KEJUARAAN BOLAVOLI REMAJA
SE PROPINSI DIY
Abstrak
Kejuaraan Bolavoli Remaja se Provinsi DIY, adalah kejuaraan antar klub resmi putra se provinsi DIY yang diikuti oleh pemain-pemain remaja dengan usia di bawah 17 tahun. Kejuaraan bertujuan untuk meningkatkan iklim pembinaan di PBVSI provinsi DIY. Kejuaraan remaja mempunyai arti sangat dalam pembinaan jangka panjang mulai dari usia dini, yang berkesinambungan untuk mencapai prestasi maksimal.
Pelaksanaan kegiatan dengan memberikan pelatihan mahasiswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang sedang KKN-PPL dalam hal perwasitan dan pengelolaan pertandingan. Selanjutnya mahasiswa sebagai pelaksana penyelenggaraan kejuaraan. Mahasiswa membuat peraturan pertandingan, mengundang klub bolavoli resmi se DIY, menyelenggarakan pertemuan teknik, melaksanakan pertandingan, mewasiti dan melaksanakan semua tugas pertandingan di bawah bimbingan dosen pengabdi.
Pertandingan diikuti delapan klub: Ganevo dari kota Jogjakarta, Dagsinarga dari Gunung Kidul, Yuso Sleman dari Sleman, dan dari Bantul adalah Rajawali, Pendowo, Bantul Yuso Gunadarma, baja 78, dan Bimaputra. Delapan klub dibagi menjadi dua pool dan melaksanakan pertandingan setengah kompetisi. Pertandingan dilaksanakan Kamis 1 Oktober 2009 sampai dengan Minggu 4 Oktober 2009. Kejuaraan dapat berjalan lancar yang menghasilkan juara satu Yuso Bantul Gunadarma, juara dua Ganevo, juara tiga Dagsinarga, dan juara empat Yuso Sleman.
Kata kunci: Bolavoli Remaja
YOUTH VOLLEYBALL CHAMPIONSHIP IN YOGYAKARTA SPECIAL REGION
Abstract
Youth volleyball championship in Yogyakarta special region, legal competition male club purpose to increase training atmosfeer of youth athlete. This championship have important contribute longterm training program to achieve top level. The activity give experiences Sport Coaching Education Program students, Competition manajemen event and role refree. The otherhand students make rule of the games, club invite, technical meeting, and competition under supervised by lecturer. Partisipant 8 club , Ganevo, Darksinarga, Yuso Sleman, Rajawali, Pendowo, Yuso Gunardarma, Baja ‘ 78 and Bimaputra. This event be held 1 until 4 October 2009, result of this event: (1) Yuso Gunadarma, (2) Ganevo, (3) Darksinarga and (4) Yuso Sleman
Key Word: Youth Volleball
Pendahuluan
Kejuaraan bolavoli remaja sudah pernah dilaksanakan oleh PBVSI Provinsi DIY tahun 2005 dan 2006. Mulai tahun 2007 tidak dilaksanakan, sehingga klub-klub di DIY mengalami kesulitan dalam membuat program latihan, atau dalam mencari kegiatan untuk merangsang pembinaan. Banyak klub menanyakan ke PBVSI DIY kapan dilaksanakan kejuaraan remaja antar klub. Oleh karena untuk menyelenggarakan perlu dana yang cukup tinggi, maka PBVSI DIY tidak lagi kuat menyelenggarakan kejuaraan remaja. Penyelenggaraan kejuaraan remaja pernah ditawarkan ke masyarakat, akan tetapi tidak ada yang mau menyelenggarakan, karena jika penonton ditarik karcis masuk tidak akan laku. Lain halnya yang tingkat yunior atau senior, karcis masuk akan laku dijual yang dapat untuk membiayai kejuaraannya, bahkan masih menguntungkan bagi panitia.
Kejuaraan tingkat sekolah dasar sudah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan secara rutin, dari tingkat kabupaten sampai tingkat nasional, meskipun hanya di bagian putri. Kejuaraan untuk tingkat SMP juga sudah dilaksanakan secara rutin setiap tahun oleh Dinas Pendidikan, mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Baik tingkat SD maupun tingkat SMP masih dikategorikan sebagai bolavoli mini. Usia pemain untuk SD maksimal 13 tahun dan untuk SMP 15 tahun.
Kejuaraan bolavoli kelompok umur yang lain adalah untuk junior. Batas pemain junior, untuk kejuaraan di DIY dan nasional adalah 19 tahun di bagian putra dan 18 tahun di bagian putri. Kejuaraan junior tingkat dunia dengan usia 20 tahun putra dan 19 tahun putri. Antara usia bolavoli mini 15 tahun sampai junior 19 tahun cukup panjang waktunya. Bagi anak yang berusia 16-17 tahun merupakan transisi dari bolavoli mini ke bolavoli yang sesungguhnya atau dari empat melawan empat ke enam melawan enam. Pemain usia 16-17 tahun jika dimasukkan ke junior tidak akan mampu bersaing dalam pertandingan. Oleh karena itu pemain usia 16-17 tahun jarang dalam mendapatkan pengalaman bertanding dan rangsangan berlatih.
Kejuaraan merupakan pusat dalam pembuatan program latihan oleh pelatih. Kejuaraan akan menjadi tujuan, dan semua kegiatan latihan akan diarahkan ke sana, agar ketika kejuaraan dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Dengan demikian kejuaraan akan menjadi rangsangan bagi atlet untuk melakukan latihan. Kejuaraan tingkat remaja atau dengan batas usia 17 tahun di DIY sudah dua tahun kosong. Sangat besar kemungkinan bahwa atlet di usia tersebut latihannya tidak intensif terfokus pada suatu kejuaraan. Jika demikian nantinya akan mempengaruhi prestasi di tingkat junior. Semua cabang olahraga prestasi di tingkat junior diharapkan sudah mencapai puncaknya. Kemampuan fisik, kemampuan teknis, maupun kematangan juara sudah harus mencapai puncaknya pada usia 20 tahun untuk bolavoli. Pada setiap cabang olahraga tidak sama batas usia juniornya. Oleh karena kejuaraan remaja di DIY tidak ada, sangat mungkin para atlet akan kendor dalam latihan, maka usia 20 tahun tidak akan mencapai puncaknya, sehingga usia emasnya akan mundur, dan jam kerja usia produktifnya menjadi lebih pendek.
Pada bulan juli terjadi penerjunan KKN PPL. Ada 13 mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga peminatan bolavoli yang diterjunkan di klub-klub bolavoli di DIY. Dari mereka diharapkan dapat membina pemain di klub-klub yang digunakan KKN PPL. Puncak kegiatan KKN PPL sangat sesuai jika diakhiri dengan menyelenggarakan kejuaraan. Para mahasiswa KKN PPL dapat diberi pelatihan tentang perwasitan, pengelolaan dan penyelenggaraan pertandingan. Kejuaraan bolavoli remaja se DIY, dapat melibatkan banyak pihak baik mahasiswa KKN PPL, klub-klub bolavoli di DIY, maupun pemain-pemain, PBVSI propinsi dan kota se DIY, UPPL UNY, FIK UNY dan juga dosen pengabdi.
Dalam hal pendanaan PBVSI DIY sangat kesulitan. Dana yang diharap hanya dari KONI DIY, dan sudah di alokasikan setiap tahunnya. Untuk PBVSI, KONI DIY mengalokasikan dana bagi bantuan pengiriman tim senior ke kejuaraan nasional sekali dalam satu tahun, tim junior juga hanya sekali. Untuk kejuaraan, dialokasikan dana sewa GOR dan ATK bagi kejuaraan senior dan junior sekali dalam satu tahun. Untuk menyelenggarakan kejuaraan memerlukan dana yang cukup banyak diantaranya honor wasit, linemans, ballboys, scorer sheet, scorer board, konsumsi, hadiah dan lain-lain. Pengurus PBVSI hanyalah personal-personal yang senang terhadap bolavoli, tidak mempunyai jabatan tinggi atau punya perusahaan. Untuk mendanai kegiatan harus mencari sponsor kesana kemari yang di DIY sangat sulit, karena tidak ada perusahaan-perusahaan besar. Banyaknya pengurus berbagai cabang olahraga dan terbatasnya perusahaan menjadikan semakin sulit untuk mendapat sponsor.
DIY merupakan provinsi yang banyak mencetak pemain bolavoli. Pembatasan usia pemain paling tua 25 tahun di PON sangat menguntungkan bagi DIY. Tidak ada pemain dari luar DIY yang dibeli oleh DIY untuk bermain di PON. DIY tidak akan punya dana untuk membeli pemain. DIY hanya dapat membuat pemain mulai dari usia dini untuk bertanding di PON. Kesinambungan pembinaan mulai dari bolavoli mini (anak-anak) sampai tingkat senior sangat diperlukan. Sementara ini kejuaraan tingkat remaja kosong. Dengan demikian kematangan pemain-pemain DIY sangat mungkin akan terjadi pada usia yang lebih tua sehingga hanya dapat bermain sekali saja di PON dan akan sangat merugikan daerah maupun pemain. Oleh karena itu kejuaraan tingkat remaja dipandang sangat perlu untuk diaktifkan kembali, agar pemain di DIY dapat mencapai puncak prestasinya pada usia yang lebih muda.
Mulai dari mata kuliah kepelatihan mikro sampai KKN-PPL, mahasiswa Prodi Kepelatihan olahraga diterjunkan ke klub-klub. Mulai bulan Februari 2009 ada 14 mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga peminatan bolavoli yang sudah berada di klub-klub yang tersebar di DIY. Hal demikian merupakan suatu potensi untuk menyelenggarakan kembali kejuaraan bolavoli remaja di DIY. Para mahasiswa perlu dibekali pelatihan keterampilan mewasiti dan menyelenggarakan turnamen, sehingga dapat menyelenggarakan sendiri kejuaraan mendekati standar.
Arah pembangunan olahraga secara nasional sudah lama ada, yang termuat jelas dalam GBHN. Setelah kabinet tidak menggunakan GBHN lagi secara jelas termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2005 yaitu tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Meskipun sudah lama ada tentang arah pembangunan nasional dalam keolahragaan tetapi sampai saat ini aplikasinya masih perlu ditingkatkan.
Secara nasional, pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, dan meningkatkan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional, sehingga akan dapat membentuk watak dan kepribadian yang baik, disiplin, dan sportifitas yang tinggi (P&K 1997). Oleh karena itu upaya untuk peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemanduan bakat (talent scouting), pembibitan, pendidikan, dan pelatihan olahraga.
Sudah sejak GBHN 1993, atau pelita ke enam, ada kebijakan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah pada sektor olahraga: penciptaan budaya olahraga, dan iklim yang sehat, pemasalan olahraga, pembinaan olahraga prestasi, pembinaan tenaga keolahragaan dan peningkatan peran serta masyarakat, serta pembinaan kelembagaan dan induk organisasi olahraga. Dalam TAP MPR No II/MPR/1993 penjabaran tentang pembinaan olahraga tertuang dalam enam pokok kebijakan, yaitu:
Pertama
Pembinaan dan pengembangan olahraga yang merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia, diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental, dan rohani masyarakat serta ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional.
Ke dua
Gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat terus ditingkatkan agar lebih meluas dan merata di seluruh pelosok tanah air untuk menciptakan budaya berolahraga dan iklim yang sehat yang mendorong peran serta aktif masyarakat dalam meningkatkan prestasi olahraga. Perlu ditumbuhkan sikap masyarakat yang sportif dan bertanggung jawab dalam semua kegiatan keolahragaan.
Ke tiga
Dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilaksanakan pembinaan olahragawan sedini mungkin melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan, pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi, secara lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi keolahragaan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Ke empat
Perbaikan gizi olahragawan, penyempurnaan metode pelatihan, dan penggunaan peralatan olahraga perlu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat. Perlu pula di ditingkatkan penanaman nilai budaya yang mampu menumbuhkan dan meningkatkan sportivitas, disiplin, motivasi, meraih prestasi, dan sikap pantang menyerah serta bertanggung jawab dalam mengejar keunggulan olahraga untuk menjunjung tinggi nama dan kehormatan bangsa dan Negara.
Ke lima
Penyediaaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai di lingkungan sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruaan tinggi, serta lingkungan pekerjaan dan pemukiman yang dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun peran serta masyarakat dilanjutkan dan ditingkatkan agar pembibitan dan pembinaan olahraga dapat lebih meningkat dan lebih merata di seluruh pelosok tanah air serta mencakup segenap kelompok umur baik pria maupun wanita meliputi anak, remaja, pemuda, penduduk usia lanjut dan penyandang cacat. Penyediaan sarana prasarana olahraga, termasuk kesehatan olahraga, penyediaan fasilitas pendidikan guru dan pelatih olahraga serta penyelenggaraan latihan dan system pembinaan olahraga lebih dikembangkan secara profesional.
Ke enam
Olahragawan, pelatih, dan Pembina yang berprestasi perlu diberi perhatian khusus dan penghargaan yang wajar untuk meningkatkan semangat dan motivasi dalam memacu prestasi yang lebih tinggi. Khusus bagi olahraga berprestasi perlu ada penanganan yang mendasar dan melembaga terutama untuk dapat memberikan jaminan masa depannya.
Dalam GBHN 1999 – 2004 BAB IV huruf F angka 4 dalam olahraga diantaranya menekankan budaya olahraga untuk meningkatkan kualitas manusia sehingga menjadi sehat dan bugar sejak usia dini melalui sekolah dan masyarakat. Disamping itu juga meningkatkan pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi termasuk penyandang cacat.
Pengertian, Sejarah dan Ukuran Bola Voli
Pengertian, Sejarah dan Ukuran Bola Voli
Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional diundangkan pada tanggal 9 September 2005 atau tepat dengan Hari Olahraga. Dalam Undang-Undang tersebut diantaranya menjelaskan bahwa keolahragaan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Fungsi keolahragaan nasional adalah mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan social serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat.
Tujuan keolahragaan nasional adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menananamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan olahraga di daerah. Dalam lingkup olahraga prestasi, pemerintah daerah dapat memajukan olahraga termasuk di dalamnya system pengembangan bakat olahraga. Dalam pengembangannya pemerintah daerah tentu akan berkoordinasi atau menyerahkan sepenuhnya kepada KONI, dan organisasi cabang olahraga atau jika bolavoli adalah Pengprop. PBVSI.
Bompa (1999:10-13) menjelaskan tentang pembinaan olahraga dengan system pyramidal. Pada dasarnya atlet yang mempunyai prestasi maksimal atau tinggi jumlahnya hanya sedikit, dan digambarkan di puncak piramid. Dasar piramid yang mempunyai isi banyak akan ditempati oleh atlet-atlet pemula atau bahkan mereka yang berolahraga hanya untuk rekreasi. Gambar di bawah merupakan rangkuman dari program pembinaan yang menggunakan sistem piramidal.
KONI akan membina atlet yang yang berprestasi maksimal dalam Training Center. Dari seluruh Indonesia pada setiap cabang olahraga hanya diambil beberapa orang untuk dipersiapkan pada kejuaraan tingkar internasional. Jadi untuk menempati puncak piramid jumlahnya hanya sedikit. Pengprop.PBVSI merupakan bagian dari sistem pembinaan prestasi bolavoli secara nasional. Pengprop. PBVSI merupakan penopang dari PP PBVSI. Oleh karena jumlah propinsi di Indonesia ada 33, maka jumlah pemain yang berprestasi setingkat propinsi jauh lebih banyak daripada yang berprestasi top di tingkat nasional. Dari Propinsi akan diambil satu dua pemain yang berprestasi tinggi untuk membentuk tim nasional
Pengkab/Pengkot PBVSI adalah pengurus yang membawahi klub-klub bolavoli di Indonesia. Dengan demikian jumlah pemain yang prestasinya masih tingkat dasar tentu jauh lebih banyak dibanding dengan di Pengprop PBVSI. Jika di setiap kabupaten/kota pembinaan oleh PBVSI berjalan baik, maka betapa banyaknya pemain di tingkat kabupaten/kota.
Kegiatan bolvoli di luar klub resmi juga diharapkan dapat berkembang. Prestasi di tingkat kampung, desa/kelurahan, kecamatan tidak perlu diharapkan karena banyak yang bersifat rekreatif. Meskipun demikian tingkat kampung sangat diharapkan sebagai pendukung atau fun. Dari mereka yang sering bermain bolavoli pasti akan berusaha menonton pertandingan bolavoli yang menampilkan pemain-pemain berprestasi tinggi. Dalam suatu pertandingan peran penonton sangat penting. Tanpa penonton iklan akan enggan masuk. Jadi mereka juga merupakan bagian dari sistem pembinaan prestasi di Indonesia.
Horst Baacke dapat disebut sebagai tokoh dalam pengembangan bolavoli usia dini di dunia, sehingga setiap pelatihan yang diselenggarakan oleh FIVB beliau yang selalu memberikan materi. Beliau telah mempopulerkan bolavoli mini sejak sebelum tahun 1977, padahal di Indonesia pembinaan bolavoli mini belum dapat merata diseluruh pelosok. Menurut Horst Baacke (FIVB, 1999:91), bahwa permainan bolavoli mini dapat dimulai dari anak usia 8 – 10 tahun. Dalam pembinaan anak usia dini ternyata ada hal yang tak terduga, misalnya anak usia 10-12 tahun dapat diberikan latihan sliding. Pada hal sliding secara sepintas merupakan teknik yang cukup tinggi. Akan tetapi kenyataannya justru anak-anak akan lebih cepat menguasai dan resiko cederanya juga lebih kecil. Untuk servis float bagi anak-anak tidak dilatihkan karena sulit dipassing, sehingga akan menghambat penguasaan teknik passing dan mematikan suasana bermain.
Kejuaraan akan menjadi suatu pedoman dalam membuat program latihan. Menurut Bompa (1999, 303) bahwa pada kompetisi atau kejuaraan suatu tim harus mencapai penampilan (prestasi) yang paling tinggi. Pelatih akan menyusun program latihan dengan menempatkan kejuaraan sebagai tujuan utama. Dalam jangka waktu tertentu pelatih akan menyiapkan fisik, teknik, taktik, maupun kematangan bertanding agar dalam kejuaraan prestasi tertinggi dapat tercapai. Setelah kejuaraan suatu program latihan akan dievaluasi, bagaimana persiapan mulai dari fisik, teknik, taktik, maupun mental bertanding.
Metode Pelaksanaan PPM
Kegiatan yang akan dilaksanakan berbentuk pelatihan dan kejuaraan bolavoli. Bagi para mahasiswa akan dibekali dengan pelatihan perwasitan. Teori tentang peraturan permainan dan pertandingan diberikan dengan tanya jawab. Pelatihan tentang mewasiti pertandingan dilaksanakan dalam bentuk praktek berulang-ulang. Cara membawa dan meniup peluit, pemberian isyarat dalam pertandingan, urutan pemberian isyarat, semua dilaksanakan dalam bentuk praktek di lapangan. Setelah mahasiswa mempunyai keterampilan mewasiti dan mengelola pertandingan, selanjutnya akan diberi tugas menyelenggarakan pertandingan. Mahasiswa yang dilibatkan adalah yang sedang mengikuti program KKN-PPL di klub-klub bolavoli Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan yang lain adalah dalam bentuk penyelenggaraan kejuaraan bolavoli. Peserta kejuaraan adalah tim bolavoli remaja (usia maksimal 17 tahun), antar klub se DIY. Dalam pertandingan tersebut pemain-pemain berpotensi di DIY dapat ikut ambil bagian, yang terwadahi dalam klub-klub bolavoli peserta. Kejuaraan tersebut bagi klub-klub, akan dipakai sebagai evaluasi dalam pembinaan prestasi. Selain itu kejuaraan akan dapat merangsang para pemain untuk berlatih lebih giat, dan pada tingkat usia remaja tersebut akan terisi dengan latihan-latihan yang intensif.
Pelaksanaan pertandingan pada hari Kamis 1 Oktober 2009 sampai dengan Minggu 4 Oktober 2009, di GOR Bulutangkis FIK UNY, mulai pukul 14.00 WIB sampai selesai. Pelaksanaan mulai pukul 14.00 WIB agar tidak mengganggu sekolah para pemain, karena hampir semua pemain adalah pelajar.
Hasil Pelaksanaan PPM dan Pembahasan
Kejuaraan diikuti delapan klub, dari empat kabupaten dan kota di DIY. Ke delapan klub tersebut adalah Ganevo dari kota Jogjakarta, Dagsinarga dari Gunung Kidul, Yuso Sleman dari Sleman, dan dari Bantul adalah Rajawali, Pendowo, Bantul Yuso Gunadarma, baja 78, dan Bimaputra.
Di masing-masing pool melaksanakan pertandingan setengah kompetisi. S
etiap pool diambil dua klub untuk maju ke babak senjutnya. Juara dan runer-up akan melakukan pertandingan silang. Setelah pertandingan silang yang kalah melawan yang kalah untuk memperebutkan juara tiga, dan yang menang melawan yang menang akan bertanding memperebutkan juara satu.
Kejuaraan dapat berjalan dengan lancar, dari awal sampai selesai pertandingan. Dalam kejuaraan, pelaksana semua adalah mahasiswa yang berjumlah 12 orang. Mahasiswa tersebut bertugas sebagai wasit, hakim garis, scorer board, scorer sheet, timers, maupun pemungut bola. Untuk mengantisipasi adanya berbagai kendala karena semua petugas mahasiswa, maka ada dewan hakim yang terdiri atas dosen pengabdi dan wasit dari PBVSI.
Hasil akhir urutan juara:
I. BYG (Bantul Yuso Gunadarma)
II. Ganevo (Kota Jogjakarta)
III. Dagsinarga (Gunung Kidul)
IV. Yuso Sleman.
Untuk keberhasilan dalam penyelenggaraan kejuaraan diperlukan petugas-petugas yang yang berkemampuan dalam administrasi pertandingan dan petugas pertandingan seperti wasit, lines men, soerer sheet, scorer board dan lain-lain. Oleh karena dalam kegiatan kejuaraan bolavoli remaja juga bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa program studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, maka petugas pertandingan tidak diambilkan dari luar mahasiswa. Seperti apapun kemampuan mahasiswa harus dilatih agar mempunyai kemampuan menyelenggarakan pertandingan.
Satu-satunya jalan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa adalah dengan memberikan pelatihan. Mahasiswa yang sudah mempunyai sedikit bekal dalam penyelenggaraan pertandingan bolavoli adalah mereka yang mengambil peminatan kepelatihan bolavoli. Untuk mahasiswa yang mengambil peminatan kepelatihan bolavoli angkatan tahun 2006 ada 13 orang. Mereka sedang melaksanakan KKN PPL di sejumlah klub seluruh DIY. Dengan memberikan pelatihan kepada mereka akan sangat bermanfaat untuk bekal di kemudian hari dan demi kemajuan bolavoli.
Mereka sudah memiliki bekal tetapi belum memungkinkan untuk dipraktekkan ke lapangan. Oleh karena itu perlu disempurnakan agar dalam penyelenggaraan kejuaraan tidak mengundang masalah. Dalam pelatihan mereka diberikan tentang admistrasi pertandingan, mulai dari pembuatan proposal untuk mencari dana, membuat undangan, membuatan peraturan pertandingan, pelaksanaan technical meeting. Selain itu juga diberikan penyempurnaan dalam melaksanakan pertandingan seperti menjadi nounser, mewasiti, mengisi scorer sheet, scorer board, petugas ball boys, lines men, dan merekap hasil pertandingan untuk menjadi juara.
Pada awalnya diikuti oleh 13 mahasiswa, tetapi akhirnya hanya 12 yang mengikuti sampai selesai, karena KKN PPLnya juga gagal. Akhirnya 12 mahasiswa yang melaksanakan kejuaraan mulai dari mengundang sampai mewasiti. Untuk persiapan diperlukan lima kali pertemuan, yang dilaksanakan setiap hari selasa di bulan juli. Pelatihan setiap hari selasa karena bersamaan dengan latihan tim bolavoli Sleman yang dipersiapkan untuk PORPROV tahun 2009. Dengan demikian pelatihan juga menguntungkan untuk tim bolavoli Sleman, karena dalam latihan dapat terwasiti secara lengkap seperti pelaksanaan pertandingan resmi.
Dari 12 mahasiswa ada empat yang sudah mempunyai kemampuan mewasiti cukup layak, setingkat wasit Nasional C. Empat mahasiswa setingkat provinsi, dan empat mahasiswa belum berani tampil mewasiti. Selama kejuaraan para mahasiswa dibimbing oleh dua wasit nasional dari klub Yuso Sleman. Sampai dengan berakhirnya kejuaraan tidak terjadi permasalahan dalam perwasitan.
Setelah kejuaraan remaja, UNY mempunyai tim yang mampu menyenggarakan kejuaraan bolavoli. Untuk menghadapi Popnas tahun 2009, ke duabelas mahasiswa yang bertugas di kejuaraan remaja siap diberikan tugas apapun, sehingga akan dapat membantu kelancaran pertandingan di cabang bolavoli.
Kesimpulan
Agar kejuaraan bolavoli tingkat remaja dapat terlaksana kembali di DIY:
- Dosen pengampu mata kuliah bolavoli perlu aktif memberikan pelatihan tentang perwasitan dan pengelolaan pertandingan.
- Dosen pengampu mata kuliah bolavoli menugaskan dan memfasilitasi penyelenggarakan kejuaraan.
Saran
- Melihat kemampuan mahasiswa dalam menyelenggarakan pertan-dingan, perlu dilaksanakan juga di bagian putri.
- Sebaiknya penyelenggaraan kejuaraan bolavoli remaja se DIY, dilaksanakan kembali dan disediakan piala bergilir yang cukup megah.
- Perlu diselenggarakan kembali dengan direncanakan dalam waktu yang lama sehingga ada sponsor yang mau masuk.
Daftar Pustaka;
- Bompa TO, 1999. Periodization Theory and methodology of Training Fourth Edition. USA, Uman Kinetics.
- FIVB, 1999. Coach Manual 1. Lausanne, Federation Internationale de Volley-Ball.
- GBHN, 1993.
- GBHN, 1999 -2004.
- P & K, 1997. Petunjuk Penyelenggaraan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Direktor Jendral Keolahragaan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga.
- Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.
- Wiecrozek E, 1978.Masalah-Masalah Dalam Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan Coaching. (Terjemahan Soebroto M ). Jakarta, Ditjen PLSPO.
- Wismoyo A, 1997. Pemantauan Potensi Keolahragaan Nasional dan Implikasinya Terhadap Managemen Keolahragaan di Daerah. Bandung, Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani
Artikelnya sangat menarik.
BalasHapusBaca juga artikel menarik lainnya :
https://mariobola-com.blogspot.com/2019/09/pique-yakin-neymar-masih-bisa-kembali.html