Pengertian Total Quality Manajemen (TQM)
Definisi TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan
kedalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian
serta kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993). Defenisi lainnya menyatakan bahwa TQM
merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992).
Menurut Ariani (1999;25)
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) merupakan suatu
penerapan metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk memperbaiki dalam penyediaan bahan baku
maupun pelayanan bagi organisasi, semua proses dalam organisasi pada tingkatan tertentu di mana kebutuhan
pelanggan terpenuhi sekarang dan dimasa datang.
Menurut Tjiptono & Diana (2004)
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungannya. Sementara itu menurut Pulungan (2001), TQM adalah salah satu pola
manajemen organisasi yang berisi seperangkat prosedur yang dapat digunakan oleh setiap orang dalam upaya
memperbaiki kinerja secara terus menerus.
Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total
Merupakan sebuah
konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara terus menerus pada semua tingkatan manajemen dan
seluruh struktur yang terdapat dalam organisasi (Harianto, 2005).
Hanafiah dkk (1994)
Mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total adalah suatu pendekatan yang sistematis,
praktis dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan
Pengelolaan Mutu Total pendidikan tinggi adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi
bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu,
berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan
bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan
unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan
kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan
lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen secara berkesinambungan
adalah dengan menerapkan TQM (Tjiptono & Diana, 2004).
Konsep mutu terpadu (Total Quality Management) saat ini banyak diterapkan dan dikenal banyak
orang. Filosofi mendahulukan kepentingan pelanggan saat ini sudah mulai akrab dikalangan pelaku bisnis.
Menurut Russel dan Taylor (dalam Fitriani 2008; 22-23) manajemen mutu terpadu merujuk pada penekanan
kualitas yang meliputi organisasi secara keseluruhan mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan
komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan secara terus menerus untuk mencapai keunggulan
dalam semua aspek produk dan jasa yang penting bagi pelanggan.
Dari bahasan terdahulu tentang pengertian TQM, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan Total Quality Manajemen (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam penelitian ini adalah:
“seperangkat prinsip dan cara-cara mengelola mutu organisasi yang bersifat terpadu yang meliputi kepuasan
pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta dan perbaikan berkesinambungan
dengan tujuan untuk memberikan kepuasan pada pengguna jasa organisasi”
Pengertian Kualitas
Vincent Gaspersz (2000:4) membagi pengertian kualitas atas pengertian konvensional dan pengertian
strategik. Pengertian konvensional dari kualitas menggambarkan karasteristik langsung dari suatu produk
seperti; performance (performansi), reliability (keandalan), ease of use (mudah dalam penggunaan), esthetics
(estetika), dan sebagainya.
Sedangkan pengertian kualitas yang strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang
mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada
pokok-pokok sebagai berikut:
- Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk tersebut.
- Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.
David dan Stanley (2000:50) memberikan pengertian terhadap kualitas sebagai berikut : lebih
menekankan bahwa kualitas bukan hanya penekanan pada aspek hasil akhir, yaitu produk atau jasa, tetapi juga
menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan, sebab sangat mustahil menghasilkan
produk yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
Rao et.al. (Kahar 2006) mengutip definisi kualitas dari beberapa pakar dengan masing-masing
pendekatan, yang terdiri atas :
- Pendekatan transendental (Transcendent Approach), Dalam pendekatan ini, Barbara Tuchman’s (1980) menyatakan kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasikan maupun diukur. Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti musik, seni tari, seni rupa. Dalam tataran produk dan jasa pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataan-pernyaatan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (produk sabun mandi). Defenisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas.
- Pendekatan Produk (The product-based Approach) Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karasteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.
- User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan seseorang (fitness for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakan.
- Manufacturing-based approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefenisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan/spesifikasi (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan oleh perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.
- Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefenisikan sebagai “affordable excellence”. Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli. Definisi terhadap kualitas yang telah dikemukakan oleh para pakar tersebut di atas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya.
SUMBER;
Gordon, B. Davis, (1999), Sistem Informasi Manajemen : Struktur dan Pengembangannya, PT. Gramedia.
Muhamad Fakhri Husein, dan Amin Wibowo (2002), Sistem Informasi Manajemen, Edisi Revisi, Yunit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Aditama, Asrul. (2000), Mutu Pelayanan Kesehatan:, PT. Gramedia. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar