Apa itu Kultur Jaringan???
Kultur jaringan adalah
suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma,
sel, kelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam
kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Pada mulanya, orientasi
teknik kultur jaringan hanya pada pembuktian teori totipotensi sel.
Kemudian teknik kultur jaringan berkembang menjadi sarana penelitian
dibidang fisiologi tanaman dan aspek-aspek biokimia tanaman. Dewasa ini,
setelah mengalami banyak perkembangan dan penyempurnaan, teknik kultur
jaringan telah dipergunakan dalam industri tanaman.
Perbanyakan
mikro merupakan contoh aspek yang menarik dari penerapan kultur
jaringan, terutama untuk beberapa jenis tanaman yang biasa diperbanyak
secara vegetatif. Perbanyakan mikro, secara umum dapat diartikan sebagai
usaha menumbuhkan bagian tanaman dalam media aseptik, dan
memperbanyaknya sehingga menghasilkan tanaman sempurna. Tanaman kecil
ini kemudian dipindahkan ke media non aseptik. Tujuan pokok penerapan
perbanyakan mikro, adalah produksi tanaman dalam jumlah besar dalam
waktu yang singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru
dihasilkan.
Meristem
dan ujung akar tanaman dapat dikultur secara aksenik pada media kultur
jaringan khusus untuk menghasilkan satu massa sel yang tidak
terdiferensiasi yang dikenal sebagai ‘kalus’ dan dari sepotong kecil
bahan kalus ini dapat dihasilkan banyak kalus. Sel-sel individual dari
kalus yang dimaserasi seringkali dapat diregenerasi menjadi kalus-kalus
baru dengan cara menumbuhkannya pada media khusus. Dari kultur
kalus-kalus ini, dapat ditumbuhkan tanaman baru dengan mula-mula
mentransfer anakan tumbuhan kedalam pot-pot kecil dan kemudian ke tanah
setelah tumbuhan itu teradaptasi denagn lingkunagannya. Teknik ini, yang
sudah dikenal sejak tahun 1930 telah mencapai tahap pemakaian komersial
dengan menghasilkan klon-klon tanaman yang seragam dalam ciri tertentu
seperti bebas dari penyakit yang ditularkan oleh biji, bebas virus,
bebas kerusakan karena pembekuan, tahan garam dan memiliki ciri-ciri
lain lagi yang tak mungkin diperoleh melaluimetode penangkaran tanaman.
Terdapat macam-macam tipe kultur jaringan yang sering dipakai – kultur
kalus, kultur suspensi sel, kultur organ, kultur meristem ujung dan
kultur protoplas. Dalam hal kultur protoplas, dinding sel dihilangkan
dengan lisozim atau enzim pelarut dinding sel yang tepat, dan
dikulturkan dalam medium yang cocok, suatu teknik yang memudahkan
manipulasi satuan-satuan sel tanpa gangguan dinding sel.
Beberapa
contoh penggunaan kultur jaringan dalam pertanian adalah sebagai
berikut: Ketela pohon (Manihot utilisima) umumnya dikembangbiakkan
dengan menanam sepotong batangnya yang tua (stek) ke dalam tanah. Stek
ini diikat menjadi satu dan diangkut dari tempat yang satu ke tempat
lain atau dari negara yang satu ke negara lain sehingga menimbulkan
masalah karantina karena kuman bibit penyakit mungkin ikut dipindahkan
melalui stek ketela pohon. Pusat PertanianTanaman Tropis Internasional
(CIAT) dan Institut Pertanian Tropis Internasional (IITA) menangkar
varietas ketela pohon yang baru yang memiliki resistansi terhadap
penyakit dan hama dan mengembangkan suatu galur bebas penyakit melalui
kultur meristem untuk dikirimkan dalam kondisi aseptik ke negara-negara
Afrika. CIAT juga telah memiliki plasma nutfah ketela pohon in vitro
dengan tambahan 700 kultur meristem dalam bank. Demikian pula tanaman
haploid telah dikembangkan dari kepala sari (kultur kepala sari) dan
tanaman homozigot telah dihasilkan dalam satu generasi, suatu proses
yang dengan metode penangkaran tanaman secara konvensional membutuhkan
lima atau enam generasi.
Institut
Riset Padi Internasional (IRRI) memperoleh varian padi yang tahan
garam yaitu varietas Taichung 65 melalui teknik kultur jarinagn dengan
panen 20% lebih tinggi daripada induknya yang paling cocok untuk kondisi
yang banyak garam. IRRI juga mengembangkan galur-galur dari varietas
Taichung 65 yang dapat mengatasi keracunan aluminium. Di Asia, karena
rendahnya temperatur di permukaan yang tinggi tempat pembudidayaan
tanaman padi, hasil panen biasanya rendah. Dengan teknik kultur kepala
sari, IRRI telah berusaha mengembangkan galur padi yang tahan dingin.
Anakan tumbuhan dan umbi kentang yang bebas penyakit dapat dikembangkan
dengan teknologi kultur jaringan. Institut Riset Internasional untuk
Tanaman Budi Daya Tropis Setengah Kering (ICRISAT) menggunakan kultur
meristem untuk menghasilkan plasma nutfah kacang tanah yang bebas
penyakit. Institut Riset Pertanian India (IARI) telah berhasil mengatasi
masalah mengganggu yaitu kemandulan pepaya (Carica papaya) jantan
dengan teknik kultur jaringan.
Azolla
merupakan paku air yang berhasil dipakai sebagai pemasok nitrogen
dalam budidaya padi karena sistem ini memfiksasi nitrogen melalui alga
Anabaena azollae yang menghuni dedaunannya. Menurut Dr.M.S Swaminathan,
Direktur Jendral IRRI, teknik fusi protoplasma dan generasi sel hibrid
dapat digunakan untuk menyilang suatu Azolla yang memiliki hasil panen
rendah tetapi toleran terhadap temperatur tinggi dengan Azolla yang
memiliki hasil panen tinggi tetapi mempunyai iklim dingin.Apabila hal
ini dapat dicapai, galur-galur Azolla dapat digunakan sehingga
menghasilkan 400kg N/ha disawah-sawah daerah tropis bertemperatur
tinggi. Di daerah terjadinya fiksasi nitrogen secara biologi,
kemungkinan untuk mengeksploitasi jaringan dan teknik kultur sel tetap
terbuka. Bakteri pemfiksasi nitrogen dan alga hijau biru dapat dipaksa
masuk kedalam protoplas yang terpisah atau kalus dan dapat diregenerasi
anakan tumbuhan. Tanaman yang berkembang dari kultur kalus semacam itu
dengan bakteri pemfiksasi nitrogen mungkin dapat berkembang menjadi
tanaman pemfiksasi nitrogen. Kloroplas dapat dibuat sedemikian sehingga
dimasuki alga hijau biru pemfiksasi nitrogen. Salah satu hambatan utama
terhadap usaha ini adalah halangan fisiologi antara protoplas suatu
eukariot dan protoplas prokariot. Eksperimen sedang dilaksanakan untuk
mentransfer gen-gen nif dari prokariot sederhana (Klebsiella pneumoniae)
ke eukariot sederhana (Saccharomyces cerevisiae). Hasil yang sudah
dicapai sampai saat sekarang menunjukkan bahwa sementara operon nif
telah dikeluarkan dari bakteri dan dimasukkan ke sel khamir, maka
ekspresi dari ciri yang diharapkan, yaitu fiksasi nitrogen atau kegiatan
nitrogenase tidak berhasil dicapai yang lebih baik mengenai
langkah-langkah fisiologis yang diperlukan agar kegiatan nitrogenase
dapat diekspresikan oleh sel khamir rekombinan. Hal ini menjadi prasarat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mentransfer nif ke spesies
tanaman yang lebih tinggi.
Di
India, teknik kultur jaringan telah digunakan secara memuaskan untuk
mengembanggbiakkan secara cepat kultivar-kultivar elite tebu, kunir,
jahe, karet, mustard, cardamom, jeruk, nenas, delima, almond, pisang,
apel, Dioscorea, Bougenvillea, jati, bambu, sandal, eucalyptus, mawar
dan pinus. Perkembangbiakkan lewat kultur jaringan menjamin pelestarian
spesies-spesies yang hampir punah dan bebas dari penyakit.
0 komentar:
Posting Komentar