1. Efektifitas
Menurut Nurhardjo (2001:38) “Efektifitas kerja mencerminkan sikap, kemampuan serta keahlian seorang karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan secara tepat”. Lebih lanjut Nurhardjo mengatakan bahwa “Setiap karyawan mempunyai tingkat efektifitas kerja yang berbeda-beda dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya”. Roostanti dalam hasil penelitiannya di PT. Gudang Garam dengan mengambil judul Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kepada Karyawan Musiman Di PT. Gudang Garam dalam Meningkatkan Produktifitas Kerja Karyawan (2004:56) mengatakan bahwa:
Efektifitas kerja seorang karyawan dapat diketahui dari perilaku dan hasil yang dicapai oleh karyawan tersebut. Efektifitas kerja karyawan dapat dicerminkan oleh antara lain mengenai ketrampilan, pengetahuan tentang pekerjaan, kemam-puan membuat penga-wasan, membuat perencanaan serta melaksanakan pembinaan (kalau karyawan tersebut mempunyai bawahan), dan sikap dari karyawan itu sendiri. Sedangkan hasil yang dicapai kayawan dapat dinilai dari kuantitas dan kualitas pekerjaannya.
2. Produktifitas
Produktifitas tenaga kerja seringkali diukur dalam artian keluaran fisik jam kerja. Ada tiga kelompok faktor utama dalam produktifitas yaitu : pekerjaan, sumber daya dan lingkungan, Dari tiga kelompok tersebut ada yang bisa dikendalikan (faktor internal) dan faktor yang tidak bisa dikendalikan (faktor eksternal). Kelambanan pertumbuhan produktifitas disebabkan oleh suatu kegagalan moral organisasi dan merupakan cerminan dari bagaimana para menejer dan para pekerja memandang organisasi mereka. Jadi secara mendasar faktor penyebabnya adalah tidak adanya tujuan moral pada setiap pribadi para pelaksana yang pada akhirnya sampai pada organisasi-organisasi secara menyeluruh.
Menurut Handoko (2000), bahwa tujuh kunci ditetapkan untuk mencapai produktifitas dan kreatifitas yang tinggi, yaitu:
- Keahlian manajemen yang bertanggung jawab
- Kepimpinan yang luar biasa
- Kesederhanaan organisasional dan opera-sional
- Kepegawaian yang efektif
- Tugas yang menantang
- Perencanaan dan pengen-dalian tujuan
- Pelatihan manajerial khusus
3 Performansi
Menurut Darsono, (2001), terdapat beberapa pokok pikiran yang harus diingat dalam merencanakan suatu sistem penilaian adalah :
- Karyawan akan bekerja keras apabila mereka merasa bahwa mereka diperlukan dalam organisasi.
- Karyawan akan kerja lebih baik apabila mereka merasa jelas mengenai apa yang diharapkan dari mereka dan apabila sesekali mereka ber-wenang mengubah harapan - harapan itu.
- Karyawan akan bekerja lebih baik apabila mereka mulai “mengalami” keberhasilan dalam tugas-tugas yang mereka lakukan.
- Karyawan akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa organisasi menyediakan peluang bagi prestasi mereka untuk dihargai dan diberi ganjaran.
Karyawan akan bekerja lebih baik apabila mereka mengatahui bahwa organisasi memberi mereka peluang untuk berkembang dan sejauh mungkin mempergunakan kemampuan mereka. Karyawan akan mempunyai taraf keterikatan yang tinggi apabila mereka melihat bahwa organisasi mereka bersedia menginvestasikan waktu dan sumber daya lain untuk pengembangan orang - orangnya. Karyawan akan bekerja lebih baik apabila mereka dipercaya dan diperlakukan dengan hormat.
Metode Evaluasi Performansi terbagi dua, yaitu Penilaian prestasi masa lampau dan masa depan. Komponen-komponen yang diperlukan untuk mengatahui performansi se-seorang dan siklus penilaian performansi.
4 Pengertian Umum Hotel
Kata Hotel mulai dipergunakan semenjak abad ke-18 di London Inggris, sebagai Hotel garni yaitu sebuah rumah besar yang dilengkapi dengan sarana tempat menginap / tinggal untuk penyewaan secara harian, mingguan, atau bulanan. Kata Hotel sendiri merupakan perkembangan dari bahasa perancis yaitu Hotel diambil dari bahasa latin hospes, dan mulai diperkenalkan kepada masyarakat umum pada tahun 1797.
Definisi Hotel :
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan dan minum.
(S. K. Mentri Perhubungan No. : PM/ PW. 301/ PHB. 77).
Dari pengertian kata Hotel di atas dapat ( tercakup aspek- aspek ) :
- Hotel adalah suatu jenis usaha akomodasi.
- Hotel adalah suatu jenis usaha komersial.
- Hotel harus terbuka untuk umum.
- Hotel menyediakan pelayanan jasa untuk umum.
- Hotel harus menyediakan minimum tiga fasilitas, yaitu : akomodasi, makanan, dan minuman.
Hotel adalah jenis usaha penjualan jasa pelayanan (service) dengan dunia pariwisata, yang tak lain karena ada keterkaitan yang sangat erat diantara keduanya. Keduanya saling menunjang, eksistensi salah satunya akan menentukan kelangsungan kegiatan dengan yang lainnya.
5 Pengertian Departemen Tata Graha
Tata Graha berasal dari kata “ Graha “ yang berarti rumah dan “ Tata “ yang berarti menata, merawat, atau menjaga. Melihat dari kata tata graha itu, maka peranan tata graha tersebut sangat penting di dalam maupun diluar area hotel, karena tata graha bertanggung jawab besar dalam menjaga, memelihara dan merawat area yang terdapat di hotel. Adapun seksi – seksi yang terdapat di departemen tata graha adalah sebagai berikut :
1. Floor Section / Room Section ( Seksi Kamar)
Bertanggung jawab atas kebersihan, kerapian kamar – kamar hotel beserta daerah sekitarnya.
2. House Man Section / Publik Area Section
Adalah seksi yang bertanggung jawab atas seluruh area hotel, baik area didalam hotel maupun area diluar hotel selain kamar tamu. Tugas ini meliputi daerah lobby tamu, toilet tamu, maupun toilet karyawan, lift tamu, restourant, area parkir, kebun, atau taman dan sebagainya.
3. Linen Section
Adalah seksi yang bertanngung jawab atas pemenuhan dan pembagian kebutuhan uniform (pakaian karyawan) untuk karyawan hotel, serta linen Suppliest yang dibutuhkan oleh tamu yang menginap di hotel.
4. Laundry Section
Adalah seksi yang bertanggung jawab membersihkan dan merapikan pakaian atau seragam karyawan yang kotor agar dapat dipakai kembali, serta pakaian dari tamu yang menginap di hotel yang meminta pakaiannya untuk dibersihkan.
6 Pengertian Pramu Graha (Room Boy)
Room Boy atau Room maid adalah petugas yang bertanggung jawab atas pelayanan tamu, ruang tamu, kamar mandi dan selalu siap memberikan pelayanan terhadap tamu sesuai dengan perintah / permintaannya, seperti menyediakan handuk, air es, tambahan bantal dan segala sesuatu yang berkaitan dengna guest supplies. Hal ini diuraikan oleh Joan C. branson (1988: 7).
7 Standard Operating Procedure (SOP)
Merupakan panduan prosedur pelaksanaan menjalan-kan tugas secara standard bagi yang bersifat umum maupun khusus untuk masing – masing jabatan.Hal ini diuraikan oleh Wisnu HS al Bataafi (2006:87)
Beberapa standard yang berlaku di industri perhotelan berturut – turut sebagai berikut :
a. Grooming ( Kerapian Penampilan )
Standartnya bahwa setiap staff menjaga groomin, atau tata cara kebersihan badan dan kerapian pakaian kerja serta penampilan setiap saat selama bertugas.
b. Memeriksa kamar Check Out
Standart kamar yang check out atau dikosongkan oleh tamu harus segara diperiksa terhadap kelengkapan barang-barang yang ada di dalam kamar,dan untuk menghindari late charge untuk minibar atau kehilangan/ kerusakan barang yang bisa terjadi atau terdapat barang tamu yang tertinggal.
METODE PENELITIAN
1. Variabel Peneltian
adapun variable penelitian adalah sebagai berikut :
- Efektifitas Pramukamar
- Produktifitas Pramu-kamar
- Performansi Pramu-kamar Jumlah Kamar yang dibersihkan dan dirapikan
- Kesan tamu atas Pelayanan Pramukamar
2 Jenis dan Sumber data
2.1 Jenis Data
a). Data Kualitatif
adalah data yang hanya dapat digambarkan dengan kata-kata atau uraian tentang objek yang diteliti dan tidak dapat dihitung atau diangkakan misalnya: keadaan tempat kerja pramukamar, lokasi kerja penampilan pramukamar dan dan faktor yang memotivasi pramukamar, kesan tamu dan terhadap pramukamar.
b). Data Kuantatif
adalah data yang berupa angka-angka dan dapat dihitung seperti: jumlah karyawan bekerja di departemen tata graha, jumlah peralatan pendukung utama dan pendukung dalam meningkatkan efektifitas dan produktiftas kerja, Jumlah kamar yang dikerjakan oleh setiap Pramu Kamar tingkat pendidikan, umur dan status pramukamar serta jenis kelamin pramukamar yang ada dihotel-hotel di Jember.
2.2. Sumber Data
a). Data Primer
Data primer adalah data hasil wawancara dengan pihak pertama yaitu pihak pengelola hotel-hotel di Jember beserta Pramukamarnya serta data hasil observasi langsung mengenai tingkat efektifitas kerja dan produktifitas pramukamar dan kaitannya dengan kepuasan pelayanan.
b). Data Sekunder
Adalah data pendukung yang bersumber dari pihak tertentu yang terkait dengan penelitian ini seperti data yang diperoleh dari Disparsenibud yaitu data jumlah kunjungan wisatawan.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan metode-metode sebagai berikut :
a) Observasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dalam hal ini adalah hotel-hotel di Jember terutama yang terkait dengan penelitian ini adalah depatemen tata graha atau housekeeping department.
b) Wawancara berstruktur
Pengumpulan data dengan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dalam hal ini pihak pengelola hotel-hotel di Jember, Karyawan hotel di bagian tata graha.
c) Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan beberapa buku sebagai acuan atau sumber pembahasan, terutama teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.
Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang menggunakan rincian penjelasan-penjelasan yang diperoleh dari pihak pengelola hotel, karyawan tamu yang sedang menginap yang bersifat deskriptif.
Analisis deskripsi ini dipadukan dengan pendekatan SWOT yang akan menganalisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh hotel, departemen tata graha, karyawan dan pendapat tamu yang sedang menginap, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang, dibawah ini sedikit penjelasan mengenai Analisis SWOT.
Michael E. Porter (ahli bahasa oleh Agus Maulana, 1996 : 133), menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) sebagai berikut :
a. Kekuatan atau Strenght
- Faktor-faktor yang membentuk rintangan-rintangan mobilitas yang melindungi kelompok strategisnya.
- Faktor-faktor yang memperbesar daya tawar menawar kelompoknya dalam menghadapi para pembeli dan pemasok.
- Faktor-faktor yang membatasi kelompoknya dalam persaiangan perusahaan-perusahaan lain.
- Skala yang lebih besar relatif terhadap kelompok strategisnya.
- Faktor-faktor yang memungkinkan biaya terendah untuk ikut serta ke dalam kelompok-kelompok strategisnya dari pada yang lain.
- Kemampuan yang kuat untuk melaksanakan strategi relatif terhadap para pesaingnya.
- Sumber daya dan kecakapan yang memungkinkan perusahaan dapat mengatasi rintangan-rintangan mobilitas dan bahkan untuk pindah kelompok strategis yang layak.
b. Kelemahan atau Weaknesses. Faktor-faktor yang melemahkan rintangan-rintangan mobilitas yang melindungi kelompok strategisnya.
- Faktor-faktor yang merusak daya tawar menawar kelompoknya dalam menghadapi konsumen dan pemasok.
- Faktor-faktor yang membuka kelompok terhadap persaingan dengan perusahaan lain.
- Skala yang lebih kecil relatif terhadap sekelompok strategisnya.
- Faktor-faktor yang menyebabkan biaya tinggi untuk ikut serta dalam kelompok strategisnya dari pada yang lain.
- Kemampuan melaksanakan yang lemah terhadap strategisnya dalam hubungannya dengan para pesaingnya.
- Kelangkaan sumber daya dan kecakapan yang memungkinkan perusahaan untuk dapat mengatasi rintangan-rintangan mobilitas dan pindah ke kelompok strategis yang lebih layak.
c. Peluang atau opportunities
- Menciptakan suatu kelompok strategi yang baru.
- Pindah ke kelompok statis yang situasinya lebih menguntungkan.
- Memperkuat posisi struktural ke kelompok yang ada atau ke posisi perusahaan dalam kelompok.
- Pindah ke kelompok dan memperkuat posisi struktural kelompok tersebut.
d. Resiko-resiko dan Ancaman atau Threats
- Resiko-resiko masuknya perusahaan-perusahaan lain ke dalam kelompoknya.
- Resiko-resiko faktor yang mengurangi rintangan-rintangan mobilitas kelompok strategis, menurunkan kekuatan terhadap konsumen, merusak posisi dalam hubngan dengan produk pengganti atau membuka posisi terhadap tandingan yang lebih besar.
- Resiko-resiko yang menyertai investasi yang ditujukan untuk memperbaiki posisi perusahaan dengan menambah rintangan-rintangan mobilitas.
- Resiki-resiko atas upaya untuk mengatasi rintangan - rintangan mobilitas dalam memasuki kelompok strategis yang lebih layak atau kelompok yang sama sekali baru.
Menurut Freddy Rangkuti (2001:311) matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor- faktor strategis perusahaan. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat meng-hasilkan empat set kemungkinan alterkatif strategis, yaitu :
1) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut memanfaatkan seluruh peluang sebesar-besarnya.
2) Strategi ST
Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3) Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara memenimalkan kelemahan yang ada.
4) Strategi WT
Strategi ini didasarkan kepada kegiatan yang bersifatr difensif berusaha menghindari ancaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Kondisi Umum Industri Perhotelan di Jember
Industri perhotelan merupakan industri yang berkesinambungan dengan alam karena tidak mengeksploitasi alam secara terus menerus oleh sebab itu tidak akan habis ditelan jaman, di kutip dari pernyataan Ketua PHRI cabang Jember. Bahwa hal tersebut diatas terbukti dengan tumbuhnya usaha hotel di Jember semakin meningkat. Kompetisi untuk mendapatkan tamu atau pelanggan dengan fasilitas dan pelayanan yang prima telah tumbuh untuk menciptakan dunia hospitaliy di Jember telah meningkat pula.
Kepariwisataan yang ada di Kabupaten Jember, saat ini masih terfokus pada pasar domestik dan belum sepenuhnya mampu meraih pangsa pasar tamu asing/ mancanegara seperti halnya pulau dewata Bali. Pariwisata di Jember masih didominasi oleh wisatawan domestik yang jumlahnya dari tahun-ketahun selalu naik, seperti pada tahun 2006 berjumlah 14.896, naik sebesar 0,63% sehingga menjadi 14.990 wisatawan domestik pada tahun 2007.
Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah hunian kamar pada hotel melati antara tamu asing/ mancanegara dengan tamu domestik adalah sebagai berikut: pada tahun 2005 tingkat hunian kamar pada hotel melati khususnya tamu asing berjumlah 24 wisatawan begitu pula tahun 2006 juga tetap 24, maka jumlah tersebut relatif rendah. Untuk tamu domestik pada tahun 2005 berjumlah 77.107 dan pada tahun 2006 berjumlah 77.209 hanya naik sejumlah 102 wisatawan domestik. Minimnya jumlah wisatawan asing yang menginap di hotel melati, karena mereka lebih tertarik untuk tinggal di hotel bernbintang meskipun tarif relatif lebih mahal namun pelayanan dan fasilitas lebih baik pula dibanding hotel melati.
2 Efektivitas dan Produktifitas Kerja Pramu Graha Hotel di Jember.
Dalam melaksanakan tugasnya, pramu kamar haruslah memiliki kemampuan yang maksimal untuk mencapai efektivitas kerja yang telah ditentukan. Dengan memaksimalkan produktifitas kerja yang dalam artian ini adalah pemanfaatan waktu se-efesien mungkin mungkin dalam melakukan pembersihan kamar hotel, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu program kerja akan berhasil dengan baik dan maksimal. Kerena pemanfaatan produktifitas kerja yang baik dan benar merupakan salah satu pengurangan pemborosan waktu dalam memproduksi jasa pelayanan. Setiap pramugraha harus dapat mengerjakan rata – rata 14 kamar. Pembebanan ini didasarkan atas pertimbangan
Pola Penempatan Area Kerja Pramugraha di Hotel Bandung Permai Jember
1. Section Sistem.
yaitu pola penempatan kerja atau permanen. Dalam pramu graha pada suatu seksi yang bersifat tetap hal ini pimpinan departemen tata graha telah menempatkan area kerja pramu graha pada lantai atau area seksi tertentu.
2. Standart Produk Kerja.
Pola penempatan area kerja pramugraha yang didasarkan pada standart produktifitas kerja. Dalam pola ini setiap pramugraha akan mendapatkan beban kerja atau jumlah kamar yang sama. Komposisi yang digunakan untuk mengetahui standart produk kerja adalah sebagai berikut :
Jumlah kamar terhuni Jumlah Pramu graha
Standart Produksi Pramu-graha Contoh : Perhitungan untuk mengetahui jumlah karyawan yang dibutuhkan dengan menggunakan Standart Produk Kerja adalah :
- Kamar tersedia : 70 kamar
- Tingkat Hunian Kamar : 50 % = 35 kamar
- Standart Produk Kerja : 12 kamar
- Jadi Jumlah Pramugraha yang dibutuhkan 35 : 12 = 3 pramu graha.
Namun perhitungan standart produk kerja juga dipengaruhi oleh status kamar, dimana kamar tersebut occupied, check out sehingga beban kerja pramugraha sama.
2 Menyusun Jadwal Kerja.
Operasional sebuah hotel berhubungan dengan pelayanan langsung kepada para tamu. Pembuatan dan pelaksanaan jadwal kerja yang baik akan membantu karyawan atau staf hotel untuk melayani para tamu dengan baik selama 24 jam dengna baik. Oleh karena itu setiap karyawan harus dibuatkan jadwal kerja yang baik, sehingga karyawan akan mengani pekerjaannya. Jadwal kerja yang baik akan mengakibatkan meningkatnya motivasi kerja serta efektivitas yang diinginkan akan peningkatan pelayanan kepada tamu akan tercapai dengan baik.
3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kerja Pramu Graha.
a. Ketrampilan, pendidikan dan pelatihan.
Merupakan kemampuan seorang pramu graha untuk dapat melaksanakan tugas yang telah ditetapkan oleh pihak managemen, sehingga mencapai hasil yang diinginkan, kemampuan pramu kamar adalah kecakapan yang dimiliki oleh seorang pramu kamar yang diperoleh dari bakat, pengetahuan dan pengalaman.
b. Peralatan Kerja.
Dalam pelaksanaan kerjanya, pramu graha memerlukan peralatan – peralatan sesuai dengan tugasnya. Semakain baik peralatan yang digunakan, Produktivitas dan efektivitas yang akan dicapai akan semakin berhasil. Dimana faktor lain dari peralatan yang mempengaruhi efektivitas kerja pramu graha adalah jenisnya.
c. Beban kerja pramu graha.
Adalah jumlah beban suatu jabatan ditambah dengan waktu istirahat dan waktu untuk melaksanakan tugas tambahan yang tidak terduga, tetapi beban kerja yang ideal bagi seorang pramu kamar adalah sebanyak 12 – 14 kamar setiap harinya.
d. Bentuk Bangunan Hotel.
Hotel yang yang mempunyai bentuk bangunan yang bertingkat akan mempengaruhi produktivitas pramu graha dibandingkan dengan produktivitas kerja pramu graha di hotel yang berbentuk cottage atau bungalow.
e. Fasilitas Kamar Hotel.
Semakin lengkap sebuah kamar, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kamar tamu tersebut akan semakin lama (standart fasilitas kamar tamu di hotel Bandung Permai Jember telah dibahas pada halaman sebelumnya).
f. Teknik pembersihan
Semakain banyak teknik pembersihan yang diterapkan terhadap perlengkapan kamar tamu, waktu yang diperlukan untuk mengerjakan kamar tamu akan semakin banyak. Teknik pembersihan yang diterapkan untuk memebersihkan kamar tamu, antara lain : Dusting, Brusing, Polishing, dan glass Whipping.
g. Pengawasan.
Pengawasan adalah memilih orang yang tepat untuk setiap pekerjaan untuk menimbulkan minat terhadap pekerjaannya, mendidik dan melatih bagaimana melakukan pekerjaannya, mengukur dan menilai hasil kerja.
4. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) Terhadap Efektifitas Dan Produktifitas Pramu-kamar Dalam Meningkat-kan Kepuasan Tamu Yang Menginap Pada Hotel Melati Di Kabupaten Jember
Untuk mengetahui Efektifitas Dan Produktifitas Pramukamar Dalam Meningkat-kan Kepuasan Tamu Yang Menginap Pada Hotel Melati Di Kabupaten Jember, maka perlu adanya analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (treatsh) sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
- Obyek wisata di Jember memiliki panorama dan keindahan alam yang sangat mengagumkna yaitu keindahan pantai dan batu karang.
- Memiliki keanekaragaman flora dan fauna, baik yang hidup di darat, di hutan jati dan di pantai.
- Meningkatkan daya dukung dan partisipasi masyarakat sekitar khusus-nya masyarakat Jember terhadap pengembangan obyek wisata.
- Adanya atraksi wisata berupa pemandanagan pantai, renang dan snorkeling.
2. Kelemahan (weakness)
- Kurangnya dana pengembangan kawasan wisata, khususnya infra-struktur dan suprastruktur kepariwisataan.
- Kurang optimalnya pengaturan tempat atau lokasi berdirinya toko, warung dan toko seni (art shop), sehingga meng-ganggu aktivitas pariwisata.
- Kontribusi obyek wisata di jember belum sepenuhnya memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, hal ini karena obyek wisata yang ada kualitas dan kuantitas atraksi wisata belum optimal sehingga wisatawan yang berkunjung lebih dominan wisatawan lokal.
- Promosi yang dilakukan msih belum optimal dan memerlukan kontinuitas dengan program-program yang lebih tepat.
3. Peluang (opportunity)
- Potensi sumber daya alam di Jember masih berpeluang untuk di kembangkan lebih baik dan profesional.
- Berpeluang dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara dengan cara lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana serta kualitas pelayanan bagi wisatawan.
- Mempunyai peluang menjadi obyek wisata bahari dan agrowisata serta menjadi wisata pendidikan dan penelitian (educational and reseacrh tourism).
4. Ancaman (threats)
- Kontribusi pemerintah daerah terhadap pengem-bangan obyek wisata di Jember belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan lagi untuk kesuksesan dan kelancaran perkembangan pariwisata lebih berkualitas.
- Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang ada di obyek wisata Jember masih belum optimal.
Mengacu pada analisis SWOT tersebut, maka Efektifitas Dan Produktifitas Pramukamar Dalam Meningkatkan Kepuasan Tamu Yang Menginap Pada Hotel Melati Di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
1) Strategi SO
- pengelolaan potensi alam secara lebih baik dan profesional
- memanfaatkan sumber daya alam sesuai dengan daya dukung (carrying capacity) untuk kelestarian alam sebagai obyek wisata pendidikan, penelitian dan agrowisata.
- memanfaatkan dan meningkatkan jumlah sarana dan prasarana untuk memuaskan wisatawan
2) Strategi WO
meningkatkan dana pengembangan obyek wisata dengan cara kerjasama dengan Pemda dan Dinas Pariwisata Jember dalam mengelola hasil pendapatan
pengaturan lokasi sarana dan prasarana kepari-wisataan Jember berdasar-kan analisis lingkungan.
meningkatkan promosi kepariwisataan Jember, baik di dalam negeri dan luar negeri
3) Strategi ST
pengelolaan potensi alam Jember, harus ada kerjasama dengan Pemda dan Dinas`Pariwisata Jember, agar obyek wisata yang ada Lebih berkualitas
meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana prasarana penunjang pariwisata Jember.
meningkatka sistem pemasaran dan promosi lebih baik
meningkatkan sistem keamanan dan kenyamanan bagi para wisatawan.
4) Strategi WT
a. Meningkatkan dana pengembangan obyek wisata dengan cara kerjasama dengan Pemda, pusat da investor.
Membangun infrastruktur dan suprastruktur terkait kepari-wisataan Jember ber-dasarkan analisis lingkungan, kese-imbangan ekosistem dan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA;
- Agusnawar, A.Md.Par. 2002. Pengantar Operasional Kantor Depan Hotel. PT. Perca, Jakarta
- Darsono Agustinus. 2001. Kantor Depan Hotel. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta
- Handoko T. Hadi. 2000. Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia. BPFE: Yogyakarta
- Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
- Soekadijo. R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.
- Sugiarto Endar, Ir, MM. 1996. Pengantar Akomodasi Dan Restoran. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
- -----------, Ir, MM. 1997. Operasional Kantor Depan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
- Swastha, Basu dan Irawan. 1997. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi kelima, Yogyakarta : Liberty.
- Tjiptono, Fandi. 2001. “Strategi Pemasaran”. Edisi kedua, Yogyakarta : Andi
- Wahab, Salah. 1997. Pemasaran Pariwisata. Jakarta : PT. Pradya Paramitha.
0 komentar:
Posting Komentar