FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ISLAMI

Posted By frf on Minggu, 04 Desember 2016 | 04.23.00

FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ISLAMI 
1. Eksistensi Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Kepribadian 
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) adalah mata kuliah wajib nasional yang diberikan pada setiap perguruan tinggi umum (PTU) di Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 20 tahun 2003, dan dalam SK Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 43 tahun 2006. tentang rambu-rambu kelompok MPK yang terdiri dari mata kuliah: 
1.1. Pendidikan Agama (sesuai dengan agama masing-masing). 
1.2. Pendidikan Kewarganegaraan dan 
1.3. Bahasa.
Pengembangan kepribadian manusia Indonesia yang berwawasan religius, berwawasan kebangsaan, peradaban dan kebudayaan Indonesia adalah hal sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Cakap, kreatif, mandiri dan menjadi waganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. (UU SISDIKNAS NO. 20 Tahun 2003 BAB IV Pasal 9). 

2. Pembentukan Kepribadian dalam Pendidikan Agama Islam 
Kepribadian adalah totalitas dari penampilan diri seseorang (performance) sebagai satu personality (pribadi) yang dibentuk oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah potensi dasar yang telah dimiliki semenjak lahir sebagai modal dasar Sumber Daya manusia (SDM). Sedangkan faktor eksternal ialah lingkungan yang membentuk dan mempengaruhi perkembangan potensi dasar kepribadian manusia tersebut. 

3. Faktor Internal Pembentukan Kepribadian 
Setap manusia lahir ke dunia ini telah dilengkapi oleh Allah SWT. dengan beberapa potensi dasar sebagai modal dasar Sumber Daya manusia (SDM) sebagai faktor internal untuk menjalani kehidupannya di dunia, yaitu: 
  • 3.1.Potensi spritual (fitrah beragama) mengenal Allah SWT. sebagaiman dalam firman Allah SWT. QS: al-Rûm (30):30. QS: al-Sajdah (32):9. dan QS. al-A’raf (7):72:73. 
  • 3.2. Potensi emosional untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk dalam membentuk cita-cita dan tujuan hidup, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT. dalam QS. Al-Ra’du (13):28. 
  • 3.3. Potensi intelektual untuk berfikir membedakan yang benar dan yang salah, memikirkan, merenungkan sedalam-dalamnya dalam mengambil setiap keputusan yang akan diambil dalam kehudupan, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT. dalam QS:3:189-192. 
  • 3.4. Potensi biologis makan dan minum untuk mempertahankan hidup serta potensi biologis seksual untuk mempertahankan keturunan, sebagaimana dalam frman Allah SWT. QS. al-Baqarah (2): 168-169 dan QS. Ali ‘Imrân (3):14, QS. al-Baqarah (2): 168-169, dan QS. Ali ‘Imrân (3):14.
4. Pemenuhan Kebiutuhan SDM 
Apabila keempat potensi SDM tersebut telah ditumbuh-kembangkan dengan baik dengan ajaran Islam, maka manusia akan memiliki empat kecerdasasan SDM yaitu kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan biologis.

5. Faktor Eksternal Penbentukan Kepribadian 
  • 5.1. Faktor Lingkungan fisik. 
  • 5.2. Faktor Lingkungan sosial. 
  • 5.3. Faktor Lingkungan media. 
Ketiga faktor lingkungan tersebut mempunyai fungsi penting dalam mempengaruhi pembentukan pertumbuhan dan perkembangan Potensi internal SDM. karena manusia dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan rumah tangga orang tuanya, maka orang tuanyalah sebagai faktor eksternal yang pertama dan utama yang berfungsi dalam pengembangan kepribadiannya. Hal ini telah diingatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya: Setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci atau Islami), sampai lancar ia berbicara, maka orang tuanyalah yang mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi (H.R. al-Aswad bin Sarih’).

6. Pendidikan Agama Islam 
6.1. Hakekat Pendidikan Agama Islam 
Pada hakekatnya yang mendidik manusia adalah Allah swt. sebagaimana yang diisyaratkan dalam Q.S. al-Fatihah (1):2. 
Rasulullah Muhammad saw. pernah mengungkapkan dalam hadis beliau: 
Yang mendidikku adalah Tuhanku. Dia-lah yang menjadi pendidikku yang terbaik. 
Allah SWT. Yang Maha Mendidik manusia sangat Maha bijaksana dalam mendidik manusia (QS:1:2), karena sebelum manusia diciptakan dan dididik-Nya terlebih dahulu diciptakan-Nya alam semesta sebagai sumber daya alam (SDA) untuk tempat hidup bagimanusia, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan srana pendidikan bagi manusia(QSL2:22). Kemudian baru manusia diciptakan-Nya, yang dilengkapi dengan potensi sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola SDA (QS.32:7-9, QS.3:14). Kemudian diturunkan-Nya Wahyu-Nya sebagai kitab petunjuk untuk menggunakan SDA dan SDM dengan sebaiak-baiknya (QS:2:185, QSA.2:2). Agar kitab petunjuk itu dapat dioperasionalkan oleh manusia, diutus-Nya Rasul-Nya dari salah seorang manusia untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagai Maha Guru untuk menjelaskan dan menafsirkan sertamencontohkan dan mempraktekan bagaimana menggunakan kitab petunjuk (al-Qur’an) dalam kehidupan (QS.9:33)., untuk mendidik manusia agar dapat melaksanakan tugas kekhalifahannya di muka bumi sebagai kahlifah Allah (QS.2:30) dalam rangka menyembah Allah SWT. sebagai ‘abdullah (QS:51:56)

6.2. Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan secara sadar yang diberikan oleh pendidik (murabi atau muda’i) (Q.S. 3:104, 16:125) terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik, atau oleh diri sendiri terhadap diri sendiri (Q.S. 66:6) berdasarkan petunjuk Allah swt. dan Rasul-Nya (Q.S. 4:59) dengan pemberian teori ke praktek, atau dari praktek ke teori dalam kehidupan sehar-hari melalui proses pembelajaran dan keteladanan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan secara kuntiniu, sebagaimana yang telah dipraktekan oleh Rasulullah SAW terhadap dirinya, keluarganya, para shabatnya dan umat dimasanya.

6.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendidik akhlak (sikap dan tingkah laku) peserta didik dari yang belum Islami kepada yang Islami melalui proses praktek ke teori dan dari teori ke praktek atau sejalan teori dan praktek, dalam pembentukan sikap dan tingkah laku yang Islami. Proses pembentukan tingkah laku yang Islami dapat dilihat pada bagan berikut: 

Pembentukan sikap dan tingkah laku yang Isami dilakukan dengan bimbingan oleh pendidik kepada peserta didik, atau oleh diri sendiri kepada diri sendiri sehingga terbentuklah pola sikap dan tingkah laku yang Islami, sebagaimana dalam table berikut: 

Proses pembentukan sikap dan tingkah laku yang Isami dilakukan dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan dan perkembangan pserta didik. Pertumbuhan mengandung arti secara fisik, sedangkan perkembangan mengandung makna secara psikis (sikap). Semakin sempurna tingkat kedewasaan seseorang, semakin berkurang peranan orang lain dalam mendidik dirinya, dan semakin besar peranan diri dalam mendidik diri sendiri. Jadi penekanan Pendidikan Agama Islam lebih diutamakan terhadap bimbingan perkembangan psikis (sikap), tanpa mengabaikan pertumbuhan fisik (tingkah laku), sehingga dengan demikian terjadilah proses ke arah pembentukan dan pematangan kepribadian muslim sejati. Maka keberhasilan Pendidikan lebih banyak ditentukan oleh dirinya sendiri dalam pemebentukan sikap dan tingkah lakunya, disanping peranan orang lain. 

Untuk lebih memahami peralihan peranan orang lain kepada peranan diri dalam mendidik diri sendiri, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: 
Dari gambaran table di atas, jelaslah bahwa seorang anak pada usia 0 tahun 100 % tergantung kepada orang tuanya, kamudian secara berangsur-angsur pada usia 5 tahun akan menurun kepada 90 % tingkat ketergantungannya kepada orang tuanya, sedangkan kemandiriannya meningkat menjadi 10%. 

Pada usia 6-12 tahun (SD) peranan pendidik (orang tua dan giri) semakin berkurang secara perlahan-lahan dari 90% ke 75%, sementara kemandiriannya menigkat menjadi 25%. Begitulah seterusnya sampai memasuki perguruan tinggi, tanggung jawab diri mahasiswa untuk mendidik dirinya dimulai dari 75% akan bergerak naik menjadi 100% manakala ia telah menyelesaikan studinya. Sedangkan peranan orang tua/dosen/lingkungan hanya mulai dari 25% akan secara perlahan-lahan akan bergerak berkurang menjadi 0%, apabila mahasiswa telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. 

6.4. Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan dan Pengembangan Kepribadian Islami 
Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian Islami melalui upaya mencerdaskan potensi SDM secara Islami dengan hidayah dari Allah SWT., yaitu: 
6.4.1. Kecerdasan spiritual Islami (fitrah) (Q.S. 30:30, 13:28, 3:189-191). 
6.4.2. Kecerdasan emosional Islami (daya rasa) (Q.S. 7:179, 13: 28 dan 32:9), 
6.4.3. Kecerdasan intelektual Islami (daya pikir) (Q.S. 3:190-191 dan 32:9). 
6.4.4. Kecerdasan biologis Islami (daya nafsu makan/minum daya seksual) (Q.S. 3:14, 4:1).

Dengan memiliki keempat kecerdasan secara potensi SDM yang Islami tersebut, maka pendidikan Agama Islam berfungsi membentuk dan mengembangkan kerpribadian Islami, melalui pembentukan lima kemampuan dasar manusia secara Islami, yaitu : 
  • 6.4.1. Terbentuknya kemampuan konatif secara Islami, yaitu menumbuhkan motivasi (niyat)yang jelas karena Allah SWT.,dan keselamatan maunsia dalam setiap aktivitas kehidupan (QS: 3:112). 
  • 6.4.2. Terbentuknya Kemampuan Afektif secara Islami, yaitu kemampun menerima secara sadar tentang kebenaran ajaran Islam, sehingga dapat mengimaninya secara benar (haqqul-Yaqin), (QS:3:110). 
  • 6.4.3. Terbentuknya kemampuan kognitif yang Islami, yaitu mampu mensinergikan norma-norma ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan profesional yang dimilki, sehingga mampu mengatasi persoalan baru dalam kehidupannya dengan bimbingan ajaran Islam sebagai hudan (petunjuk atau kompas) secara ilmul-yaqin (keyakinan ilmu) (QS:17:36). 
  • 6.4.4. Terbentuknya Kemampuan Psikomotorik yang Islami, yaitu mampu melaksanakan amar makruf nahi mungkar (QS.3: 110) dalam semua aspek kehidupan. Seperti mendirikan shalat, bepuasa, menutup aurat, (berbusana secara Islami), tidak syirik, tidak bergaul bebas, tidak berzina, tidak berjudi tidak narkoba dan lain-lain sebagainya. (Q.S. 2:177). 
  • 6.4.5. Terbentuknya kemapuan performance Akhlaqul-Karimah (kepribadian yang berakhlak mulia), ialah totalitas dari terbentuknya konatif, kognitif, afektif, dan psikomotorik pada penerapannya terus-menerus secara konsisten yang melahirkan budaya (kebiasaan pribadi) dan kepribadian yang kaffah (sempurna) dalam setiap aspek kehidupan. Seperti berpakaian, berbicara, berjalan, beradaptasi dan sebagainya, sebaga hasil yang tanpak pada sikap dan tingkah laku sehari-hari secara Islami (akhlâq al-Kârimah) (QS:3:102) 
6.5. Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam 
Dalam pendidikan Agama Islam, ilmu bukan sekedar untuk kepentingan keilmuan dan meningkatkan kualitas kerja saja, akan tetapi fungsi ilmu haruslah dapat menumbuhkan dan menyuburkan iman. Semakin tinggi ilmu kita, semakin dekat kita kepada Allah SWT. semakin mengkat iman kita, karena dengan ilmu kita dapat menyelami hakeket kebenaran dalam membuktikan bahwa Allah SWT. itu banar-benar Maha Esa ada-Nya, membuktikan ke-Maha Besaran-Nya serta membuktikan ke-Maha kuasaan-Nya, sehingga ilmu berfungsi memperkuat iman dan iman berfungsi sebagai basic science (dasar ilmu) yang selalu mememberi cahaya kepada ilmu, konsekwensinya setiap ilmu wajib diamalkan. Akibatnya, lmu yang tidak diamalkan adalah dosa bagi pemiliknya. Iman sebagai basic science mempunyai tiga dimensi, yaitu: 
  • 6.5.1. Dimensi Qalbu (hati), yaitu dibenarkan oleh hati berdasarkan ‘Ilm al-yaqin (kebenaran ilmu yang diyakini), ‘ain al-yaqin (kebenaran ilmu yang teruji) dan akhirnya sampai kepada haqq al-yaqin (idealis), sehingga menjadi keimanan/keyakinan yang kuat tak tergoyahkan. 
  • 6.5.2. Dimensi bahasa, yaitu perkataan logis beradasarkan kebenaran. 
  • 6.5.3. Dimensi perbuatan, yaitu mengerjakan sesuatu berdasarkan kebenaran yang diyakini dan ilmu yang dimiliki.
Bukti iman sebagai basic science akan terlihat pribadi yang utuh, dimana antara kebenaran ilmu yang ada dalam hati mengarahkan otak berfikir secara benar yang dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan yang beranr pula. Inilah yang disebut dengan muttaqin (muslim sejati). 

Tercapainya tujuan pendidikan Agama Islam, akan melahirkan pribadi-pribadi yang berkualitas taqwa (muslim sejati). Maka pada tingkat perguruan tinggi, akan melahirkan sarjana muslim yang profesional serta memiliki integritas iman, ilmu dan amal, sebagai cendikiawan muslim sejati (QS:58:11). 

Seorang sarjana muslim profesional, dapat dilihat pada penerapan ilmunya, keahliannya dan keterampilannya dalam profesinya untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, keluarganya dan kebutuhan umat sesuai dengan norma-norma akhlak Islamiyah (Q.S. 14:24-27). 

Dengan demikian terbentuknya sarjana yang berprediket Cendikiawan Muslkim (intelektual muslim) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tujuan pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi, yaitu mendidik sarjana muslim yang profesional, seperti sarjana ekonomi muslim, dokter muslim, sarjana hukum muslim, sarjana pertanian muslim, sosiolog muslim sastrawan muslim, pakar muslim, frofesor muslim dan sebagainya.

TUGAS DAN LATIHAN 
  1. Buatlah 15 pertanyaan dan jawabannya dari materi pokok bahasan ini yang dilengkapi dengan analisis ayat dan hadis yang berkaitan dengan materi jawaban, ditulis tangan di kertas doble folio! 
  2. Tlulislah makalah minimal 4 halam doble folio bergaris, dengan judul: 
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENDIDIK INTELEKTUAL MUSLIM YANG PROFESIONAL Dengan pembetasan masalah: 
2.1. Siapakah pada Hakekatnya yang Mendidik manusia? (Tinjauan Ontologis). 
2.2. Bagaimanakah konsep Pendidikan Agama Islam? (Tinjauan epistimologis dan aksiologis). 
2.3. Bagaimanakah Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Islam? 
2.4. Bagaimanakah Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam? 

DAFTAR PUSTAKA 
  • Al-Syaibani, Omar Muhammad, Al-Thoumy, Prof. DR., Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1978 
  • Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, Postterm. Intermasa, jakarta, 1978 
  • Hamidy, Zainuddin dkk. Shahih Bukhsri (Terjemahan), Widjaja Jakarta, 1992 
  • Marimba, AD, Drs., Filsafat Pendidikan Islam, Bina Ilmu, 1978 
  • Nata. Abudin, Pendidikan dalam perspektif al-Qur’an, UIN, Jakarta, 2005 
  • Hadhiri, Choiruddin, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 2000. 
  • Said Hawa, Mensucikan Jiwa, Konsep Tazkiyatunnafs, Rabbani Press, Jakarta 1999 
  • Shihab, Quraish, Prof. DR., Wawasan al-Qur’an, Edisi Baru, Mizan, Jakarta, 2007. 
  • Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. 
  • Qomar, Mujamil, Prof. DR. Epistimologi Pendidikan Islam, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2005
Blog, Updated at: 04.23.00

0 komentar:

Posting Komentar