Metode Estimasi dan Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Posted By frf on Senin, 27 Maret 2017 | 19.11.00

Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.

Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya.

Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut (Fauzi, 2006).

Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam menentukan nilai sumber daya karena konsep biaya dan manfaat sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (nonmarket valuation).

Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya adalah the Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang paling populer saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit mengenai metode penilaian ekonomi terhadap lingkungan selain CVM karena konsep CVM akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.

The Dose-Response Method (DRM)
Metode ini menurut Yakin (1997) berdasarkan pada gagasan bahwa kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Peningkatan kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap bahan/material, kesehatan, produktivitas manusia, serta kebersihan rumah tangga atau bangunan. Saat ini metode ini umumnya diaplikasikan pada penilaian ekonomi dari lingkungan pertanian.

Kelebihan DRM
Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :
  1. Metode ini dapat diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi.
  2. Merupakan metode pengukuran manfaat yang sulit dan biasanya menjadi perhatian pembuat kebijaksanaan
Kelemahan DRM
Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut :
  1. Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, yaitu  modelling respon produsen dan memasukkan efek dari output dan harga.
  2. Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan menyebabkan estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan lingkungan.
Hedonic Price Method (HPM)
Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika seseorang merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap tersebut, mereka mau membayar lebih untuk rumah yang berada di area kualitas lingkungan yang baik dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang kualitas lingkungannya lebih jelek.

Kelebihan HPM
Adapun kelebihan dari metode HPM adalah sebagai berikut :
  1. Hasil perhitungan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode ini baik daripada hasil survei.
  2. Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium” pada barang konsumen ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah.
Kelemahan HPM
Adapun kelemahan dari metode HPM adalah sebagai berikut :
  1. Harga yang tersedia harus valid.
  2. Tidak mampu mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya ketidakpastian.
  3. Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kesejahteraan yang didasarkan  pada surplus konsumen.
  4. Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM.
  5. Memiliki reabilitas yang rendah karena data yang dibutuhkan sangat besar dan sulit diperoleh.
Travel Cost Method (TCM)
Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini yaitu dengan asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi.

Kelebihan TCM
Adapun kelebihan dari metode TCM adalah sebagai berikut :
  1. Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti
  2. Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen
Kelemahan TCM
Adapun Kelemahan dari metode TCM adalah sebagai berikut :
  1. Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya susah untuk mengestimasi dengan tepat.
  2. Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan
  3. Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan. 
Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sebenarnya.

The Averting Behaviour Method (ABM)
Menurut Yakin (1997) metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi.  

Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang mengharuskan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki kualitas lingkungan.

Kelebihan ABM
Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran manfaat yang dihasilkan berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.

Kelemahan ABM
Adapun kelemahan dari metode ABM adalah sebagai berikut :
  1. Membutuhkan data yang memuaskan dan rumit.
  2. Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisis dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang diteliti.
Instrumen Ekonomi
Definisi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan melalui mekanisme pasar. James (1997) diacu dalam Fauzi (2007) mendefinisikan instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya, atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan aktivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi (2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu.

Fungsi Instrumen Ekonomi
Panayotou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan, yaitu :
  1. Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
  2. Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.
  3. Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien. 
  4. Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue generating).
Tipologi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :
  1. Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah, serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.
  2. Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja (misalnya domestic emission trading program).
  3. Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.
Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:
  1. Hak kepemilikan (property right)
  2. Penciptaan pasar (market creation)
  3. Instrumen fiskal
  4. Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi
  5. Instrumen finansial
  6. Instrumen pertanggung jawaban (liability)
  7. Performance dan bond system
Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :
  1. Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar ekspektasinya, dan terus menerus.
  2. Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.
  3. Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital. 
  4. Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue, atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.
Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi, bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu, berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.

Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket kebijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.

Pembayaran Jasa Lingkungan
Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).

Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Wunder, 2005).

Fungsi Jasa Lingkungan
Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasalingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :
  1. Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan, obat-obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lainlain.
  2. Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air, pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit, pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas lingkungan dan lain-lain.
  3. Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan  spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan lain-lain.
  4. Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.
Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :
  1. Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage)
  2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)
  3. Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection)
  4. Keindahan bentang alam (landscape beauty)
Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau.

DAFTAR PUSTAKA
  • Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
  • Dinas Kehutanan dam Perkebunan. 2006. Kajian Pembayaran Jasa Lingkungan di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten : Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
  • Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
  • _____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan. Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI.
  • Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi Aksara
  • Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing England.
  • Herlianto. 2005. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis Hutan Taman Nasional Gunung Halimun : Studi kasus Desa Cisarua Kecamatan Sukamajaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
  • Hosmer, D. W and S.Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons Inc. New York.
  • Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air. Jakarta : Papas Sinar Sinanti
  • Kosoy, Nicholas, Martinez-Tuna, Miguel, dkk. 2005. Payment for Enviromental Services in Watershed : Insigths From a Comparative Study of two Cases in Central America.
  • Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?. Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool Gold?. The International Institute for Environment and Development : London
  • Lembaga Sumberdaya Alam. 2009. Kerugian Negara Berdasarkan Kerusakan  Lingkungan. Dalam Laporan Lembaga Sumberdaya Alam. www.elsdainstitute.or.id/modul/auditkehutanan/kerusakanlingkungan.pdf. Diakses : 23 Juni 2009
  • Letson, David (ed). 2002. Florida Coastal Enviromental Resources : a Guide to Economic Valuation and Impact Analysis. Florida Sea Grant College Program : Florida
  • Mackinnon, Kathy dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta : Prehanllindo 
  • Yavanica, Emilea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor 
  • Mitchell, Bruce dkk. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press  
  • Munawir. 2007. Transaksi yang Adil untuk Jasa Aliran Sungai di Indonesia. United Kingdom : International for Environment and Development 
  • Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
  • Pagiola, Stafano. 2004. Selling Forest Environmental Services. London : Earthscan
  • Ramathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelpia : The Dryden Press.
  • Rekonvasi Bhumi. 2007. Forum Komunikasi DAS Cidanau Menuju Pengelolaan Terpadu DAS Cidanau. Serang : Rekonvasi Bhumi
  • Riduwan, dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta
  • Sumarwoto, Oto. 2006. Kemitraan Pengguna untuk Konservasi TNGP. Dalam laporan USAID. United State : Development Alternative.
  • Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit: Andi
  • Wunder, Sven. 2005. Payment for Enviromental Services : Some Nuts and Bolts. Research. Center for International Forestry Research
  • Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan KebijaksanaanPembangunan Berkelanjutan. Jakarta : CV. Akademika Presindo
Blog, Updated at: 19.11.00

0 komentar:

Posting Komentar