Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Muhammad S.A. Ibrahimy, sarjana pendidikan Islam Bangladesh dalam salah satu penerbitan media massa "Islamic Gazette" menguraikan tentang wawasan dan pengertian serta jangkauan pendidikan Islam sebagaimana dikutip oleh M. Arifin, sebagai berikut:
"Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man too lead his life according to the Islamic ideologi, so that he may easily could his life in accordence which tenets of Islam. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of demans of the age and development of science and theologi is scope has also widened".[13]
Pendidikan Islam menurut pandangannya, dalam pengertian sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam (cita Islami) sehingga ia dengan mudah dapat membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan Islam adalah pendidikan tanpa batas waktu dan akan berjalan dinamis sesuai dengan keuniversalan Islam itu sendiri. Sehingga dalam tugasnya pendidikan Islam adalah harus berjalan sesuai dengan kebutuhan manusia secara luas dari berbagai aspek kehidupan. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib dalam bukunya "Pemikiran Pendidikan Islam" menyatakan bahwa, “tugas dari pendidikan Islam meliputi tiga unsur, yaitu sebagai pengembang potensi, pewarisan budaya dan sebagai interaksi antara potensi dan budaya”.[14] Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu demi satu.
1. Pendidikan Islam Sebagai Pengembang Potensi
Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia, kecuali bertugas pokok menyembah Khaliknya juga bertugas mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar manusia dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin.
Manusia diciptakan Allah selain menjadi hamba-Nya juga menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan khalifah, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmani (fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) yang dapat dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupan di dunia.
Untuk mengembangtumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tersebut, pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai. Pendidikan adalah proses untuk menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, dalam arti untuk menampakkan atau mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki manusia.
Pendidikan Islam telah memberikan resep kehidupan yang menyeluruh untuk digunakan sebagai landasan hidup manusia dalam segala jaman dan dalam segenap bidang kehidupan manusia. Resep demikian tidak akan berguna bila mana manusia itu sendiri sebagai konsumernya tidak dibekali kemampuan untuk mengaktualisasikannya melalui proses pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama yang telah diperintahkan Allah kepada hamba-Nya.
Pengertian, Konsep dan Hakekat Pendidikan Islam
Pengertian, Konsep dan Hakekat Pendidikan Islam
Oleh karena itu akhir dari tujuan pendidikan Islam berada di garis yang sama dengan misi tersebut yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam. Hal ini berarti bahwa potensi yang dimiliki manusia akan dapat diapresiasikan melalui ikhtiarnya yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat.
Selain pendidikan, dalam rangka mengembangkan potensi atau kemampuan dasar, manusia juga membutuhkan adanya bantuan dari orang lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan agar berbagai potensi tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal, sehingga kelak hidupnya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
Lingkungan fisik ialah lingkungan alam seperti keadaan geografis, iklim, kondisi ekologi dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan yang berupa orang-orang yang berada di sekitar manusia yang berinteraksi dengan mereka seperti orang tuanya, saudara-saudaranya, tetangganya dan lain-lain. [15]
Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa pendidikan itu berusaha untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki manusia, baik jasmaniah maupun rohaniah, sehingga dengan pendidikan akan tercapai kehidupan yang harmonis, seimbang antara kebutuhan fisik material dengan kebutuhan mental spiritual dan antara kehidupan dunia dan akhirat.
2. Pendidikan Islam sebagai Internalisasi Nila-nilai Islamiah
Tugas pendidikan Islam selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai Islam. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Islam akan mati bila nilai-nilai dan norma-norma agama tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan ke generasi berikutnya.
Nilai-nilai Islam dan peradaban tidak dapat dipisahkan dengan kelahiran Islam itu sendiri. Maka dari itu lembaga-lembaga pendidikan memiliki tugas selain mengembangkan perolehan pengalaman, lembaga pendidikan harus mampu mengupayakan perolehan pengalaman generasi terdahulu melalui transfer tradisi. Islam mengemban tugas menghidupkan kembali tradisi, konsep keagamaan dan mewariskan ilmu-ilmu yang diperoleh dari kitab-kitab lama ke generasi selanjutnya.
Pendidikan Islam sebagai alat internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam masyarakat, memiliki watak lentur terhadap perkembangan aspirasi kehidupan manusia sepanjang jaman. Dengan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip nilai yang mendasarinya, pendidikan Islam akan mampu mengakomodasikan tuntutan hidup manusia dari jaman ke jaman termasuk tuntutan di bidang ilmu dan teknologi.
Islam yang hendak diwujudkan dalam perilaku manusia melalui proses pendidikan, bukanlah semata-mata sistem teologinya saja, melainkan lebih dari itu yaitu termasuk peradabannya yang lebih sempurna. Oleh karena itu “Islam berhadapan dengan segala bentuk kemajuan dan modernisasi masyarakat, tidaklah akan mengalami kesulitan mengingat wataknya yang lentur dalam menghadapi perkembangan kebudayaan manusia.”[16]
Pendidikan sesungguhnya produk dari kebudayaan manusia sendiri. Rancangan suatu pendidikan dalam suatu masyarakat sepenuhnya ditentukan oleh tingkat perkembangan dan kemajuan dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Melalui kualitas pendidikan maka tingkat kebudayaan suatu masyarakat akan ditentukan kualitasnya. Oleh karena itu dalam strategi pengembangan kebudayaan Islam. Pendidikan menjadi “bagian fundamental, sehingga merancang strategi kebudayaan Islam pada hakekatnya adalah merancang suatu pendidikan. Dalam hubungan ini pendidikan Islam adalah pendidikan yang bercorak tauhid.”[17]
Pendidikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan adalah pusat kajian kebudayaan dan ilmu-ilmu. Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam maka yang perlu dirumuskan adalah konsep ilmu-ilmu dalam Islam. Dengan demikian kajian ilmu-ilmu dalam konsep Islam pada hakekatnya untuk menemukan dan mengembangkan hukum-hukum yang ada dalam setiap ciptaan Allah dan melalui penguasaan kebenaran hukum-hukum itulah sesungguhnya proses pembentukan suatu kebudayaan mulai digulirkan.
Oleh karena itu kebudayaan Islam haruslah mencerminkan nilai-nilai akhlakul karimah dan menjadi bagian dari ibadah sebagai wujud kerja sama kreatif antara Allah dan manusia sebagai hamba-Nya di muka bumi. “Nilai-nilai kebudayaan adalah pencapaian nilai spiritual yang memperkaya kehidupan batin manusia”.[18] Dengan demikian, pendidikan Islam sebagai pewaris budaya harus mampu mewariskan cita-cita bangsa.
3. Pendidikan Islam Sebagai Interaksi Antara Potensi Dan Budaya
Dalam rangka mewujudkan kebudayaan Islam, potensi dasar manusia harus dididik sebaik mungkin. Suatu didikan yang menekankan perhatiannya pada kemaslahatan umum, akan lebih mudah mengembangkan potensi atau kemampuan dasar manusia. Pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam meluruskan dan mengembangkan potensi dasar manusia. Tanpa pendidikan potensi tidak akan mengalami perkembangan lebih sempurna.
Selanjutnya kebudayaan Islam sebagai produk dari potensi dasar tersebut haruslah berisi muatan-muatan paedagogis. Artinya, suatu kebudayaan yang dapat mengakibatkan kondisi sosio-kultural, mengarah pada bentuk pola kehidupan yang positif berdasarkan nilai dan norma ajaran Islam. Sehingga nilai-nilai Islam didalamnya dapat dipahami dan diwujudkan kebenarannya sebagai pembeda dari jenis kebudayaan lainnya.
Sesungguhnya kebudayaan itu, secara ontologis adalah nafs manusia itu sendiri. Manusia sebagai wujud dari eksistensi nafs yang kreatif yang bertindak sebagai subyek dalam proses penciptaan menjadi khalifah Allah di muka bumi. Oleh karena itu, “Kebudayaan merupakan proses pergulatan kesatuan iman dan kreatifitas dalam menghadapai tantangan realitas dengan karya dan tindakan keshalihan. Maka manusia menentukan derajatnya dalam kehidupan ini”.[19]
Dengan demikian, kebudayaan Islam jika dilihat sebagai proses dan produk adalah :
Proses eksistensi kreatif diri manusia sebagai aktualisasi dari penyerahan diri, untuk mematuhi hukum-hukum Tuhan sehingga memperoleh keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian hidup. Sedangkan kebudayaan Islam sebagai produk adalah konsep atau gagasan, kegiatan serta benda-benda yang dibuat untuk pengabdian penyerahan diri terhadap Tuhan serta untuk tercapainya keselamatan dan kesejahteraan bersama.[20]
Potensi dasar yang telah disalurkan secara optimal dan dilapisi pesan-pesan Islam merupakan kekuatan yang potensial dalam membangun kebudayaan Islam. Jenis kebudayaan ini dapat ditumbuhkembangkan melalui bekal potensi dasar tersebut sehingga terdapat hubungan kausal yaitu, potensi dasar sebagai variabel penentu sedang kebudayaan Islam sebagai variabel yang ditentukan. Dengan potensi yang dimiliki, manusia diharapkan untuk menegakkan peradaban dan kebudayaan Islam sebagai wujud khalifah Allah di muka bumi.
Muhaimin dan Abdul Mujib dalam buku “Pemikiran Pendidikan Islam” mengutip pendapat Langeveld yang menyatakan bahwa, “Tugas pendidikan adalah mendewasakan anak melalui bimbingan dan pengarahan”.[21] Bimbingan dan pengarahan tersebut menyangkut potensi predesposisi (kemampuan dasar) serta bakat manusia yang mengandung kemungkinan-kemungkinan berkembang ke arah kematangan yang lebih optimal.
Potensi atau kemampuan dasar yang berkembang dalam diri manusia, “kemungkinan baru dapat berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan yang cukup baik melalui pendidikan yang terarah.”[22] Kemampuan potensi pada diri manusia itu, baru dapat diwujudkan dan dapat difungsikan bila disediakan kesempatan untuk berkembang dengan menghilangkan segala gangguan yang dapat menghambatnya.
Dalam rangka mengembangkan potensi yang ada pada manusia, pendidikan merupakan faktor utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tugas pokok pendidikan Islam adalah “pembinaan anak didik, pada ketaqwaan dan penanaman akhlakul karimah yang dijabarkan dari enam aspek keimanan, lima aspek keislaman dan multi aspek keinsanan.”[23]
Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa tugas pendidikan Islam adalah :
Mempertinggi kecerdasan dan kemauan dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa manfaat dan aplikasinya dapat meningkatkan kualitas hidup dengan memelihara dan mengembangkan budaya, lingkungan serta memperluas pandangan hidup manusia yang komunikatif terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan sesama manusia serta sesama makhluk yang lain. [24]
Adapun fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan lancar. Penyediaan fasilitas yang dimaksud adalah, “fasilitas yang bersifat struktural dan institusional”. [25]
Arti dari fasilitas yang bersifat struktural adalah menuntut adanya organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan. Sedang arti dari tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi dalam struktur organisasi yang dilembagakan, sehingga menjamin proses kependidikan dapat berjalan dengan lancar secara konsisten dan berkesinambungan pada tingkat yang optimal.
Dari beberapa uraian mengenai tugas dan fungsi pendidikan Islam akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa antara tugas dan fungsi pendidikan Islam, keduanya saling berkaitan. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi pendidikan Islam itu sendiri. Jika pendidikan Islam dapat melaksanakan tugasnya dengan berdasarkan nilai-nilai dan norma ajaran Islam maka pendidikan Islam akan mampu mewujudkan tercapainya kehidupan yang harmonis, seimbang antara duniawiyah dan ukhrowiyah. Dengan demikian jelaslah bahwa manusia dalam hidup dan kehidupannya membutuhkan adanya pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar