Pengertian Pendidikan Karakter
Pembahasan mengenai pendidikan karakter atau pendidikan yang berbasis pada pembangunan karakter, menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun di kalangan masyarakat umumnya. Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Berkaitan dengan hal ini, maka sebelum mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan karakter penulis mencoba untuk mendefinisikan kata tersebut secara terpisah. Sebagai langkah awal penulis akan menguraikan pengertian tentang pengertian pendidikan yang dilanjut dengan pengertian karakter. Dalam dunia pendidikan, terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”.1 Menurut Marimba, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2
Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia; beliau mengatakan bahwa “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan jasmani anak didik.” Lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan mengenai pengertian pendidikan menurut para ahli: - Soegarda Poerbakawatja dalam “Ensiklopedi Pendidikan” menguraikan pengertian pendidikan sebagai “semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamanya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah”.3 - Menurut Sully, “Pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi‟at anak-anak, supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia”.4 - Herbert Spencer mengungkapkan bahawa, “pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna”.5
Dari beberapa definisi diatas, maka pendidikan dapat difahami sebagai bentuk aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, baik pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) maupun jasmaninya (panca indera dan keterampilan-keterampilan). Dalam hal ini tim Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pedidikan adalah:
- Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dengan jasmani (panca indra serta keterampilanketerampilan)
- Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat dan Negara.
- Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.6
Dari ayat ini jelas, bahwa agama islam telah mendorong umatnya senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Adapun istilah karakter, kata karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadaminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.9
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan.10 Sedangkan secara terminologi, istilah karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group impressed by nature, 7 Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. education or habit.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.11 Menurut Simon Philips dalam buku Refleksi Karakter Bangsa, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan prilaku yang ditampilkan. Sementara itu, Koesoema A, mengatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian.12
Kepribadian disini dianggap beliau sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Sedangkan Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Hermawan Kertajaya, mendefinisikan karakter sebagai “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. 13 Ciri khas tersebut adalah asli, dalam artian tabiat atau watak asli yang mengakar pada kepribadian benda 11Tobroni, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. (http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/24/pendidikan-karakter-dalam-perspektif-islampendahulan/, diakses pada atau individu tersebut, dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespon sesuatu.14
Dari beberapa penjelasan diatas dapat difahami, bahwasannya pendidikan karakter ialah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Dan individu yang berkarakter baik ialah individu yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya), serta memiliki nilai-nilai seperti amanah, beriman, bertaqwa, bekerja keras, disiplin, jujur, toleransi, cermat, cerdik, dinamis, gigih, hemat, empati, bijaksana, lugas, tegas, berfikir jauh ke depan, berfikir matang, bertanggung jawab, berkemauan keras, baik sangka, pemaaf, pemurah, adil, menghargai, pengabdian, pengendalian diri, komitment, mandiri, mawas diri, ikhlas, sabar, rasa malu, rajin, ramah, rela berkorban, rendah hati, sportif, hormat, tertib, produktif, susila, tekun, tegar, tepat janji, ulet.15
Selanjutnya pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan social, pengembangan emosional, dan pengembangan etika para peserta didik. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. Seperti apa yang diungkapkan oleh Scerenko bahwa, pendidikan karakter dapat difahami atau dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulsi (usaha maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan yang dipelajari). 16 Seperti yang telah diungkapkan oleh Koesoema A dan Imam Ghazali diatas, bahwa istilah karakter dapat diartikan dengan akhlak dan budi pekerti, sebab keduanya mengandung makna yang sama.
Baik budi pekerti, akhlak maupun karakter sama-sama mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya. Menurut Ibnu Miskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, beliau mengemukakan bahwa, pendidikan akhlak merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang17 . Sedangkan sebagian ulama, mendefinisikan Akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan baik ataupun buruk.
Jadi dari beberapa statement diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk dapat memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka sikap/karakter atau budi pekerti telah mengandung lima rumusan atau jangkauan atau integritas sebagai berikut:
- sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan,
- Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri,
- sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga,
- sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, dan
- sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Adapun karakteristik sosok pribadi yang berakhlak mulia atau berbudi pekerti luhur itu dapat direfleksikan atau aktualisasikan dalam sikap dan prilaku sebagai berikut:20
- berpenampilan bersih dan sehat,
- bertutur kata yang sopan,
- bersikap respek, menghormati orang tua dan orang lain tanpa melihat perbedaan kedudukan, harta kekayaan atau suku,
- memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahtraan dan kemajuan masyarakat atau bangsa, baik melalui ilmu pengetahuan, kekayaan (zakat, infaq atau shodaqoh), atau jabatan (otoritas),
- menjalin ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah atau insaniyah,
- bersikap amanah, bertanggung jawab atau tidak khianat pada saat diberi kepercayaan,
- bersikap jujur dan tidak suka berbohong (berdusta),
- memelihara ketertiban, keamanan, keindahan dan kebersihan lingkungan.
SUMBER ARTIKEL / CATATAN KAKI ;
- 1 M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset,2007), h. 3
- 2Ahmad Tasfir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT
- Remaja Rosdakarya Offset, 2008), h. 6 3Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.120 4Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan & Pengajaran. (Jakarta : PT HIDAKARYA AGUNG), h. 5 5 Ibid., h 5
- 6 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, h.151
- 8 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, h .98 9 Abdul Majid & Dian Andayani ,Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA. 2011), h.11 10Pius A Partanto, dkk , Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : AROKALA, 2001),
- 19 Oktober 2012) 12 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, ( Jakarta : Bumi Aksara. 2011), h. 70 13 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h.
- 14Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi, (Bandung : ALFABETA, 2012), h.2 15 Abdul Majid & Dian Andayani, Op.cit, h. 45
- 18 16 Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, h.45 17 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h.10 18 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), h.345
- 19 Muchlas Samani, & Hariyant, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2012), h.46-47
0 komentar:
Posting Komentar