Makalah Populasi dan Sampel

Posted By frf on Sabtu, 22 Oktober 2016 | 08.46.00

BAB 1 
1. Latar Belakang Masalah 
Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Selain itu juga dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, misalnya mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah 

2. Rumusan Masalah 
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.

Selanjutnya dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dibahas. 

3. Tujuan Penelitian 
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. 

4. Kegunaan Penelitian 
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. 

5. Metode Kajian 
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.

Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum, postulat, dan asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas. 

6. Definisi Istilah 
Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya alat peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan, keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya. 

7. Daftar Rujukan 
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. 

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:
  • Nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama Tengah, tanpa gelar akademik,
  • Tahun penerbitan 
  • Judul, termasuk subjudul 
  • Kota tempat penerbitan, dan 
  • Nama penerbit.
BAB 3
A. Pengertian Populasi dan Sampel
Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi juga binatang atau apa saja yang menjadi perhatian kita. Misalnya populasi bank swasta di Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat perkantoran, dan jenis pekerjaan.

Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi. Ukuran populasi ada dua: 
  1. (populasi terhingga (finite population), yaitu ukuran populasi yang berapa pun besarnya tetapi masih bisa dihitung (cauntable). Misalnya populasi pegawai suatu perusahaan; 
  2. populasi tak terhingga (infinite population), yaitu ukuran populasi yang sudah sedemikian besarnya sehingga sudah tidak bisa dihitung (uncountable). Misalnya populasi tanaman anggrek di dunia.
Informasi tentang populasi sangat diperlukan untuk menarik kesimpulan. Bila kita dapat mengobservasi keseluruhan individu anggota populasi, kita akan mendapatkan besaran yang menyatakan karakteristik populasi yang sebenarnya; dalam statistika disebut parameter. Dengan demikian parameter adalah suatu nilai yang menggambarkan ciri/karakteristik populasi. Parameter merupakan suatu nilai yang stabil karena diperoleh dari observasi terhadap seluruh anggota populasi. Biasanya dilambangkan dengan huruf-huruf Yunani. Misalnya: Rata-rata populasi dilambangkan dengan μ (baca: myu). Jika kita mengamati seluruh populasi berarti kita melakukan sensus.

Dari beberapa literature atau pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruh elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian populasi tidak hanya berkenaan dengan ”siapa” tetapi juga berkenaan dengan apa. Istilah elemen, unit elementer, unit penelitian, atau unit analisis yang terdapat pada batasan populasi di atas merujuk pada ”siapa” yang akan diteliti atau unit di mana pengukuran dan inferensi akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik merujuk pada ”apa” yang akan diteliti. ”Apa” yang diteliti tidak hanya merujuk pada isi, yaitu ”data apa” tetapi juga merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.

Sementara sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Kerja statistik melalui sampel dimungkinkan dengan alasan: keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri sampel disebut statistik. Sampel diharapkan bisa mewakili populasi, karena itu sampel dibagi dua, yaitu sampel representatif dan sampel nonrepresentatif. Sampel representatif adalah sampel yang bisa mewakili keadaan populasinya, dan sampel nonrepresentatif adalah sampel yang tidak dapat mewakili populasinya. Dengan demikian sebagai penduga parameter ada dua kemungkinan nilai statistik yang diperoleh, yaitu persis sama dengan parameternya atau tidak sama (lebih besar atau lebih kecil). Statistik sering dilambangkan dengan huruf dari abjad latin. Contoh rata-rata sampel dilambangkan dengan .

B. Teknik Penarikan Sampel
Earl Babbie (1986) dikutip Prijana (2005) dalam bukunya The Practice of Social Research, mengatakan “Sampling is the process of selecting observations” (Sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan observasi). Proses seleksi yang dimaksud di sini adalah proses untuk mendapatkan sampel. 

Logika Sampling
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disampaikan dua hal yaitu: (1) bahwa sampling adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar mencerminkan populasi, artinya kesimpulan yang diangkat dari sampel merupakan kesimpulan atas populasi. (2) masalah yang dihadapi adalah tentang bagaimana proses pengambilan sampel, dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil. 

C. Tipe Sampling
Tipe sampling dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu tipe sampling berdasarkan proses pemilihannya dan tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya.

Tipe sampling berdasarkan proses pemilihannya terbagi atas: (1) Sampling dengan pengembalian (sampling with replacement), yaitu setiap anggota sampel yang terpilih dikembalikan lagi ke tempatnya sebelum pemilihan selanjutnya dilakukan, sehingga ada kemungkinan bahwa suatu satuan sampling akan terpilih lebih dari sekali. (2) Sampling tanpa pengembalian (sampling without replacement), yaitu setiap anggota sampel yang terpilih tidak dikembalikan lagi ke dalam satuan populasi. Dengan demikian sampling tanpa pengembalian merupakan kebalikan dari proses sampling dengan pengembalian.

Sampling Probalibility
Tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya terbagi atas sampling probabilitas (probability sampling) dan sampling nonprobabilitas (nonprobability sampling). Dalam sampling probabilitas, pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan secara objektif, dalam arti tidak didasarkan semata-mata pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan tertentu untuk terpilih sebagai sampel. 

Yang termasuk dalam sampling probabilitas adalah: sampling acak sederhana (simple random sampling), sampling sistematik (systematic sampling), sampling berstrata (stratified sampling), dan sampling bergugus (cluster sampling).

Yang dimaksud dengan sampling acak sederhana adalah sebuah proses sampling yang dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampling yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih ke dalam sampel. William G. Cohran dalam bukunya Sampling Techniques, yang diterjemahkan oleh Prijana (2005) mengatakan bahwa sampling acak sederhana adalah sebuah metode seleksi terhadap unit-unit populasi, unit-unit tersebut diacak seluruhnya. Masing-masing unit atau unit satu dengan unit lainnya memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan dilakukan dengan tabel angka random atau menggunakan program komputer.

Sementara Earl Babbie dalam bukunya The Practice of Social Research masih dalam Prijatna (2005) mengatakan bahwa sampling acak sederhana adalah sebuah metode sampling dasar dalam penelitian sosial, sebuah kerangka sampling mesti dibuat, masing-masing unit didaftar seluruhnya tanpa ada yang terlewat. Penseleksiannya menggunakan tabel angka random.

Dari kedua pendapat tersebut jelas bahwa sampling acak sederhana adalah sebuah rancangan sampling yang paling sederhana ditinjau dari proses sampling-nya maupun dari bentuk rumus yang dianalisisnya, serta digunakan untuk ukuran populasi terbatas dan ukuran kecil, oleh karena itu proses penarikan sampel acak sederhana relatif mudah. Proses sampling dimulai dari unit-unit dicatat seluruhnya tanpa ada yang terlewati yang umumnya data diambil dari data sensus. Setelah data dari kerangka sampling sudah lengkap, maka selanjutnya dilakukan langkah penyeleksian untuk masing-masing unit dengan peluang yang sama untuk terpilih sebagai unit sampel dengan menggunakan tabel angka random atau menggunakan program komputer.

Penarikan sampel sistematik (systematic sampling) merupakan pengambilan setiap unsur ke k dalam populasi, untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel secara acak hanya dilakukan pada pengambilan awal saja, sementara pengambilan kedua dan seterusnya ditentukan secara sistematis, yaitu menggunakan interval tertentu sebesar k. 

William G. Cohran (Prijana, 2005) mengatakan bahwa sampling sistematik berbeda dengan sampling acak sederhana. Unit-unit populasi dicatat seluruhnya secara tersusun. Untuk seleksi unit-unit yang dijadikan unit sampel digunakan aturan sistematik, hanya unit pertama saja yang digunakan cara seleksi acak, untuk unit terpilih yang kedua dan seterusnya menggunakan aturan sistematik.

Penarikan sampel berstrata dilakukan dengan mengambil sampel acak sederhana dari setiap strata populasi yang sudah ditentukan lebih dulu. Penarikan sampel acak berstrata, populasinya di skat-skat menjadi beberapa group yang disebut strata. Setiap strata memiliki elemen yang relatif homogen. Misalnya saja: (1) pendapatan keluarga per bulan, besarnya sangat bervariasi dari satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pendapat seseorang tentang sesuatu hal akan berbeda dengan pendapat orang lainnya, tergantung latar belakang pendidikannya, tergantung pada umurnya, lingkungan hidupnya, dan pengaruh faktor-faktor lainnya. (2) Banyaknya surat yang dikirimkan melalui bis-bis surat akan sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kesibukan pekerjaan di kantor-kantor pos akan berbeda tergantung kepada kelasnya, daerahnya, dan kondisi-kondisi lain.

Teknik Penarikan Sampel dengan Sampling Acak Berstrat
Apabila rancangan sampling yang digunakan untuk survei seperti ini adalah sampling acak sederhana atau sampling sistematik, maka akan ada kemungkinan bahwa sifat-sifat seperti di atas tidak terjaring. Oleh karena itu, untuk menjamin bahwa sampel yang kita peroleh benar-benar bisa mencakup karakteristik yang ada dalam populasi, maka rancangan yang sebaiknya digunakan adalah stratified random sampling.

Populasi yang bersifat heterogen seolah dibagi dalam strata. Dalam menentukan banyaknya strata yang harus dibuat, maka ada dua faktor yang perlu diperhatikan antara lain: (1) naiknya presisi, artinya hubungan turunnya harga varians dengan banyaknya strata, dan (2) hubungan antara besarnya biaya dengan banyaknya strata.

Apabila keadaan variabel yang sedang kita teliti sangat heterogen, maka makin banyak strata makin baik. Banyaknya strata yang bisa dibuat mungkin sedemikian keadaannya, sehingga dalam sebuah stratum hanya terdapat sebuah satuan sampling saja. Latar belakang matematis dan latar belakang pengalaman memberikan petunjuk bahwa kalau banyaknya strata sudah lebih dari 6 buah, maka keadaanya sudah menjadi kurang efisien ditinjau dari sudut presisi dan biaya.

Penarikan Sampel tiap Stratum pada Sampling Acak Berstrata
Keterangan;
N = Populasi 
N1 = Populasi pada stratum ke 1 
N2 = Populasi pada stratum ke 2 
Ni = Populasi pada stratum ke i 
n = Sampel
n1 = Sampel pada stratum ke 1
n2 = Sampel pada stratum ke 2
ni = Sampel pada stratum ke i

Setelah banyaknya strata dan ukuran sampel keseluruhan ditentukan, maka proses selanjutnya adalah mengalokasikan satuan-satuan sampling dalam sampel itu ke dalam setiap stratum. Artinya kita harus menentukan berapa ukuran sampel untuk setiap stratum, yaitu n1, n2, n3, dan seterusnya (ni), sedemikian rupa sehingga diperoleh: n1 + n2 + n3 + … + ni = n (Gambar 5). Setelah itu sampel untuk masing-masing stratum diambil melalui sampling acak sederhana. Oleh karena menggunakan cara SAS, maka proses penarikan sampel dilakukan dengan cara yang sama seperti sudah dijelaskan pada bahasan tentang sampling acak sederhana (SAS), dengan menganggap seolah setiap stratum sebagai populasi tersendiri. Oleh karena itu diperlukan kerangka sampling di setiap stratum.

Sampling Nonprobability
Selain sampling probabilitas, di muka disinggung tentang sampling nonprobabilitas. Sampling nonprobabilitas merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling nonprobability ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Nonprobability sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang timbul dalam menerapkan teknik probability sampling, terutama untuk mengeliminir biaya dan permasalahan dalam pembuatan sampling frame (kerangka sampel). Pemilihan nonprobability sampling ini dilakukan dengan pertimbangan: 1). penghematan biaya, waktu dan tenaga; dan 2) keterandalan subjektivitas peneliti (pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang dipilih sebagai sampel). Yang termasuk pada sampling nonprobabilitas adalah convenience sampling, judgement sampling, quato sampling, dan snowball sampling.

Pada convenience sampling (sampling kemudahan), sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Dengan kata lain sampel diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa kriteria peneliti bebas memilih siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan sampel.

Dengan demikian teknik sampling ini digunakan ketika peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka teknik penarikan sampel convenience, atau sering juga disebut sampling accidental menjadi salah satu pilihan. Teknik sampling convenience adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan karena alasan kemudahan atau kepraktisan menurut peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya adalah dapat dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah. Kelemahan utama teknik sampling ini jelas yaitu kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.

Judgement sampling (dikenal juga dengan purposive sampling) adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Dalam perumusan kriterianya, subjektivitas dan pengalaman peneliti sangat berperan. Penentuan kriteria ini dimungkinkan karena peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya.

Teknik sampling kuota, pada dasarnya sama dengan judgment sampling, yaitu mempertimbangkan kriteria yang akan dijadikan anggota sampel. Langkah penarikan sampel kuota antara lain: pertama peneliti merumuskan kategori quota dari populasi yang akan ditelitinya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang dikehendakinya, seperti jenis kelamin, dan usia. Kedua menentukan besarnya jumlah sampel yang dibutuhkan, dan menetapkan jumlah jatah (quotum). Selanjutnya, setelah jumlah jatah ditetapkan, maka unit sampel yang diperlukan dapat diambil dari jumlah jatah tersebut. Teknik sampling kuota biasanya digunakan bila populasinya berukuran besar.

Quota sampling (jatah) hampir mirip dengan teknik sampling stratifikasi. Bedanya, jika dalam sampling stratifikasi penarikan sampel dari setiap subpopulasi dilakukan dengan acak, maka dalam sampling kuota, ukuran serta sampel pada setiap sub-subpopulasi ditentukan sendiri oleh peneliti sampai jumlah tertentu tanpa acak. Mengapa bisa begitu? Karena pada kenyataannya sering dijumpai bahwa peneliti tidak dapat mengetahui ukuran yang rinci dari setiap subpopulasi, atau ukuran antar subpopulasi sangat jauh berbeda. Menghadapi kondisi seperti, maka peneliti dapat mempertimbangkan penggunaan teknik sampling kuota. Jadi, melalui teknik sampling kuota, penarikan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti untuk tujuan meningkatkan representasi sampel penelitian sampai jumlah tertentu sebagaimana yang dikehendaki peneliti. 

Snowball Sampling merupakan salah satu bentuk judgement sampling yang sangat tepat digunakan bila populasinya kecil dan spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, makin lama sampel menjadi semakin besar, seperti bola salju yang menuruni lereng gunung. Hal ini diakibatkan kenyataan bahwa populasinya sangat spesifik, sehingga sulit sekali mengumpulkan sampelnya. Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling ini, responden yang relevan di interview, diminta untuk menyebutkan responden lainnya sampai diperoleh sampel sebesar yang diinginkan peneliti, dengan spesifikasi/spesialisasi yang sama karena biasanya mereka saling mengenal.

Dibandingkan dengan teknik sampling nonprobabilitas lainnya, teknik ini memiliki keunggulan terutama dalam hal biaya yang relatif lebih rendah. Kelemahannya adalah kemungkinan bias yang relatif lebih besar karena pemilihan responden tidak independen (Zikmund, 2000: 362).

Berdasarkan uraian di atas tentang sampling peluang dan non peluang, seorang peneliti dapat dengan bebas menentukan tipe sampling mana yang akan digunakannya. Tetapi ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan tipe sampling yang baik, diantaranya: 
  1. dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi, 
  2. dapat menentukan presisi dari hasil penelitian, 
  3. sederhana, mudah dilaksanakan, dan 
  4. dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin tentang populasi dengan biaya minimal.
D. Prosedur Penarikan Sampel
Setelah kita membahas pengertian sampling dan tipe-tipe sampling sebagaimana diuraikan di muka, selanjutnya untuk memudahkan pemahaman kita tentang bagaimana cara penarikan sampel serta cara memperoleh sampel yang representatif, akan disampaikan beberapa langkah atau prosedur dalam melakukan pengambilan sampel. pengambilan sampel, dapat dilakukan langkah-langkah berikut, diantaranya: 
  1. Menentukan populasi target, 
  2. Membuat kerangka sampling, 
  3. Menentukan ukuran sampel, 
  4. Menentukan teknik dan rencana pengambilan sampel, 
  5. Melakukan pengambilan sampel.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka langkah-langkah penarikan sampel dapat kita uraikan sebagai berikut: 
  • Pertama yang harus ditentukan dalam langkah mendesain penarikan sampel adalah menentukan populasi sasaran dengan tegas, yang dilanjutkan dengan penentuan populasi studi dari populasi sasaran tadi. 
  • Menentukan area populasi, hal ini berkaitan dengan data penelitian yang akan dijadikan lokasi penelitian. 
  • Menentukan ukuran populasi (size of population) sebagai dasar untuk menarik sampel. Biasanya populasi diambil dari data sensus. Carilah data tersebut secara lengkap, dapatkan data yang akurat dan up to date. 
  • Buatlah kerangka sampling dengan memasukan data dari populasi studi secara lengkap dan jelas, serta hal yang terpenting adalah satuan-satuan sampling diberi nomor sesuai dengan jumlah digit populasinya, secara berurutan dari nomor paling kecil sampai dengan nomor yang paling besar. 
  • Tentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus-rumus yang sesuai. 
  • Gunakan tabel angka random ataupun program komputer sebagai alat seleksi. 
  • Satuan sampling terpilih sebagai anggota sampel, merupakan langkah terakhir dari desain sampling yang pada hakikatnya merupakan cerminan dari populasi.

E. Menentukan Ukuran Sampel
Salah satu masalah yang dihadapi dalam teknik penarikan sampel adalah tentang berapa banyak unit analisis (ukuran sampel) yang harus diambil. Oleh karena itu, pada saat peneliti mengajukan usulan penelitian, disarankan untuk secara tegas memberikan gambaran operasional berupa ukuran sampel minimal yang akan digunakan untuk penelitiannya. Ukuran sampel ini akan memberikan isyarat mengenai kelayakan penelitian (eligibility of the research).

Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan atau ditentukan atas dasar pemikiran non statistis. Ditinjau dari aspek statistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
  1.  bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis, dalam arti apakah tujuan penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau menguji kebermaknaan hipotesis, 
  2. tipe sampling, apakah simple random sampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe sampling ini berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus dipakai untuk memperoleh ukuran sampel, dan 
  3. variabilitas variabel yang diteliti (keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen variabel yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal. 
Sedangkan dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: 
  • kendala waktu atau time constraint, 
  • biaya, dan 
  • ketersediaan satuan sampling.
— VARIABEL & HIPOTESIS PENELITIAN 
Pengertian Variabel 
— Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek uang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981).

Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari objek.

Bahan baku pabrik, teknologi produksi, pengendalian mutu, pemasaran, advertising, nilai penjualan, keuntungan adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan maupun ilmu bisnis.

Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalkan berat badan dapat dikatakan variable, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variable karena misalnya persepsi dan sekelompok orang tentu berfariasi.

Jadi, kalau peneliti akan memilih variable penelitian, baik yang dimiliki orang objek. Maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. 

Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variable. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.

— Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah sauatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. 
Macam-macam Variabel 

Variabel adalah suatu peubah penelitian yang dapat diukur. Variabel juga dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain

Dalam penelitian, setelah memperoleh pengertian tentang konsep dan definisi operasional variabel, langkah berikutnya adalah menentukan variabel yang memiliki hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lain. 

— Berikut adalah macam-macam variabel dan bisa dibedakan menjadi : 
Variabel Independent 
Variable independent atau variable bebas, atau peubah bebas sering juga disebut dengan variabel stimulus, atau predictor, atau variabel antecedent. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel independent disebut juga sebagai peubah bebas.

Peubah bebas ini adalah merupakan peubah yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap peubah tak bebas. Atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependent). 

Variabel Dependent. Variabel dependent, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini sering disebut sebagai peubah tak bebas, atau variabel terikat. Variable terikat atau peubah tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable sebab atau peubah bebas. 

Varibel Moderator 
Variabel moderator adalah peubah yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Variabel ini sering disebut juga sebagai peubah bebas kedua. Bila suami istri mempunyai anak, maka anak dapat disebut sebagai variabel moderator, karena dapat memperkuat hubungan emosional antara suami dan istri. 

Variabel Intervening 
Variabel intervening adalah peubah yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independent (peubah bebas) dengan variable dependent (peubah terikat), akan tetapi tidak dapat diamati dan diukur secara matematis. 

Variabel Kontrol 
Variabel kontrol adalah peubah yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent (peubah bebas) terhadap variabel dependent (peubah tak bebas) tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati. Variabel kontrol ini sering digunakan dalam penelitian komparatif, yang bersifat melakukan perbandingan. 

Pengertian Hipotesis 
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang kita hadapi. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan jawabanyang benar maka seseorang ilmuwan seakan-akan melakukan interogasi terhadap alam. 

Adapun kegunaan Hipotesis adalah sebagai berikut :
  1. Mengarahkan penelitian. Misalnya relasi dan hubungan yang diungkapkan dalam hipotesis akan memberitahukan hal-hal yang dilakuka olehpeneliti.
  2. Masalah dan hipotesis membuat peneliti mampu mendeduksi manifestasi empiris tertentu yang tercakup dalam masalah serta hipotesis itu, karena masalah dan hipotesis pada umumnya merupakan pernyataan yang reasional. 
— E. Macam-macam Hipotesis 
Terdapat tiga macam hipotesis yaitu :
  • Hipotesis Deskriftif : dirumuskan untuk menentukan titik peluang, atau dirumuskan untuk menjawab pertanyaan taksiran/estimatif. Tidak membandingkan. Contoh “Disiplin kerja pegawai Fak. Teknik UNTAG sangat tinggi” Yang menjadi estimasi pada contoh ini adalah : sangat tinggi 
  • Hipotesis Komparatif : memberi jawaban terhadap permasalahan yang bersifat membedakan. Contoh “Ada perbedaan daya ikat antara Semen Tiga Roda dengan Semen Padang”
  • Hipotesis Asosiatif : memberi jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan. 
— Dalam hal ini menurut sifat hubungannya, ada tiga jenis hipotesis penelitian (Ha) :
  • Hipotesis hubungan simentris : Hubungan bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih, tapi tidak menunjukkan sebab akibat. Contoh ”Ada hubungan antara banyaknya mengikuti perkuliahan dengan nilai akhir mahasiswa”
  • Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal) : menyatakan hubungan yang saling mempengaruhi antara dua variabel atau lebih. Contoh ”Disiplin pegawai yang tinggi berpengaruh positif terhadap produktifitas kerja.” 
  • Hipotesis hubungan interaktif : menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih bersifat saling mempengaruhi. Contoh ”Terdapat pengaruh timbal balik antar kenaikan pangkat dengan tersedianya jabatan” 
— Selain dari itu ada juga yang berpendapat bahwa hipotesis di bedakan menjadi dua macam, yaitu :
  1. Hipoteis Nol (null hypotheses) Hipotesi nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian bersifat bersifat statistik, yaitu diuji dengan hitungan statistik
  2. Hipotesis kerja. Hipotesis ini juga disebut dengan hipotesis alternatif yang disingkat dengan Ha. Hipotesis kerja menyatakan hubungan antara variabel variabel X dan variabel Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. 
METODE PENGUMPULAN DATA dan ANALISIS DATA PENELITIAN
1. METODE PENGUMPULAN DATA 
A. Metode Observasi 
Metode Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistimatik gejala-gejala yang diselidiki
Ciri-ciri pengamatan dalam rangka pengumpulan data, yakni : 
  • memiliki arah yang khusus 
  • Sistematik 
  • bersifat kuantitatif 
  • melakukan pencatatan segera (pada waktu observasi berlangsung). menuntut keahlian 
B. Metode Kuesioner (Angket) 
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket kemudian disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab yang diselidiki), terutama pada penelitian survai. 

Tujuan dilakukan angket atau kuesioner, adalah :
  • Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian 
  • Untuk memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara 
C. Metode Wawancara 
Metode wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-ke-terangan

2.METODE ANALISIS DATA 
A. DATA, STATISTIK, DAN PENELITIAN 
Menurut M. Nasir (1985:405) data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti, makna yang berguna dalam memecahkan masalah.

Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah, yaitu :
  1. Pemeriksaan data (editing) adalah memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan dilakukan dalam rangka merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal melakukan pengolahan lanjutan atau menganalisis.
  2. Pembuatan kode adalah melakukan pembuatan kode terhadap data yang sudah 
  3. Diedit sebagai usaha untuk menyederhanakan data.
  4. Langkah penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. 
Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan jenis data tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus kemudian data yang ada diubah, disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih

Secara umum statistik dapat membantu kita dalam : 
a. Menghitung nilai tengah data. 
Dengan menghitung nilai tengah data (mean, median, modus) kita bisa mengetahui kecenderungan dari data tersebut. Hasil dari nilai statistik ini sering terlihat aneh jika dibandingkan dengan yang terdapat dalam dunia nyata. 

b. Mengetahui sebaran atau distribusi data. 
Distribusi data umumnya mengikuti distribusi normal yang berbentuk lonceng. Kebanyakan data berkelompok di bagian tengah, dan berangsur-angsur berkurang ke bagian tepinya. Makin jauh dari titik tengah berarti makin besar deviasi atau penyimpangannya. Dari sini dapat dihitung penyimpangan rata-rata atau penyimpangan bakunya. 

c. Mengetahui hubungan antara suatu data dengan data lain. 
Dalam mengetahui hubungan-hubungan ini statistik sangat membantu untuk menghitung besar dan sifat dari hubungan itu. Hubungan ini biasa dikenal dengan korelasi dan regresi. Untuk mendapatkan koefisien korelasi atau regresi kita bisa dilakukan dengan bantuan komputer.

d. Mengetahui sejauh mana data sesuai atau menyimpang dengan standar. 
Pada umumnya alam mengikuti aturan-aturan tertentu. Salah satunya adalah distribusi normal. Sebagian besar kejadian dialam mengikuti distribusi normal. Kurva normal yang ditemukan oleh Karl Fredrich Gauss menunjukkan bahwa jumlah terbanyak adalah yang mengitari angka rata-rata berkelompok di bagian tengah dan ke sebelah kanan dan kirinya semakin menipis sehingga jika digambarkan akan membentuk lonceng yang simetris.

B. SKALA PENGUKURAN DATA 
Kesesuaian antara macan data dengan metode analisis statistiknya didasarkan pada skala pengukuran datanya. Berdasarkan skala pengukurannya, data dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : 
1. Skala Nominal 
Data yang diukur menggunakan skala nominal menghasilkan data yang sifatnya hanya penamaan atau menbedakan saja. Data nominal merupakan data yang tingkatannya paling rendah. Data nominal hanya berupa kategori saja
2. SkalaOrdinal 
Data yang diukur menggunakan skala ordinal selain mempunyai ciri nominal, juga mempunyai ciri berbentuk peringkat atau jenjang. Istilah ordinal berasal dari kata ordo yang berarti tatanan atau deret. Misalnya tingkat pendidikan, nilai ujian (dalam huruf), dan sebagainya. 
3. SkalaInterval 
Data yang diukur menggunakan skala interval selain mempunyai ciri nominal dan ordinal , juga mempunyai ciri interval yang sama. Misalnya nilai ujian (dalam angka), suhu (temperatur), dan sebagainya.
4. SkalaRasio 
Data yang diukur menggunakan skala rasio merupakan skala pengukuran data yang tingkatannya paling tinggi. Skala rasio ini selain mempunyai ketiga ciri dari skala pengukuran diatas, juga mempunyai nilai nol yang bersifat mutlat (absolut).

DAFTAR PUSTAKA;
  • Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
  • Cohran, W.G., 1979, Sampling Technique. Third Edition. New York : John Wiley & Sons.
  • David M. Levine, David Stephan, Timothy C. Krehbiel & Mark L. Berensen, 2002, Statistic for Managers Third Edition, New Jersey: Pearson Education Inc.
  • Deming, W.E., 1950, Some Theory of Sampling. New York: John Willey & Sons.
  • James H. McMillan & Sally Schumacher. 2001. Research In Education a Conceptual Introduction. 5th Edition. New York: Addison Wesley Longmen Inc.
  • Meleong, Lexy J., 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosadakarya.
  • Noeng Muhajir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Raka Serasin. 
  • Prijana, 2005. Metode Sampling Terapan. Bandung: Humaniora
Blog, Updated at: 08.46.00

0 komentar:

Posting Komentar