Pengertian Reportase
Reportase adalah kegiatan meliput, mengumpulkan fakta – fakta tentang berbagai unsur berita, dari berbagai sumber / nara sumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk (produk) berita jadi. Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu menampilkan data dan fakta seputar peristiwa tersebut.
Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan :
- Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
- Fairness Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan berita yang benar lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau menuliskan.
- Cover Both Side / News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi obyek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.
- Cek dan ricek, yakni meneliti kebenaran sebuah fakta atau data beberapa kali sebelum menuliskannya.
Pengertian Investigasi
Investigasi merupakan sebuah penyelidikan yang dilakukan dengan mencatat atau merekam fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan, atau untuk membuktikan suatu pernyataan (peristiwa, sifat, siasat, dsb). Investigasi biasanya dilakukan sampai dalam, dalam disini berarti bila perlu harus sampai menutupi atau memalsukan jati diri demi mendapatkan informasi yang sebenar – benarnya.
Menurut Rivers & Mathews sejarah investigasi berawal dari sebelum berdirinya Amerika. Pada 1690, Benyamin Harris menginvestigasi berbagai kejadian di masyarakat dan melaporkannya dalam Public Occurences, Both Foreign and Domestic. Isi laporannya dinilai menentang kebijakan kolonial Inggris. Pada awal sejarahnya, jurnalisme investigasi amat dekat dengan pemberitaan crusading atau jihad. Pada fase selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New England Courant pada 1721 yang diterbitkan oleh James Franklin.
2.2 Teori Khusus
1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (Mulyana, 2005: 168). Menurut Wenburg dan Wilmot, persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulayana, 2005: 167).
Di dalam buku yang sama Mulyana juga menyimpulkan bahwa persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti persepsi. Desideranto dalam buku Psikologi Komunikasi menyampaikan bahwa persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi jua melibatkan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori ( Rakhmat, 2008: 51).
Menurut walgito (2002: 54), terjadinya persepsi harus melalui beberapa proses yaitu :
- Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, dan selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berkaitan dengan segi fisik.
- Stimulus suatu objek yang diterima alat indera kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris.
- Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya
2 Aspek – Aspek Persepsi
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa penafsiran makna melibatkan proses – proses seperti sensasi, atensi, ekspresi, motivasi, dan memori. Dalam penelitian kali ini peneliti membatasi aspek hanya pada tiga aspek saja yaitu sensasi, atensi dan memori.
Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat penginderaan yang menhubungkan organisme dengan lingkungannya. Sedangkan Menurut Wolman sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera (Rakhmat, 2008: 49).
Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirim ke otak lewat kelima alat indera kita yaitu pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Pada umumnya manusia memiliki lima alat indera, namun rakhmat menyampaikan bahwa terdapat Sembilan alat indera yang dikelompokan kedalam tiga macam indera penerima berdasarkan dengan sumber informasinya, yaitu :
1. Eksteroseptor
Indera yang menangkap informasi dari luar seperti mata, telinga, hidung, peraba, dan perasa.
2. Interoseptor
Indera yang menagkap informasi dari dalam seperti sistem peredaran darah.
3. Proprioseptor
Indera yang menangkap gerakan tubuh sendiri misalnya vestibular.
Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sensasi merupakan sesuatu yang ditangkap dan dirasakan oleh alat indera kita. Bila dikaitkan dengan penelitian ini maka sensasi yang dimaksud disini adalah semacam keasyikan yang dirasakan pemirsa pada saat atau setelah melihat tayangan Reportase Investigasi di Trans TV melalui alat indera, khususnya indera pengelihatan dan pendengaran.
Atensi
Kenneth E. Andersen mengartikan atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Masih dalam buku yang sama Rakhmat mengutarakan bahwa perhatian atau atensi terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2008: 52).
Menurut Mulyana atensi dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, yaitu factor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, dan sebagainya), dan faktor social – budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, penghasilan, dan sebagainya), serta faktor psikologis termasuk kemauan, keinginan, motivasi, dan sebagainya (Mulyana, 2006: 181).
Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa atensi merupakan bentuk pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sesuai dengan penelitian ini atensinya adalah minat dan perhatian para pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
Memori
Schlessssinger dan Groves mengartikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 2008: 62).
Mussen dan Rosenwig menjelaskan secara singkat bahwa memori akan melewati tiga proses yakni : Perekaman, Penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah proses kedua yakni menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Ketiga adalah proses pemanggilan (retrieval) disebut juga pemanggilan sehari – hari, yaitu menggunakan informasi yang disimpan.
Melalui pengertian – pengertian di atas makan dapat peneliti simpulkan bahwa memori merupakan proses merekam fakta – fakta terhadap suatu objek termasuk proses mengingat kembali dan menggunakannya. Bila dikaitkan dengan penelitian ini mak memori yang dimaksud adalah ingatan pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
3 Teori Individual Differences
Nama teori yang dicetuskan oleh Melvin Lawrence DeFleur ini lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah perbedaan – perbedaan individu – individu sebagai sarana media massa ketika mereka diterpa sehingga dapat menimbulkan efek tertentu yang berbeda – beda.
Menurut teori ini individu - individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap – sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai – nilainya. Tanggapannya terhadap pesan – pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Efek media massa pada khalayak itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan karena secara individual berbeda satu sama lain bila dilihat dari struktur kejiwaannya.
Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik – titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajari itu, mereka menghendaki seperangkat sikap , nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan – rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak – watak perorangan atau khalayak, oleh karena itu terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu. Secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual masing – masing. Dengan berpegangan tetap pada pengaruh variable – variable kepribadian (yakni menganggap bahwa khalayak memiliki cirri – cirri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman pendapat atau tanggapan terhadap pesan tertentu (Effendi , 2004: 275-276).
Maka jika dikaitkan dengan penelitian ini, setiap responden memiliki persepsi yang berbeda dalam menanggapi pernyataan yang deberikan oleh peneliti, sehingga menimbulkan efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individu masing – masing.
4 Teori Stimulus Organisme Respons
Prinsip teori ini sebenarnya merupakan prinsip yang sederhana, yaitu respon merupakan reaksi balik dari individu ketika menerima stimuli dari media. Seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan efek antara pesan-pesan media massa dan reaksi audiens, dapat juga dikatakan efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus respon, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus – Organisme – Respon ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. (Effendy, 2003:225)
Dalam teori ini terdapat tiga elemen penting, yaitu :
- Pesan (Stimuli, S)
- Penerima (Prganisme, O)
- Efek (Respon, R)
Model ini menggambarkan bahwa media massa mempunyai efek yang sangat kuat dalam masyarakat. Pendapat ini didukung kenyataan bahwa tingkat konsumsi masyarakat atas media massa terutama media elektronik berupa televisi cukup tinggi, sehingga apabila setiap hari diterpa oleh informasi yang sama dari televisi dalam jangka waktu yang lama akan tercipta efek yang diharapkan.
Carll Hofland sebagai pencetus dari teori ini mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
- Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
- Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
- Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
- Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
SUMBER;
0 komentar:
Posting Komentar