Pengertian Tunadaksa 
Secara etiologis, gambaran seseorang yang di identifikasikan
mengalami ketunadaksaan yaitu seseorang yang mengalami kesulitan
mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka,
penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan
untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.
Sedangkan, secara definitif pengertian tunadaksa adalah
ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsi secara normal sebagai akibat dari luka, penyakit,
atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan
pembelajarannya perlu layanan secara khusus (Efendi, 2009: 114). 
Erikson (dalam Anggareni, 2008: 2) mengungkapkan istilah non
normatif untuk kejadian yang datangnya tidak terduga dan tidak
diharapkan. Salah satu kejadian non normatif adalah kecelakaan atau
juga sakit yang mengakibatkan kecacatan dan membuat anggota tubuh
menjadi kehilangan fungsinya. Individu yang mengalami hal tersebut
biasanya dikenal dengan sebutan peyandang tunadaksa.
Sedangkan menurut Mangunsong (dalam Anggareni, 2008: 2),
cacat tubuh (tuna daksa) mempunyai pengertian yang luas dimana secara umum dikatakan sebagai ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk
menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal.
Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai
akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi
dalam fungsinya yang normal. 
Kondisi ini disebabkan oleh penyakit,
kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang
menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan
pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu
untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri (Somantri, 2005:
121).
Keadaan tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan
dalam keterampilan motorik dan hal ini akan berpengaruh terhadap
perkembangan keterampilan motorik yang lebih kompleks pada tahap
berikutnya. Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak kehidupan
mereka. 
Menurut Piaget, makin besar hambatan yang dialami mereka
dalam berasimilasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya, makin
besar pula hambatan yang dialami pada perkembangan kognitifnya.
Dengan demikian akan menghambat mereka untuk melaksanakan proses
asimilasi dengan sempurna. Pengaruh usia ketika ketunadaksaan mulai
terjadi, ternyata tidak menunjukkan pengaruh yang berarti terhadap
kemampuan individu (Somantri, 2012: 127).Berdasarkan uraian dari definisi-definisi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang,
otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini disebabkan
oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan
sejak lahir (pertumbuhan yang tidak sempurna). Sehingga
mengakibatkan kecacatan dan membuat anggota tubuh menjadi
kehilangan fungsinya.
SIMBER;

0 komentar:
Posting Komentar