa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Hal itu jangan sampai terjadi masalah pendidikan kita kaitkan dengan masalah umum.
(3) Kamus Antologi. 1985. Ariyono Suyono dan Aminuddin Siregar. Jakarta: Akademika Presindo. VI, 454 halaman; 21 cm.
Kamus yang terdiri atas 3200 entri istilah ini cakupannya cukup luas yakni pertanian, agama, sejarah, dan politik. Beberapa tokoh antropologi juga termuat dalam buku ini. Istilah yang digunakan meliputi berbagai bahasa dari beragam golongan etnis. Di samping itu, tokoh-tokoh seperti tokoh antropologi, tokoh politik, dan tokoh sejarah juga terdapat dalam kamus ini. Kamus ini disusun berdasarkan kata demi kata, sedangkan istilah yang berasal dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya diletakkan dalam tanda kurung.
(4) Kamus Istilah Sastra, 1990. Panuti Sudjiman. Jakarta: UI Press. XIII. 94 halaman; 23 cm.
Istilah yang terhimpun lebih kurang 1.000 entri istilah dalam pengkajian prosa, puisi, drama, teori, sejarah, dan kritik sastra. Dalam hal drama, istilah yang berkenaan dengan pementasan tidak disertakan. Beberapa istilah Filologi tercakup dalam kamus ini dengan pertimbangan bahwa filologi dikaitkan dengan sastra lama. Sejumlah istilah linguistik yang relevan juga dimuat. Istilah yang ditampilkan dalam urutan abjad. Jika sebuah istilah memiliki sinonim, batasan atau uraian singkat mengikuti istilah yang memiliki sinonim, batasan menurut abjad muncul lebih dahulu. Sinonim dan antonim jika dianggap perlu, dicatat untuk memudahkan rujuk silang, misalnya aliterasi, dan uraian.
(5) Kamus Pariwisata dan Perhotelan. 1992. Kodhyat dan Ramini. Jakarta: Grasindo XI. 145 halaman; 21 cm.
Kamus ini memuat istilah dan singkatan yang digunakan dalam dunia pariwisata dan perhotelan berisi lebih kurang 1.500 entri disusun dengan sistem alfabet dan tiap-tiap entri diberi makna singkat dan padat serta apabila ada padanannya dalam bahasa Indonesia, diletakkan dalam kurung. Kamus ini diperuntukkan bagi siswa SMP, siswa SMEA jurusan perjalanan wisata, mahasiswa akademi perhotelan, dan orang yang berkecimpung dalam dunia pariwisata dan perhotelan. Di samping itu, terdapat petunjuk pemakaian secara singkat, daftar pustaka, dan daftar tipe pesawat terbang dan kode perusahaan penerbangan.
(6) Kamus Pertanian. 1993. Sjamsoe'oed Sadjad. Jakarta: Grasindo. XIII. 173 halaman; 21 cm.
Aspek yang dibicarakan dalam kamus ini meliputi budidaya tanaman, sosial-ekonomi-politik pertanian, dan biologi-biokimia. Teknologi pertanian yang dikhususkan dalam istilah yang berhubungan dengan pengelolaan tanaman. Kamus ini terdiri atas 1.350 entri yang susunannya berdasar pada KBBI, tetapi penyusunannya merupakan perpaduan antara penulisan kamus dan glosari dengan penekanan lebih memberikan suatu pengertian terhadap istilah. Istilah yang dikumpulkan dalam kamus ini berupa nomina, verba, adjektiva, proses, serapan bahasa asing, karena sama pembaca adalah sekolah menengah atau perguruan tinggi, maka pengertian yang diberikan bersifat sederhana dan umum.
(7) Kamus istilah lingkungan. 1994. Imam Hendargo Ismoyo dan Rijaluzzaman. Penyunting. Jakarta: Bina Rena Pariwara. 206 halaman; 21 cm.
Kamus ini merupakan rangkuman istilah yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan, istilah baku dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan serta dari beberapa sumber lain. Batasan istilah baku yang termuat dalam lingkup disiplin pengetahuan lingkungan tampaknya memang cenderung begitu luas, mengingat pengetahuan lingkungan mencakup berbagai disiplin seperti biologi, geografi, ekonomi, dan kimia. Di samping itu setiap lema didefinisikan secara jelas. Kamus ini terdiri atas 1.132 entri dan ada beberapa entri yang disertai dengan istilah asingnya. Ada beberapa pula yang istilah (di dalam tanda kurung) yang menjelaskan bahwa kata tersebut dipakai dalam bidang tumbuhan. Kamus ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya kalangan mahasiswa, birokrat, pengusaha, dan lembaga swadaya masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan di bidang lingkungan hidup.
Dari tujuh contoh kamus dan kamus istilah yang penulis paparkan itu, sekurang-kurangnya dapat memberikan gambaran kita bahwa kamus dan kamus istilah merupakan rujukan utama dalam proses pengajaran kosakata. Dengan kata lain, bukan berarti tidak ada cara lain untuk mengefektifkan pengajaran kosakata. Akan tetapi, penulis hanya menyampaikan pandangan atau gagasan tentang "Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata".
V. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan ancangan sederhana tentang keefektifan khususnya yang berkaitan dengan "Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata", penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
- Pengajaran kosakata melalui sumber rujukan kamus akan dapat menambah wawasan para siswa untuk memahami kata, khususnya yang berkaiatan dengan kata dasar, kata jadian, dan kata ulang;
- Pemakaian kamus sebagai sumber rujukan dapat meningkatkan konsentrasi pada data leksikal secara tepat;
- Pemakaian kamus dan kamus istilah sebagai sumber rujukan akan membangkitkan percaya diri.
- Para siswa semakin banyak menggunakan kamus dalam menghadapi kata-kata yang sulit dimengerti, maka semakin paham pula dalam menyikapi makna kata.
SUMBER;
0 komentar:
Posting Komentar