Pentingnya mencari Ilmu
Seseorang yang berkeinginan untuk mencari ilmu, pertama, harus menjalani latihan spritual penyucian diri, memperkenalkan takwa dalam dirinya, bebas dari segala niat buruk dan motif yang basa-basi, dan dengan teratur mencek dengan menilai dirinya apakah pengetahuannya itu di dapat untuk tujuan yang hanya di mulut saja. Satu hal yang kita harus ingat bahwa Takwa adalah ciri khas dari seorang yang berilmu ( alim ). Dan barang siapa yang tidak memiliki ketakutan kepada Allah ( Takwa) maka dia berada di luar lingkup ilmu pengetahuan, tak terkecuali seberapa banyak dia dapat mengingat dan semanarik apapun dia dalam berpidato.
Di dalam setiap langkah mencari ilmu, kita harus meditasi dan bertafakur apa yang menjadi tujuan utama kita mencari ilmu. Tanyalah pada diri sendiri : Untuk apa saya menginginkan ilmu pengetahun? Apakah untuk menyelamatkan posisi yang lebih tinggi, untuk bersaing dengan kolega atau sebuah kelompok, untuk mendapatkan pujian, kedudukan, atau status sosial? Apabila untuk mencari pendidikan yang lebih tinggi, apakah anda mencarinya hanya untuk menulis buku dan kertas-kertas dan membuat pidato-pidato publik, sehingga anda di puji sebagai seseorang yang berpengetahuan? Atau untuk mencari kesenangan Allah dan berkhidmat pada makhluk-makhluk-NYA?
Ilmu Pengetahuan yang anda cari haruslah menunjukan anda kepada banyak kebajikan, perilaku yang jujur dan membuat anda mencintai dan takut pada Allah lebih sebagai kemajuannya. Pengetahuan yang tidak menghantarkan seseorang pada perbuatan baik bukanlah pengetahuan yang sesungguhnya. Pengetahuan yang hanya dibatasi dengan kata-kata tanpa mempraktekan & mengaplikasikan untuk melayani makhluk ciptaan-NYA adalah tingkatan terendah dari ilmu pengetahuan dan hanya membuang waktu saja.
Amati perilaku anda ketika anda mencari ilmu pengetahuan. Apakah membuat anda lebih tawadhu dan dapat menahan diri ( lebih sabar) terhadap teman-teman dan kolega-kolega anda? Atau membawa anda menjadi sombong, bangga diri dan senang berdebat? Apakah menjadikan anda sulit untuk menerima kebenaran dan mengakui kebodohan anda di dalam sebuah pertemuan? Apakah membuat anda iri terhadap yang mempunyai ilmu pengetahuan lebih dari diri anda? Ingatlah bahwa egoisme dapat melarutkan dan melenyapkan ilmu pengetahuan yang benar dan tanda perilaku dari pengetahuan yang benar adalah tanpa adanya sama sekali egoisme, kesombongan, cinta diri dan arogansi.
Ketika sedang berada di jalan pencarian ilmu pengetahuan, selalu percayakan pada Allah, menghormati guru, dan tidak pernah malu untuk bertanya bahkan pada seorang yang lebih junior. Sebaliknya, berpikirlah apa yang sudah di pelajari. Selalu berdoa pada-NYA untuk menolong anda dengan kasih sayang-NYA dan menginspirasi anda pada tujuan yang baik dan melindungi anda dari mempergunakan ilmu yang dicari untuk duniawi dan motif pribadi.
Pencari Ilmu Pengetahuan
Menurut ajaran Islam, mencari ilmu pengetahuan itu adalah salah satu ibadah mulia yang dapat menghantarkan seseorang menuju surga-NYA. Akan tetapi, niat dibalik pencarian ilmu tersebut lebih penting dari ilmu itu sendiri. Mencari kebenaran dengan niat menyenangkan Tuhan dan berkhidmat untuk makhluk-makhluk-NYA, akan membawanya ke Surga yang ditemani oleh Nabi Muhammad saw dan para Aulia Allah. Tetapi pencarian ilmu untuk motif pribadi, biasa, atau duniawi semata, akan membawanya pada ketidaktahuan, berdosa pada makhluk-NYA, dan berakhir di neraka.
Hakikat Pengetahuan
Semua cabang pengetahuan, terlepas dari sifat-sifatnya, dapat dibagi menjadi dua kategori:
- Ilmu akhirat, yang akhir tujuannya adalah untuk mencapai stasiun yang lebih dekat kepada Tuhan, untuk melayani makhluk Allah, dan untuk mencapai imbalan atas akhirat.
- Ilmu-ilmu duniawi, yang tujuan adalah untuk mengejar tujuan materialistik, kekayaan, status sosial, dan kepuasan ego dan segala motif egoistik. Oleh karena itu, niat di balik perolehan ilmu itu yang menentukan tujuan duniawi atau akhirat.
Setiap jiwa yang terus menerus membersihkan dirinya dari segala kemungkinan kejahatan dan cinta diri akan menerima ilham malaikat. Pengetahuan tersebut kemudian akan memberikan kebenaran, Karenanya pengetahuan Ilahi adalah petunjuk untuk melakukan perilaku yang baik dan menghantarkannya menuju kedekatannya kepada Allah. Pengetahuan sejati adalah petunjuk cahaya spiritual yang memperlihatkan dia kepada jalan-NYA dan menjadikannya hamba yang taat .
Jiwa yang di dominasi dengan kecintaan diri dan kecenderungan pada kejahatan menerima inspirasi dari karakter setan, akan menghantarkannya pada lingkungan kebodohan ( contoh : menjadi bodoh dan dibodohi oleh orang-orang bodoh) dan mempertebal hijab yang dapat membuatnya buta akan kenyataan-kenyataan tujuan penciptaan-NYA, sifat-sifat Tuhan, dan kehidupan akhirat. Sehingga, apapun ilmu pengetahuan yang dicari itu akan mengarahkannya kepada tujuan-tujuan duniawi, motif-motif pribadi dan perilaku jahat yang akhirnya berakhir di neraka jahanam.
Ekspresi dari pengertian ‘bukti yang nyata’ tersirat pada ‘ rational sains’, undang-undang yang benar dan ajaran Tuhan. ` Tugas keadilan’ menyirat pada etika sains (akhlak) dan pembersihan diri (tazkia al nafs). `Mendirikan sunnah' mengacu pada pengetahuan-pengetahuan yang berkenaan dengan aspek materi dan melibatkan berbagai aktivitas fisik. Saat ini, pencarian pengetahunan menjadi ‘ tugas keadilan’ dan di saat yang lain ‘mendirikan sunnah'.
Sains tentang kedokteran, anatomi, astronomi, astrologi dll, apabila dilihat dari tanda-tanda dan simbol-simbol dan sains yang berhubungan dengan sejarah dan kebudayaan. Jika dilihat dengan sebuah tujuan untuk menarik pelajaran dan peringatan, adalah termasuk katagori ‘bukti yang nyata’, karena tujuan pengetahuan tersebut dari Allah atau pengetahuan hari kebangkitan yang akan terjadi dan pasti terjadi.
Sifat-sifat moral dari pencari pengetahuan sejati
Ilmu Pengetahuan, ketika di cari dengan ketulusan, dan tanpa pamrih dan niat untuk Allah, akan mencerminkan karakter seorang kedalam diri malakut. Pribadi manusia yang berilmu seperti itu menjadi perwujudan Ilahi yang mengilhami sifat-sifat dan karakternya, kata-katanya, dan perilakunya adalah manifestasi-NYA.
Imam Ali (as) pernah mengatakan: ‘Wahai pencari ilmu, ilmu mempunyai banyak manfaat.(jika kamu membayangkan untuk menjadi manusia yang sesungguhnya). Kepalanya adalah kerendahan hati(tawadhu), matanya adalah bebas dari iri hati, kupingnya adalah pemahaman , lidahnya adalah kebenaran, pikirannya adalah penelitian, hatinya adalah niat yang baik, akalnya adalah pengetahuan yang dalam (ma’rifah) akan sesuatu dan ke’apa’an, tangannya adalah rahmat, kakinya adalah mengunjungi yang berilmu, resolusinya adalah integritas, kebijaksanaannya adalah kesalehan, ketaatannya adalah keselamatan, juru mudinya adalah kesejahteraan, puncaknya adalah kesetiaan, senjatanya adalah kelembutan dalam berbicara, pedangnya adalah kerihaan, ketundukannya adalah toleransi, tentaranya adalah berdiskusi dengan pengetahuan, kekayaannya adalah akhlak terpuji , sahamnya adalah berpantang dari dosa-dosa, Bekalnya dalam perjalanan adalah kebajikan, air minumnya adalah kelembutan, petunjuknya adalah petunjuk Ilahi dan temannya adalah terkasih pilihan .”
0 komentar:
Posting Komentar