Pengertian Motivasi
Berprestasi Konsep motif berprestasi mula-mula dikemukakan oleh Henry Murray (dalam Irwanto, 2003: 206) pada tahun 1938 dalam bukunya Explorations in Personality. Ia membagi kebutuhan-kbutuhan manusia ke dalam 17 kategori. Diantaranya adalah kebutuhan untuk berprestasi (n-achievement) dan kebutuhan berafiliasi/berteman (n-afifiliation). Konsep-konsep ini diapakai untuk menggambarkan kepribadian seseorang dalam rangka suatu diagnosa yang sifatnya klinis.
Pada tahun 1940-an John Atkinson dan David Mc Clelland mempelajari motivasi untuk keperluan yang lebih luas. Mc. Clelland (dalam Irwanto, 2003: 207) membedakan tiga kebutuhan utama yang mempengaruhi periaku manusia, yaitu; kebutuhan berprestasi (n-ach) tercermin dari perilaku individu yang mengarah pada suatu standar keunggulan. N-ach merupakan hasil dari suatu proses belajar dan n-ach dapat ditingkatkan melalui latihan. Sedangkan kedua kebutuhan lain yakni kebutuhan untuk berkuasa (npower) dan kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff) kurang banyak diteliti dibanding n-ach. N-power terlihat dari perilaku individu yang selalu berusaha menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri. N-aff terlihat pada perilaku individu yang menyukai hubungan baik dan baru bersama orang lain.
McClelland (dalam Velmurugan & Balakrishinan, 2013:7) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai kompetisi dengan standar keunggulan. Dengan demikian motivasi berprestasi ditandai oleh keinginan untuk mencapai standar keunggulan yang tinggi dan untuk mencapai tujuan yang unik. Motivasi berprestasi dapat dianggap sebagai disposisi untuk mendekati keberhasilan atau kapasitas untuk mendapatkan kebanggaan dalam pemenuhan ketika kesuksesan dicapai dalam suatu kegiatan. Heckhausen (dalam Djaali, 2011: 103-104) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.
Menurutnya ada tiga komponen dari standar keunggulan yaitu standar keunggulan tugas (berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya), standar keunggulan diri (berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini) dan standar keunggulan siswa lain (berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa lain). Atkinson (dalam Djaali, 2011: 105) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin. Dengan kata lain, usaha seseorang untuk menemukakan atau melampaui standar keunggulan.
Motivasi berprestasi merupakan faktor pendorong untuk menentukan keberhasilan dalam belajar dan untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya (Djaali, 2011: 110). Berdasarkan uraian definisi-definisi diatas, maka disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan mencapai standar keunggulan. Individu ini berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulannya
SUMBER;
0 komentar:
Posting Komentar