Pengertian Hakikat Menulis Menurut Para Ahli

Posted By frf on Sabtu, 29 Oktober 2016 | 06.34.00

Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1982:21), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, menulis pada hakikatnya adalah salah satu cara manusia dalam berkomunikasi selain mendengar, membaca, dan berbicara. Pesan disampaikan dalam bentuk lambang-lambang atau simbol-simbol yang dapat dipahami orang yang membacanya sehingga pesan tersebut dapat tersampaikan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, dan sebagainya. 

Yunus (2009) menjelaskan, proses menulis terdiri dari tiga tahap, antara lain: tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Tahap prapenulisan terdiri dari memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Hal ini dilakukan sebagai tahap persiapan utuk menulis. Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran dan pengembangan dari tiap-tiap kerangka yang telah disusun dengan memperhatian kelogisan dan keruntutan kalimat. Kegiatan ini disebut tahap penulisan. Hasil pengembangan pada tahap penulisan direvisi dan diperbaiki agar menjadi suatu karangan yang baik di tahap pascapenulisan.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman dalam bentuk bahasa tulis untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya.

2.2 Jenis-jenis Menulis
Jenis-jenis tulisan ada dua, yaitu fiksi dan nonfiksi. Karangan fiksi adalah karangan yang sifatnya rekaan, karangan, khayalan (Kokonata, 2009). Mawoto dkk (Kokonata, 2009), menjelaskan bahwa cerita fiksi merupakan hasil olahan imajinasi seorang pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya terhadap peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi secara nyata ataupun yang hanya terjadi dalam khayalan penulis saja. nonfiksi adalah bentuk tulisan yang menjelaskan atau menggambarkan sesuatu yang nyata dan terjadi. Penulisan nonfiksi harus memaparkan bukti-bukti yang ada sesuai dengan topik bahasan. Tujuan dibuatnya tulisan nonfiksi adalah untuk memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada pembaca, sehingga pembaca memperoleh pengetahuan dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari nonfiksi antara lain, artikel, paper, laporan, dan sebagainya. 

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa puisi adalah salah satu jenis fiksi. Hal ini didasarkan pada pemilihan kata dalam membuat puisi sangat bersifat imajinatif (khayalan).

2.3 Puisi 
Pada subbab ini akan dijelaskan pengertian puisi, dan unsur-unsur puisi dari segi fisik dan psikisnya.

2.3.1 Pengertian Puisi
Pada dasarnya keutuhan pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaitu karangan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis (Jalil, 1990:13). Puisi merupakan bentuk ekspresi yang dominan dalam sastra. Dominasinya bukan hanya karena bentuk syairnya yang mudah dihafal, tetapi juga karena penuh arti dan sangat digemari oleh mereka yang berpikir dalam (Rahmanto, 1988:118).

Pengertian puisi berdasarkan Ensiklopedia Indonesia N-Z adalah sebagai berikut (Tarigan,1984:4):

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi) terdapat beberapa pengertian mengenai puisi. Salah satunya puisi diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. 

Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian puisi adalah suatu hasil karya sastra yang diciptakan untuk mengekspresikan pikiran, pengalaman dan perasaan dengan gaya bahasa yang indah dan syarat-syarat tertentu sehingga dapat memberikan nilai seni dan membangkitkan imajinasi para pembacanya. 

2.3.2 Unsur-unsur Puisi
Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:68) menjelaskan puisi terdiri atas unsur fisik puisi (diksi, imaji, kata nyata, majas, rima dan ritme, tipografi, dan enjambemen) dan unsur psikis puisi (tema, rasa, nada, dan amanat).
1) Unsur Fisik Puisi
a. Diksi
Jabrohim,dkk (2003:35) menjelaskan, diksi adalah bentuk serapan dari kata diction, sedangkan Keraf (dalam Jabrohim, 2003:35) diksi disebut pula pilihan kata.

Pemilihan kata bagi penyair sangat penting karena kata-kata yang dipilih akan mewakili pikiran dan perasaannya sehingga mempunyai nilai estetik. Kata-kata yang dipilih penyair bersifat denotatif dan konotatif (dalam Maslikatin, 2007:69). Berikut contoh pemilihan kata yang terdapat pada penggalan puisi “Selamat Tinggal ” karya Chairil Anwar.

SELAMAT TINGGAL
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
....... (Pradopo, 2000:57)

Pemilihan kata “muka” pada /muka penuh luka/siapa punya?/ tidak dapat digantikan karena kata muka menimbulkan aliterasi dengan kata “luka” dan “punya”. Diksi dalam puisi selalu berhubungan dengan bunyi. Bunyi yang digunakan dalam puisi dapat menimbulkan efek sedih, seram, haru, magis, senang dan sebagainya. Bunyi-bunyi ringan yang menimbulkan efek riang atau senang disebut bunyi euphony, misalnya bunyi konsonan: p, t, s, k, dan bunyi-bunyi vokal i, e. Bunyi-bunyi berat yang menimbulkan efek seram, sedih, haru, magis disebut bunyi cacophony, misalnya bunyi konsonan: b, d, g, z dan bunyi-bunyi vokal: a, o, u (Maslikatin, 2007:72).

b. Imaji
Imaji (citra) merupakan salah satu unsur penting dalam puisi, karena dari imaji inilah pembaca atau pendengar dapat membayangkan puisi yang dibayangkan dan seolah-olah menjadi pengalaman yang konkret. Menurut Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:73), pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Berikut salah satu contoh imaji pada puisi yaitu imaji pendengaran dalam penggalan puisi “Tanah Kelahiran” karya Ramadhan K. H.


TANAH KELAHIRAN
Seruling di pasir ipis, merdu
Antara gundukan pohon pina,
Tembang menggema di dua kaki,
Burangrang- Tangkubanprahu....(Maslikatin, 2007:74)

Pada baris pertama dan ketiga, pembaca seolah-olah mendengar bunyi seruling yang menggema diantara dua gunung Burangrang dan Tangkubanprahu.

c. Kata Nyata
Menurut Waluyo (Jabrohim, 2003:41), kata nyata adalah kata-kata yang menyarankan pada arti yang menyeluruh. Dengan kata yang diperkonkretkan, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian, kata nyata merupakan unsur puisi yang digunakan untuk membangkitkan imaji pembaca. Berikut contoh puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail.

KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba sore itu
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi!(Maslikatin, 2007:79)

Rangkaian kata nyata pada puisi karya Taufiq Ismail tersebut memberi imajinasi visual kepada pembacanya, seolah-olah melihat tiga orang anak kecil memberikan karangan bunga dengan diikat pita hitam. Karangan bunga dengan pita hitam memberikan gambaran suasana yang duka.

d. Majas 
Majas atau bahasa figuratif adalah bahasa yang bermakna kias atau makna lambang. Perrine (Maslikatin, 2007:80-81) menyatakan bahasa figuratif lebih efektif untuk menyatakan maksud dari penyair, karena:
  1. bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif;
  2. bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca;
  3. bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair;
  4. bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat
Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:81) menjelaskan bahwa yang termasuk bahasa kias adalah metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola, dan sinekdok.
1) Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan (dalam Maslikatin, 2007:81). Jadi, ungkapan itu langsung berupa kiasan. Contohnya: buaya darat, bunga desa, lintah darat, dan sebagainya.

2) Perbandingan
Perbandingan adalah kiasan yang tidak langsung, biasanya benda yang dikiaskan disebutkan bersama pengiasannya dan menggunakan kata pembanding: seperti, bak, bagai, laksana, dan sebagainya (dalam Maslikatin, 2007:82). Berikut contoh penggunaan majas perbandingan dalam penggalan puisi “Kutuliskan” karya Wing Karjo.

KUTULISKAN
Kutuliskan lagi
kenangan-kenangan mati
hingga bagai api
membara dalam mimpi
(Maslikatin, 2007:82)

Pada bait ketiga yang digaris bawah merupakan contoh penggunaan majas perbandingan dalam puisi, sebab menggunakan kata bagai. Menurut penyair, kenangan yang tidak ditulis atau diingat akan hilang begitu saja. Tapi jika ditulis ia akan selalu diingat.

3) Personifikasi 
Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami manusia. Contohnya: alu berat melompat-lompat, kerling danau di pagi hari, dan sebagainya.

e. Ritme dan rima
Secara umum ritme dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (dalam Jabrohim, 2003:53). Sedangkan menurut Semi (dalam Maslikatin, 2007:87), irama adalah gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi yang berulang dan menimbulkan variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Ritme dihasilkan dari puisi yang jumlah kata dalam setiap baris tidak selalu sama dan bergantung pada pembacaannya. Berikut contoh Ritme dalam puisi “Doa” karya Chairil Anwar.

DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin dikemam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku menggembara di negeri asing
Tuhanku
DipintuMu aku mengetu
Aku tidak bisa berpaling
(Pradopo, 2000:178) 

Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi (Jabrohim, 2003:54). Boulton (dalam Maslikatin, 2007:86) menyatakan bahwa jika rima (phonetic form) berpadu dengan ritme akan mempertegas makna. Dengan adanya rima, akan terbentuk musikalitas dalam puisi. Berikut contoh rima dalam penggalan puisi “Derai-derai Cemara” karya Chairil Anwar.

DERAI-DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan semakin mala
ada beberapa dahan ditingkap merapuh 
dipukul angin yang terpendam
akulah sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan anak lagi
dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
(Maslikatin, 2007:86)

Pada bait pertama baris pertama dan ketiga berakhir dengan suku kata uh, dan pada baris kedua dan keempat berakhir dengan suku kata am. Jadi rima pada bait pertama adalah abab. Sedangkan pada bait kedua baris pertama dan ketiga berakhir dengan suku kata an, sedangkan pada baris kedua dan keempat berkhair dengan suku kata i. Dengan demikian, rima pada bait kedua adalah cdcd.

f. Tipografi 
Tipografi merupakan penyusunan baris dan bait sajak dan lebih menekankan pada aspek visualnya (Atmazaki,1993:23). Tipografi disusun mengikuti ritme sajak, bukan bentuk kalimat. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah peroidisitet yang disebut bait (Jabrohim, 2003:54). Berikut contoh tipografi pada puisi karya Bachri.
daun
burung
sungai
kelepak
mau sampai
langit
siapa
tahu
buah rumput selimut
dada biru
langit dadu
mari!
rumput pisau batu kau
kau kau kau kau kau kau kau
kau kau kau kau kau kau kau
(Atmazaki, 1993:99)

Tipografi pada puisi di atas sangat unik karena masing-masing kata-katanya terlepas dan tidak membentuk suatu kalimat tertentu. Bentuk dari puisi tersebut mewakili ide dan suasana hati sang penyair saat menciptakan puisi tersebut. 

g. Enjambemen 
Enjambemen adalah pemutusan kata atau frase di ujung baris dan meletakkan sambungannya pada baris berikutnya (Atmazaki, 1993:28). Enjambemen diperlukan oleh penyair untuk mengekspresikan pikiran penyair dan terkadang untuk memberikan fungsi ganda, hingga lebih memperkaya isi puisi (Sayuti, 1985:181). Semua kata yang dipilih penyair telah diperhitungkan susunannya dan efeknya pada pembaca. Berikut contohnya yang terdapat pada penggalan puisi “Monolith” karya Subagio.

MONOLITH
Hebat
tiang utuh
menjulang di gigi langit
suram
sebuah bukit
terbentuk dari satu batu
oleh tangan beku
(Atmazaki, 1993:25)

Pada puisi tersebut kata “suram” yang berdiri sendiri dalam puisi tersebut menerangkan kata “langit” yang berada di atasnya akan tetapi juga “suram” itu menerangkan suasana puisi secara keseluruhan (dalam Sayuti, 1985:182).

2) Unsur Psikis Puisi
a. Tema
Tema adalah ide pokok. Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:93) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema puisi biasanya berhubungan dengan falsafah hidup, lingkungan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Misalnya:

MENTARI
Karya: S. Nadrotul Ain
Hai mentari pagi
Hari ini kau datang tampak cerah sekali
Engkau datang tiap hari
Untuk sumber energi pribumi
Semua orang berlari pagi
Untuk menyehatkan diri
Tanpa kau, hai mentari
Di seluruh bumi ini
Akan mati tiada lagi.
(www.rumahdunia.net, 2008)

Pada puisi karya S. Nadrotul Ain dapat segera diketahui bahwa matahari sangat berguna bagi seluruh penghuni bumi. Pengarang menganggap bahwa tanpa matahari tidak akan ada lagi kehidupan di muka bumi ini.

b. Rasa 
Rasa (feeling) adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya (Maslikatin, 2007:94). Perbedaan sikap penyair terhadap suatu objek akan memberikan rasa yang berbeda terhadap puisi yang dibuat walaupun dengan tema yang sama. Berikut contoh rasa simpati yang ada pada penggalan puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto. 

GADIS PEMINTA-MINTA
Setiap kali kita bertemu gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa
(Tarigan, 1984:15)

c. Nada 
Nada ( tone) adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya (Maslikatin, 2007:97). Nada harus sesuai dengan tema dan rasa. Dalam menciptakan karyanya, para penyair sering menunjukkan sikap tertentu pada pembaca, misalnya bersikap menasehati, menggurui, menyindir, atau sekedar berbagi pengalaman. Berikut contoh puisi “Hendak tinggi?” karya Usman yang bernada sinis.

HENDAK TINGGI?
Mau tinggi,
Si muka bumi ????
Panjat kelapa
Sampai ke puncak !!!
Alangkah tinggi
Di muka bumi !!!
(Tarigan, 1984:18)

d. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra yang bersifat kias, lebih dalam, dan luas. Amanat yang terkandung di dalam sebuah puisi bergantung pada pandangan hidup sang penyair. Berikut contoh amanat dalam puisi “Cinta Kebersihan” karya M. Afifi Kurniawan.

CINTA KEBERSIHAN
Karya: M. Afif Kurniawan
Mari teman, mari kemari
Kita singsingkan lengan baju
Kita bersihkan rumah
Kita bersihkan lingkungan
Kita jaga selalu kebersihan
Jangan biarkan sampah berserakan
Buanglah sampah pada tempatnya
Kita cinta kebersihan
Rumah bersih nyaman
Lingkungan bersih sehat
(Aryuni, 2009)

Pada puisi di atas dapat terlihat bahwa sang penyair mengajak para pembacanya untuk mencintai kebersihan dengan menjaga lingkungan agar tetap sehat. Diawali dari lingkungan rumah hingga lingkungan masyarakat sekitar.

Untuk keperluan penelitian ini, unsur-unsur puisi yang dijadikan objek penelitian sebagai analisis kemampuan menulis puisi siswa meliputi diksi, tema, dan rima. Hal ini didasarkan pada tujuan pengajaran puisi di sekolah dasar hanya sebagai langkah awal untuk mengenalkan karya sastra.

2.4 Menulis Puisi
Menurut Tarigan (1994:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Dikatakan produktif sebab dengan menulis seseorang dapat menghasilkan suatu karya tulis, dan dikatakan ekspresif karena seseorang menulis untuk menuangkan gagasan, ide, dan perasaannya dengan bahasa tulis. Tulisan dapat membantu seseorang dalam menjelaskan pikiran dan perasaannya.

Dengan demikian menulis puisi adalah suatu keterampilan berbahasa dalam menuangkan ide, gagasan, dan pikirannya dalam bentuk bahasa tulis dengan memperhatikan keterikatan pada unsur-unsur puisi. Saat menulis puisi, berarti seseorang menghasilkan suatu karya tulis berupa puisi untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya sehingga dapat membangkitkan imajinasi pembacanya.

2.5 Pembelajaran Menulis Puisi
Saleh Saad (dalam Sayuti, 1985:193) menyatakan bahwa sastra memberikan pengertian yang dalam tentang manusia dan memberikan interpretasi serta penilaian terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa puisi sebagai bagian dari sastra, tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan ilmu dan memasyarakatkan sastra khususnya puisi yaitu dengan memberikan pembelajaran menulis puisi.

Pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar hanya bertujuan untuk mengenalkan karya sastra, sehingga ruang lingkup yang diajarkan mengenai puisi pun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Meskipun demikian, pembelajaran menulis puisi memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk menciptakan karya-karyanya dalam bentuk puisi, dan dapat menambah kosa kata baru yang belum pernah digunakan dalam bahasa umum. 

Pembinaan keterampilan menulis puisi pada siswa tidak hanya untuk mempertajam pengamatan dan meningkatkan kemampuan bahasa, tetapi juga bertujuan agar siswa diharapkan dapat memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri (Rahmanto, 1988:118). Hal ini didasarkan pada tujuan umum pengajaran sastra yang menitikberatkan pada pengembangan aspek kejiwaan siswa seperti perasaan, pikiran, indera, dan sebagainya.

2.6 Pengertian Media
Mustikasari (edu-articles.com, 2008) menjelaskan, media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 2007:2), media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Jadi, pengertian media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, ide atau gagasan kepada penerima informasi.

Media pembelajaran menurut Hamalik (1994:12) adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan Briggs (dalam Sudrajat, 2008) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. 

Dengan demikian dapat disimpulkan, media pembelajaran adalah alat yang digunakan guru untuk mengaktifkan siswa dan mengefektifkan penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.

2.7 Gambar sebagai Media Pembelajaran
Terdapat beberapa macam media pembelajaran yang dirancang khusus untuk membantu siswa dalam menerima informasi dan membentuk konsep pengetahuannya sendiri. Salah satunya adalah media gambar (media visual). Gambar yang dimaksud termasuk foto, lukisan/gambar, dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa (Arsyad, 1997:111). Dengan visualisasi konsep tersebut, siswa dapat memahami konsep yang semula rumit menjadi lebih mudah karena telah dikonkretkan ke dalam bentuk visual.

Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Gambar terdiri dari dua macam, antara lain ( Hamalik, 1994:43-44) :

1) lambang visual
Lambang visual adalah gambar yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan, macamnya:

  1. sketsa, hasil lukisan yang bentuknya lengkap atau tidak lengkap. Misalnya, sketsa wajah, sketsa rumah, dan sebagainya;
  2. bagan, kombinasi garis atau tulisan dengan gambar yang dijelmakan secara logis dan tersusun untuk meragakan antara fakta dan ide. Misalnya: bagan balok (histogram), bagan lingkaran, bagan penduduk bentuk piramida;
  3. grafik, gambar yang memberi keterangan tentang angka dan hubungan-hubungan yang paling penting dari keterangan tadi. Misalnya: grafik sistem koordinat, grafik kurva, grafik batang;
  4. poster, gambar yang ditujukan sebagai pemberitahuan atau peringatan atau penggugah, misalnya poster lalu lintas, poster penghijauan, dan sebagainya;
  5. komik, gambar atau lukisan bersambung yang merupakan ceritera. Salah satu contohnya adalah cerita bergambar atau gambar bersambung;
  6. kartun, gambar/lukisan/sketsa yang digunakan untuk menghibur, mengkritik, atau menganjurkan. Salah satu contohnya adalah karikatur;
  7. diagram, suatu kombinasi antara garis dan gambar yang menunjukkan hubungan intern, bersifat abstrak. Misalnya, diagram batang, diagram lingkaran, dan sebagainya;
  8. peta, gambar yang melukiskan lambang keadaan yang sebenarnya. Misalnya atlas dunia, peta pulau, peta kota, dan sebagainya.
2) lambang kata
Lambang kata merupakan suatu rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf) yang membentuk kata dan memiliki arti. Lambang kata dapat dijumpai dalam buku dan bahan bacaan seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.

Pada penelitian ini, media yang digunakan sebagai media pembelajaran adalah gambar berupa lambang visual tidak bergerak (dua dimensi) yang menampilkan suatu tempat, kejadian atau kegiatan.

2.7.1 Manfaat Media Gambar
Manfaat
t media gambar dalam dunia pendidikan, di antaranya (Hamalik, 1994:63-64):

  1. gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas. Suatu persoalan dapat dijelaskan dengan gambar selain penjelasan dengan kata-kata,
  2. gambar mengatasi batas ruang dan waktu. Dengan gambar para siswa dapat melihat jelas benda-benda yang letaknya jauh dan peristiwa-peristiwa penting yang telah terjadi di masa lalu,
  3. gambar dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. Benda-benda yang terlalu kecil atau terlalu besar dapat ditampilkan melalui gambar,
  4. dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, karena itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah,
  5. gambar-gambar mudah didapat dan murah. Gambar bernilai ekonomis dan menguntungkan karena mudah dan murah untuk dibuat sehingga tidak membebani pihak yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran,
  6. mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa. Satu gambar dapat dilihat oleh seluruh kelas, bahkan seluruh sekolah
Penggunaan media gambar secara efektif dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Dalam penggunaannya, harus disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam besarnya gambar, detail, warna, dan latar belakang. 

2.7.2 Kriteria Pemilihan Gambar
Gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran biasanya memiliki ciri-ciri berwarna-warni dan kaya dengan variasi. Hal ini dibuat agar dapat menarik perhatian siswa, sehingga perhatian siswa lebih terpusat pada gambar yang ditampilkan oleh guru. Berikut akan dijelaskan kriteria-kriteria pemilihan gambar, antara lain (Hamalik, 1994:85):

  1. sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Guru perlu menyesuaikan antara gambar yang digunakan dengan materi pembelajaran. Selain itu, gambar juga berfungsi untuk menampilkan peristiwa atau benda yang tak dapat dihadirkan langsung di kelas. Dengan demikian, guru harus mempertimbangkan karakteristik siswa sehingga dengan adanya gambar, siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru.
  2. menstimulir kreativitas pertanyaan, pendapat atau opini. Sesuai dengan tujuan penggunaan media pembelajaran, khususnya media gambar, hendaknya gambar yang dipilih guru dapat memancing siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya.
  3. keaslian gambar. Gambar yang dipilih hendaknya sesuai dengan aslinya sehingga seakan-akan siswa melihat keadaan atau benda sesungguhnya.
  4. kesederhanaan. Kesederhanaan gambar akan lebih memudahkan siswa dalam menerima informasi yang tersirat pada gambar dan mengandung nilai praktis.
  5. bentuk item. Bentuk gambar yang dipilih masih sederhana. Tidak terlalu mendetail, karena akan mempersulit siswa untuk memahami gambar. Selain itu, kesederhanaan gambar lebih mencirikan karakteristik siswa kelas rendah.
  6. perbuatan. Gambar menunjukkan akivitas yang memberikan tanggapan baik bagi siswa. Sehingga mempengaruhi sikap siswa untuk berbuat baik.
  7. artistik. Meskipun sederhana, gambar hendaknya tetap memiliki nilai seni agar siswa senang mengikuti pembelajaran.
2.8 Gambar sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi
Gambar ilustrasi adalah gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat dimana-mana, baik di lingkungan anak-anak maupun di lingkungan orang dewasa, mudah diperoleh, dan dapat ditunjukkan kepada anak-anak. Semua gambar mempunyai arti, uraian, dan tafsiran sendiri. Gambar yang menarik dapat menggugah emosi siswa untuk menuangkan ide/gagasannya dengan tetap memperhatikan unsur-unsur puisi. Oleh karena itu, gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran menulis puisi harus menarik agar dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk menafsirkan dan menguraikan gambar yang ditampilkan dalam bentuk puisi.

Kriteria gambar yang menarik untuk dijadikan media pembelajaran menulis puisi, yaitu sesuai dengan karakteristik siswa. Bagi siswa kelas 3 sekolah dasar yang masih pada kategori siswa kelas rendah, gambar yang sesuai dengan karakteristiknya adalah gambar yang menggunakan warna-warna kontras. Bentuk gambarnya masih sederhana, tidak memperhatikan detil-detil pada gambar. Hal ini untuk memudahkan siswa dalam menerima informasi yang tersirat pada gambar. Gambar yang ditampilkan hendaknya menunjukkan hal-hal yang tidak pernah dilihat secara langsung oleh siswa. Sehingga, akan memberikan stimulus bagi siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan gambar.
Blog, Updated at: 06.34.00

0 komentar:

Posting Komentar