PENGERTIAN PENDEKATAN MSDM DAN KONSEP KETENAGAKERJAAN

Posted By frf on Kamis, 27 Oktober 2016 | 15.00.00

A. Pengertian
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting diantara faktor-faktor yang lainnya seperti mesin, modal, teknologi, material, metode, informasi maupun pasar dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar setiap organisasi benar-benar berhasil dalam mencapai tujuannya.
Disamping sumber daya manusia itu penting untuk mencapai tujuan organisasi, pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia bahkan praktek-praktek mengenai pengelolaan sumber daya manusia lebih penting lagi bagi setiap manusia. Karena dengan mempelajari MSDM maka setiap sumber daya manusia dapat dipersiapkan sebagai sumber daya yang benar-benar mempunyai kemampuan akademik dan memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi.
Di dalam praktek sehari-hari sering kali dijumpai istilah manajemen sumber daya manusia dan manajemen personalia. Istilah manajemen sumber daya manusia dan manajemen personalia merupakan manajemen umum yang lebih menfokuskan pada faktor manusia.

Manajemen personalia atau personil manajemen mulai menjadi perhatian para ahli manajemen pada tahun 1940-an. Persoalan-persoalan yang dibicarakan dalam manajemen personalia mencakup masalah-masalah sumber daya manusia yang berada dalam perusahaan-perusahaan terutama perusahaan-perusahaan modern yang lebih dikenal dengan sektor formal. Dengan demikian dalam personil manajemen mempelajari dan mengembangkan cara-cara bagaimana manusia dapat secara efektif diintegrasikan kedalam berbagai organisasi yang diperlukan oleh masyarakat, seperti misalnya organisasi pendidikan, rumah sakit, lembaga keamanan, perusahaan-perusahaan bisnis dan sebagaimanya (Basir Barthos:1992:3). 

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) baru mulai menjadi perhatian oleh para ahli sekitar tahun 1960-an. MSDM mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan “Pembinaan, Penggunaan dan perlindungan” sumber daya manusia “baik yang berada dalam hubungan kerja maupun yang berusaha sendiri”.

Dengan demikian dalam MSDM selain mempersoalkan sumber daya manusia yang bekerja pada sektor modern atau yang bekerja di sektor publik juga mempesoalkan sumber daya manusia yang bekerja di sektor informal.

B. Ruang Lingkup MSDM
Bila ditinjau dari ruang lingkupnya maka MSDM lebih bersifat makro, sedangkan manajemen personalia lebih bersifat mikro. Perbedaan antara MSDM dengan manajemen personalia terletak pada ruang lingkup dan tingkatannya. MSDM mempersoalkan hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia yang bekerja pada sektor modern atau yang terikat hubungan kerja, seperti sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan-perusahaan, di sektor pemerintah dan sektor publik lainnya, serta mempersoalkan hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang bekerja sendiri atau yang tidak terikat hubungan kerja seperti sumber daya manusia yang bekerja pada sektor informal. Dengan demikian MSDM tinjauannya lebih luas dari pada manajemen personalia.

Manajemen personalia mempersoalkan hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang bekerja di sektor formal, mulai dari analisis jabatan, rekruitmen sumber daya manusia, seleksi sumber daya manusia, penempatan, penilaian prestasi kerja, promosi dan mutasi, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, serta pelepasan kembali sumber daya manusia (Pemutusan Hubungan Kerja /PHK) kepada masyarakat dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

C. Permasalahan-permasalahan MSDM
Setelah selesainya Perang Dunia II maka mulailah timbul Negara-negara nasional yang baru dan segera melancarkan pembangunan untuk memperbaiki keadaan ekonominya yang porak poranda karena perang dunia, atau untuk mengejar ketinggalannya teutama dalam bidang ekonomi dengan Negara-negara lain.

Namun demikian ketika kegiatan pembagunan itu dilancarkan, negara-negara tersebut (biasa disebut sebagai negara dunia ketiga) hanya memiliki modal pokok berupa sumber daya alam yang masih terpendam atau belum dikembangkan, dan sumber daya manusia yang jumlahnya sangat besar. Untuk mengintegrasikan sumber daya alam dan sumber daya manusia agar bermanfaat bagi kehidupan ekonomi suatu Negara, diperlukan modal yang besar, teknologi yang maju, serta tenaga ahli, yang biasanya hanya dimiliki oleh negara-negara maju saja.

Sebenarnya sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara secara absolute jumlahnya tetap, sekalipun ada sumber daya alam yang bisa habis tetapi masih bisa diganti seperti misalnya hutan yang gundul bisa ditanami kembali, atau kesuburan tanah yang sudah habis dapat dipupuk kembali, serta sumber daya alam yang habis tetapi tetap tidak bisa diganti seperti minyak bumi, tambang besi, air, batu bara, dan sebagainya.

Sementara sumber daya manusia sifatnya dapat selalu berubah-ubah, berkembang baik mutu maupun jumlahnya. Dengan permasalahan tersebut maka MSDM harus mampu mencari keseimbangan antara jumlah dan mutu sumberdaya manusia dengan sumber daya alam yang ada agar bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia, serta untuk keperluan pembangunan.

Sementara itu dalam setiap Negara bila dilihat dari tingkat perkembangan secara ekonomis, dapat digolongkan menjadi dua golongan. Pertama adalah negara yang kekurangan sumber daya manusia sebagai akibat dari pertumbuhan penduduknya sangat rendah sementara tingkat perkembangan ekonominya sangat cepat/tinggi. Semua negara-negara industri termasuk pada golongan ini. Kedua, negara-negara yang kelebihan sumber daya manusia bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Hampir semua negara berkembang dan negara-negara agraris termasuk dalam golongan ini.

Dengan melihat adanya perbedaan aspek sumber daya manusia tersebut maka akan berbeda pula dalam pengelolaan sumber daya manusianya. MSDM untuk negara maju sudah barang tentu akan berbeda dengan MSDM untuk negara-negara yang sedang berkembang dari masing-masing negara itu.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia pada umumnya adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhan penduduk sangat tinggi, sehingga sering kali menimbulkan masalah seperti tingginya jumlah pengangguran dan setengah pengangguran terutama dipedesaan-pedesaan, kekurangan tempat tinggal, kekurangan sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan, sanitasi, sandang, pangan dan sebagainya.

Disamping itu rendahnya kompetensi pencari kerja sekalipun rata-rata lulusan pencari kerja adalah SMA tetapi tanpa ketrampilan yang memadai sehingga tidak terserap dalam lapangan kerja. Sebagai contoh misalnya dari 4 juta tenaga kerja yang bekerja diluar negeri pada tahun 2009, 70 % nya hanya bisa mengisi lowongan pembantu rumah tangga karena tidak memiliki ketrampilan ( inaplas.jakarta@gmail.com).

Lebih lanjut dinyatakan oleh Basir Barthos (1990:90-91) bahwa permasalahan-permasalahan penting yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia adalah pertama, tingkat pendidikan rendah dimana sebagian besar penduduk berusia prasekolah, usia sekolah, usia 25 tahun keatas dan penduduk yang tidak pernah sekolah. Dilihat dari segi pendidikan maka sumber daya manusia yang belum bermutu itu tidak dapat mengisi lowongan pekerjaan.

Kedua, struktur pendidikan tidak sesuai dengan permintaan dalam bidang-bidang tertentu. Di satu pihak, dari segi struktur pendidikan terdapat “kekurangan tenaga ahli dan terdidik” dibidang tertentu. Di lain pihak adanya penganggur yang terdidik. Mereka ini pada umumnya berusia 19-24 tahun. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah kejuruan yang langsung mendukung pembangunan sangan kurang, sementara sekolah-sekolah umum makin membengkak. Untuk mendirikan sekolah-sekolah kejuruan cukup mahal bila dibandingkan dengan sekolah umum.

Ketiga, adanya pergeseran pasar kerja di sektor pertanian ke sektor non pertanian (industri dan jasa) yang bukan karena dukungan dari penanaman modal tetapi karena “kejenuhan” sumber daya manusia usia muda untuk bekerja disektor pertanian. Oleh karena itu terjadi persaingan ketat dalam pendidikan promosi diri dengan berbagai cara dan tenaga kerja mau menerima persyaratan kerja apa saja meskipun sangat rendah dan memprihatinkan.

Keadaan ini sangat menghambat pelaksanaan pembangunan sehingga perlu adanya MSDM yang tepat di tingkat nasional karena MSDM yang baik ditingkat nasional akan mempengaruhi MSDM ditingkat regional dan ditingkat perusahaan. Dengan adanya MSDM yang tepat di tingkat nasional diharapkan akan tercipta kesempatan kerja penuh (full employment), yaitu terpenuhinya kesempatan kerja yang sesuai dengan jumlah dan mutu sumber daya manusia yang dibutuhkan.

D. Pendekatan-pendekatan MSDM
Berbagai permasalahan sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang, maka perlu adanya pemecahan-pemecahan untuk mengatasi masalah tersebut. Berbagai pendekatan MSDM dilakukan terutama untuk mengatasi masalah jumlah penduduk yang sangat besar yang apabila tidak dikelola dengan baik akan menjadi beban negara dan pemerintah.

Terutama di Indonesia, untuk mengatasi jumlah penduduk yang sangat besar dilaksanakan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: 

Berusaha menekan atau mengurangi laju pertumbuhan penduduk. Di Indonesia laju pertumbuhan penduduk ditekan untuk mengurangi jumlah pertambahan penduduk dengan Program Keluarga Berencana (KB). Program KB diusahakan untuk menurunkan fertilitas dalam persentase tertentu. Program ini ternyata cukup berhasil, karena jika tidak dengan program ini maka pada tahun 2010 penduduk Indonesia bias mencapai lebih dari 250 juta jiwa.

Dengan menyebarkan penduduk dari daerah-daerah yang sangat padat penduduk dan sempit lapangan pekerjaan ke daerah-daerah yang jarang penduduk dan kekurangan sumber daya manusia dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Di Indonesia hal ini dilaksanakan dengan program transmigrasi.

Penyebaran penduduk dengan Program Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), dan Program Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Pendidikan dan latihan bagi sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan. Pada aspek pendidikan dan latihan ini di Indonesia dilakukan oleh lembaga pendidikan formal dan non formal yang ditangani oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat umum.

Peningkatan pendapatan dan upah. Hal ini dilaksanakan dengan berbagai kebijakan dan program pemerintah. Misalnya dengan kebijakan penetapan upah minimum, kebijakan investasi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan harga, dan sebagainya.

Dengan berbagai pendekatan MSDM diharapkan bisa mengurangi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sumber daya manusia. Namun demikian hal tersebut tidak bisa dilaksanakan tanpa dibarengi adanya perluasan kesempatan kerja dan pemberian dukungan dari pemerintah bagi sumber daya manusia yang bersedia bekerja di luar daerah atau di luar negeri. 
Blog, Updated at: 15.00.00

0 komentar:

Posting Komentar